• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Proses Awal Rekonsiliasi Kamboja 1982—1987 .1 Kursi CGDK di PBB, 1982

4.1.3 Keadaan Tetap, 1984

Pada Januari 1984, Sihanouk kembali memimpin rapat kabinet koalisi dan kemudian menerima dua surat kepercayaan dari Yugoslavia dan Mesir di daerah teritorial Kamboja yang sudah dibebaskan.311Sementara CGDK melakukan rapat kerja kabinetnya, pada akhir Januari 1984, para Menlu Indocina juga melakukan pertemuan di Laos, Vientiene.312 Dalam pertemuan tersebut, para Menlu Indocina mengeluarkan komunike bersama, yaitu empat usul bagi ASEAN untuk meredakan ketegangan di Asia Tenggara. Usul tersebut adalah:

1. Persetujuan terurai dengan ASEAN yang meletakkan dasar penyelesaian semua pertikaian secara berangsur-angsur. Persetujuan itu harus dijamin dan diawasi oleh dunia internasional.

2. Perundingan dengan Thailand untuk menciptakan zona keamanan di kedua perbatasan perbatasan Thailand—Kamboja di bawah pengawasan internasional.

3. Perundingan dengan RRC yang dimaksudkan untuk menarik keluar semua pasukan Vietnam dari Kamboja, mengakhiri ancaman RRC, dan mengakhiri penggunaan wilayah Thailand oleh pasukan Khmer Merah. 4. Perundingan dengan semua negara yang bersangkutan untuk menarik

semua pasukan asing dari Asia Tenggara.313

Dalam komunike tersebut juga dikatakan bahwa ketiga negara Indocina siap mengadakan dialog dengan ASEAN untuk mengakhiri ketegangan di Asia Tenggara.

Menanggapi usulan-usulan menlu Indochina tersebut, Sihanouk menyatakan bahwa, “Seharusnya Vietnam tidak mengusulkan berunding dengan ASEAN, melainkan seharusnya dengan CGDK yang merupakan organisasi penentangnya karena ini menyangkut masalah Kamboja yang diinvasi Vietnam”.314 Sihanouk juga menyatakan bahwa ia bersedia berunding dengan Vietnam secara resmi tetapi, Sihanouk tidak mau memprakarsai pertemuan

311

Berdasarkan penelusuran koran – koran Indonesia (Kompas, Sinar Harapan, dan Antara) dari tanggal 25—30 Januari 1984.

312 Lihat Kompas, 31 Januari 1984. “Komunike Bersama Para Menlu Indocina.”

313Ibid.

tersebut. Sihanouk pun menyerukan kepada Vietnam bahwa pihaknya harus menarik mundur seluruh pasukannya dari Kamboja.

ASEAN pun menanggapi dingin usulan Indochina tersebut mengenai perundingan regional Asia Tenggara. ASEAN menganggap “perundingan tersebut tidak relevan karena Vietnam menolak membahas masalah Kamboja yang dipandang ASEAN sebagai penyebab ketidakmantapan di kawasan ini”.315 Sihanouk dan ASEAN tetap menginginkan penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja. Namun, Vietnam melalui Menlu Co Tach mengenyampingkan penarikan sepihak oleh Vietnam dari Kamboja. Vietnam menyatakan penarikan hanya memungkinkan apabila China mengakhiri ancamannya terhadap Vietnam.316

Pada Juni 1984, Vietnam mulai menarik sebagian pasukannya di Kamboja sesuaia dengan kesepakatan untuk menarik pasukan Vietnam setiap tahun dalam pertemuan para pemimpin Indocina di Vientiene tahun 1983.317 Penarikan ini mencakup dua brigade, sebuah resimen dan sejumlah batalion dari Kamboja utara dan barat laut yang akan berjumlah 10.000 pasukan.318 Namun, penarikan ini hanya tipu muslihat, yang sebenarnya dilakukan Vietnam hanyalah melakukan perotasian pasukan di Kamboja.319

Dalam bidang diplomasi, pada Maret dan Agustus 1984, Sihanouk kembali berusaha untuk menyelesaikan masalah Kamboja ini dengan mengusulkan agar mengadakan pembicaraan dengan rezim Heng Samrin guna membentuk kerukunan nasional, yaitu pemerintahan koalisi bersama untuk mengakhiri pertikaian antar faksi di Kamboja.320 Sihanouk menyatakan bahwa empat

315 Lihat Suara Karya, 1 Febuari 1984. “ASEAN Sambut Dingin Seruan Indochina.”

316 Lihat Antara, 10 Maret 1984. “Vietnam Serukan Kompromi Mengenai Masalah Kampuchea.”

317 Lihat Kompas, 22 Juni 1984. “Vietnam Tarik Sebagian Pasukannya di Kamboja.”

318Ibid.

319 Hal ini dibuktikan oleh keterangan dari KPNLF bahwa pada Juli 1984 sekitar 14.000 anggota militer Vietnam baru ditempatkan di Kampuchea untuk menggantikan 10.000 pasukan Vietnam yang ditarik. Pasukan baru tersebut akan ditempatkan di Siem Reap, Battambang, dan Pailin (Berita ini dikutip dari radio KPNLF yang dimonitor di Bangkok dan dikutip oleh Antara, 17 Juli 1984. “Sekitar 14.000 Pasukan Baru Ditempatkan di Kamboja.”

Berita mengenai jumlah pasukan baru Vietnam yang masuk ke Kamboja berbeda-beda. KPNLF menyatakan 14.000 pasukan namun Khmer Merah menyatakan lebih dari 12.600 pasukan Vietanam baru ditempatkan di Kamboja yang akan tersebar di utara dan timur laut Kamboja (Lihat Antara, 24 Juli 1984. “Khmer Merah: Vietnam Kirim Pasukan Segar ke Kampuchea.”

320 Lihat, Sinar Harapan, 13 Agustus 1984. “Usulkan Pembicaraan Bagi Pembentukan Pemerintahan Rekonsiliasi.”

kelompok utama Kamboja harus ikut ambil bagian dalam sebuah pemerintahan transisi guna mengakhiri perang Kamboja ini. Semua pihak harus ikut dalam proses demokrasi dan hasil akhirnya diputuskan oleh rakyat Kamboja sendiri tanpa intervensi dari pihak asing.321

Menanggapi hal tersebut, PRK langsung menolak usul Sihanouk mengenai kerukunan nasional yang menginginkan pembentukan pemerintahan empat pihak. Hal ini tentu saja ditolak oleh PRK karena PRK adalah pemerintahan efektif Kamboja yang memegang kekuasaan secara de facto di sebagian besar wilayah Kamboja. PRK tentunya tidak mau menyerahkan kekuasaannya tersebut dan melebur ke dalam pemerintahan koalisi yang akan membuat kekuasaannya menjadi terbatasi.

Pada bulan September 1984, diadakanlah sidang tahunan Majelis Umum PBB. Dalam sidang tersebut, Sihanouk menyampaikan pidatonya yang berisi antara lain menawarkan perdamaian kepada para pemimpin Vietnam, tetapi, dengan syarat bahwa pasukan Vietnam harus ditarik terlebih dahulu dari Kamboja.322 menanggapi tawaran tersebut, Menlu Vietnam, Nguyen Co Tach, menolak tuntutan penarikan sepihak pasukan Vietnam dari Kamboja. 323 Pihaknya hanya akan melakukan penarikan pasukan dari Kamboja jika tidak ada lagi ancaman dari China, baik dari saluran China yang menyokong kelompok perlawanan maupun dari saluran Thailand yang digunakan oleh China sebagai tempat penyaluran bantuan bagi kelompok perlawanan.

Dalam sidang Majelis Umum PBB tersebut, PBB mengeluarkan resolusi yang sama dari tahun lalu, yaitu menyerukan penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dengan suara 110 setuju, 22 menentang, dan 18 suara abstain.324 Dalam sidang majelis umum PBB, kursi Kamboja pun tetap dipertahankan oleh CGDK tanpa melalui pemungutan suara karena negara-negara sosialis pro-Vietnam tidak menantang credentials CGDK.

321 Lihat Antara, 13 Maret 1984. “Sihanouk Serukan Pembentukan Pemerintahan Perukunan Kembali.”

322 Lihat Antara, 27 September 1984. “Sihanouk Tawarkan Perdamaian kepada Hanoi.”

323 Lihat, Antara, 11 Oktober 1984 . “Vietnam Tolak Tuntutan Penarikan Sepihak Pasukan Vietnam dari Kampuchea.”

Pada tahun 1984, perundingan antara CGDK dengan PRK maupun Vietnam belum berhasil terlaksana. Masing-masing pihak masih keras dengan pendiriannya dan belum mau mencoba untuk komprimistis satu sama lain. Hal ini terlihat dari sikap CGDK dan Vietnam-PRK. CGDK menyatakan bahwa penarikan mundur seluruh pasukan Vietnam dari Kamboja adalah syarat mutlak proses awal rekonsiliasi damai. Di lain pihak, Vietnam menyatakan bahwa tidak akan menarik mundur pasukannya dari Kamboja selama masih adanya ancaman dari China dan Khmer Merah.

Sebenarnya, Sihanouk sudah mengusulkan pemerintahan empat pihak sehingga PRK dapat bergabung dengan CGDK. Dengan demikian, akan memberikan pandangan kepada Vietnam bahwa tidak ada ancaman China karena semua pihak terlibat. Khmer Merah harus netral dan lepas dari pengaruh China. Selain itu, PRK pun harus netral dan lepas dari pengaruh Vietnam. Namun, usulan sudah tersebut ditolak Vietnam dan PRK.

4.1.4. Proposal Damai Pertama Kamboja yang Dikeluarkan Vietnam, 1985