BAB III PIAGAM ASEAN SEBAGAI ANGGARAN DASAR
B. Keanggotaan ASEAN
Masalah keanggotaan merupakan masalah yang penting dalam suatu organisasi internasional. Setiap konstitusi organisasi internasional akan memuat masalah keanggotaan. Maslaah keanggotaan merupakan masalah hukum yang penting bagi suatu organisasi internasional.97
Mengenai keanggotaan ASEAN telah menganut apa yang disebut prinsip kedekatan wilayah (principle of geographic proximity) di dalam wilayah atau kawasan Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok :
“..the association is open for participation to all states in the South-east
Asian Region...”98
Ketika ASEAN dibentuk pada tahun 1967 anggotanya hanya terdiri dari bekas anggota MAPHILINDO dan ASA ditambah dengan Singapura.99 Dengan kata lain keanggotaan ASEAN pada awal terbentuknya hanya terdiri dari 5 (lima) negara, yaitu : Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura, yang juga merupakan negara-negara penandatangan Deklarasi Bangkok. Kemudian pada
96 www.deplu.go.id/pages/Asean.aspx?IDP=6&I=id, 10 Januari 2010. 97 Sri Setianingsih Suwardi, Op. Cit., hal.39.
98Isi Deklarasi Bangkok, Bangkok, 8 Agustus, 1967. 99
tahun 1984 Brunei Darussalam telah diterima sebagai anggota baru, sehingga dengan demikian keanggotaan ASEAN menjadi 6 negara.100
Mengenai keanggotaan Vietnam dalam ASEAN secara resmi telah diajukan pada tanggal 17 Oktober 1994 dan pemerintah Vietnam menyatakan akan memenuhi kewajiban-kewajibannya antara lain melakukan aksesi terhadap Deklarasi ASEAN 1967, deklarasi mengenai ZOPFAN tahun 1971, Deklarasi ASEAN Concord 1976, dan persetujuan Pembentukan Sekretariat ASEAN tahun 1976.101 Akhirnya dalam Sidang Menteri ASEAN yang diadakan di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, pada tanggal 28 Juli 1995 telah memutuskan untuk menerima Vietnam sebagai negara anggota ASEAN yang ke-7.102
Mengenai keanggotaan ketiga negara lainnya yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar, ASEAN telah mengadakan sidang khusus Menteri ASEAN di Kuala Lumpur pada tanggal 31 Mei 1997 untuk membahas laporan Sekjen ASEAN mengenai kesiapan ketiga negara tersebut untuk menjadi negara anggota ASEAN. Sidang khusus tersebut setelah memperhatikan bahwa ketiga negara telah memenuhi persyaratan-persyaratan secara teknis dan melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka sebagai anggota untuk melakukan aksesi berbagai persetujuan-persetujuan ASEAN, maka menteri-menteri ASEAN telah menyetujui bahwa ketiga negara tersebut akan diterima dalam bulan Juli 1997.103
Namun menjelang diterimanya ketiga negara tersebut, telah terjadi pertentangan politik di Kamboja yang mengakibatkan gejolak politik di negara
100 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit., hal.85. 101 Ibid, hal.86.
102 Ibid, hal.87. 103
tersebut. Dalam menghadapi situasi ini, menteri ASEAN mengadakan lagi sidang Khusus di Kuala Lumpur pada tanggal 10 Juli 1997 dan kemudian menyetujui hanya permintaan keanggotaan Laos dan Myanmar sebagaimana dijadwalkan dan menunda keanggotaan Kamboja sampai pada waktu yang memungkinkan.104 Akhirnya dalam sidang ke-30 Menteri-Menteri ASEAN yang diadakan di Kuala Lumpur tanggal 20-23 Juli 1997 telah diputuskan secara resmi penerimaan Laos dan Myanmar sebagai negara anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN.105 Kamboja kemudian menyusul menjadi anggota ASEAN pada tanggal 30 April 1999.
Walaupun ASEAN tidak memiliki instrumen pokok (constituent instrument) yang mengatur tersendiri tentang keanggotaan, tetapi dalam Deklarasi Bangkok 1967 disebutkan bahwa persekutuan tersebut terbuka keanggotaanya bagi negara-negara di wilayah Asia Tenggara dengan syarat-syarat bahwa negara-negara tersebut akan melaksanakan dan menghormati prinsip-prinsip dan tujuan yang terkandung di dalam Deklarasi Bangkok termasuk perjanjian-perjanjian lainnya yang dibuat dalam kerangka ASEAN.
Di dalam Piagam ASEAN pada Pasal 4 mengenai Negara Anggota, langsung dicantumkan negara-negara yang menjadi anggota dari ASEAN. Namun pada Pasal 6 Piagam ASEAN tersebut, ditetapkan juga ketentuan mengenai penerimaan anggota baru.
“Negara-Negara Anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Rakyat Demokratik Laos, Malaysia, Uni
104 Ibid.
105
Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam.”106
ASEAN dapat melakukan penerimaan anggota baru, dimana prosedur dan penerimaan keanggotaan tersebut diatur oleh Dewan Koordinasi ASEAN.107 Seperti kita ketahui bahwa ASEAN merupakan suatu organisasi regional yang tertutup (closed regional organization), jadi tidak semua negara dapat masuk untuk menjadi anggota ASEAN.
Menurut Piagam ASEAN, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota ASEAN108, yaitu :
1. Letaknya secara geografis diakui berada di wilayah Asia Tenggara; 2. Pengakuan oleh seluruh negara anggota ASEAN;
3. Kesepakatan untuk tunduk dan terikat pada Piagam; dan
4. Kesanggupan dan keinginan untuk melaksanakan kewajiban keanggotaan. Penerimaan anggota baru wajib diputuskan secara konsensus oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, berdasarkan rekomendasi Dewan Koordinasi ASEAN. Negara pemohon wajib diterima ASEAN pada saat penandatanganan Instrumen Aksesi Piagam.109
Selanjutnya mengenai penangguhan keanggotaan ASEAN juga pernah terjadi. Pada saat Kamboja, Laos, dan Myanmar menyatakan keinginan untuk menjadi anggota ASEAN, dan melalui Sidang Khusus Menteri ASEAN di Kuala Lumpur pada tanggal 31 Mei 1997 ditetapkan bahwa ketiga negara tersebut telah
106 Isi Pasal 4 Piagam ASEAN. 107 Pasal 6 (1) Piagam ASEAN. 108 Pasal 6 (2) Piagam ASEAN. 109
memenuhi persyaratan-persyaratan secara teknis dan telah melaksanakan kewajiban mereka sebagai anggota untuk melakukan aksesi berbagai persetujuan-persetujuan ASEAN, maka menteri-menteri ASEAN telah menyetujui bahwa ketiga negara tersebut akan diterima dalam bulan Juli 1997.
Namun menjelang diterimanya negara tersebut, terjadi pertentangan politik di Kamboja antara Perdana Menteri Pertama Ranariddh dan Perdana Menteri Kedua Hun Sen yang menyebabkan tersingkirnya Pangeran Ranariddh dan menimbulkan gejolak politik di negara tersebut. Dalam menghadapi situasi di Kamboja para Menteri ASEAN mengadakan lagi Sidang Khusus di Kuala Lumpur pada tanggal 10 Juli 1997 dan kemudian menyetujuia hanya permintaan keanggotaan Laos dan Myanmar sebagaimana dijadwalkan dan menunda keanggotaan Kamboja sampai pada waktunya yang memungkinkan.110
Dalam Deklarasi Bangkok maupun Piagam ASEAN, tidak ada ketentuan yang mengatur tentang klausula mengenai penarikan diri ataupun pemecatan dari keanggotaan ASEAN. Ada pihak yang menganggap bahwa tidak dicantumkannya hak untuk menarik diri adalah bertentangan dengan hak negara berdaulat untuk ikut atau tidak dalam suatu organisasi internasional. Namun pada kenyataanya sampai pada saat ini, tidak ada negara anggota ASEAN yang benar-benar mempermasalahkan hal ini.
Disamping ke-10 negara anggota ASEAN tersebut, terdapat 2 (dua) negara lain yang memiliki status sebagai Observer (pemerhati). Kedua negara tersebut adalah Papua Nugini dan Timor Leste. Papua Nugini manjadi observer pada
110
ASEAN pada tahun 1976.111 Timor Leste, yang dulunya merupakan sebuah propinsi di Indonesia, memperoleh status Observer dalam ASEAN setelah menuai protes dari berbagai negara ASEAN yang tidak mendukung masuknya Timor Leste ke ASEAN, atas dasar rasa hormat kepada Indonesia. Awalnya, Myanmar menentang pemberian status observer kepada Timor Leste karena dukungan Timor-Leste terhadap pejuang pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi.112
Sejak restorasi kemerdekaan Timor Leste pada Mei 2002, ASEAN telah banyak membantu Timor Leste. Timor Leste telah diundang untuk hadir dalam beberapa pertemuan ASEAN. Meskipun begitu, Timor Leste masih tetap berstatus observer. Mantan Menlu Timor Leste yang sekarang menjadi Presiden, Ramos Horta, pernah menyatakan tidak berminat menjadi anggota ASEAN, karena Timor Leste dinilai bukan negara Asia (Tenggara), melainkan negara Pasifik atau Australia. Berbeda dengan rekannya Xanana Gusmao yang menyatakan bahwa akan lebih menguntungkan bagi Timor Leste apabila berafiliasi dengan ASEAN dibandingkan dengan apabila bergabung dengan Pacific Islands Forum.113
Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa Timor Leste sangat berminat untuk menjadi anggota ASEAN. Bahkan Pemerintah Timor Leste melalui Kementerian Luar Negerinya telah menargetkan bahwa Timor Leste akan menjadi anggota ASEAN pada tahun 2012, hal ini sangat di dukung oleh pemerintah Indonesia juga negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura, dan lain-lain. Hal ini dapat 111http://www.bing.com/reference/semhtml/ASEAN?src=abop&fwd=1&q=asean&qpvt=ase an, 10 Januari 2010. 112 http://id.wikipedia.org/wiki/ASEAN, 10 Januari 2010. 113 Ibid.
dilihat bahwa Pemerintah Timor Leste juga telah membuka Sekretariat Nasional ASEAN di Dili pada awal bulan Februari 2009, dimana sekretariat ini akan berfungsi untuk mempersiapkan tahapan-tahapan menjadi keanggotaan ASEAN.114
C.Anggaran Dasar sebagai salah satu Syarat Sebuah Organisasi Internasional.
Pertumbuhan organisasi internasional telah dimulai sejak abad pertengahan. Misalnya negara-negara Eropa pada saat menghadapi Napoleon mendirikan Holy Alliance atas inisiatif Czar Alexander I, 26 September 1815, yang bertujuan untuk tetap mempertahankan kekuasaan absolut dari raja sebagai reaksi terhadap adanya tekanan akibat adanya revolusi Prancis di mana kedaulatan ada di tangan rakyat dan bukan di tangan raja. Setelah perang dunia II, makin banyak organisasi internasional yang didirikan. Diantaranya lahir International Maritime Consultative Organization (IMCO) pada tahun 1947, World Meteorological Organization (WMO) pada tahun 1951, dan organisasi-organisasi lainnya di bidang telekomunikasi.115
Menurut Pasal 2 ayat (1) (i) Konvensi wina 1969 tentang Law of Treaties (Hukum Perjanjian), organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Defenisi yang diberikan konvensi ini adalah sempit, karena membatasi diri hanya pada hubungan pemerintah (inter-governmental oragnization’s – IGO’s).
114 Ibid.
115
Perumusan defenisi yang sempit ini mungkin didasarkan atas kehati-hatian, karena dibuatnya defenisi yang baku akan melahirkan konsekuensi hukumnya baik di tingkat teori maupun praktis. Defenisi yang sempit ini juga tidak berisikan penjelasan mengenai persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi untuk dapat dinamakan organisasi internasional dalam arti kata yang sebenarnya. Sebaliknya defenisi yang sempit ini mendapat tantangan dari para penganut defenisi yang luas termasuk NGO’s.116
Walaupun setiap organisasi itu berbeda dan dipahami secara terpisah, akan tetapi memiliki beberapa karakteristik yang mendasar, yaitu117:
1. Establishment by treaty (constituent treaty), although there are some exceptions (pendirian oleh adanya suatu perjanjian pokok, walaupun ada beberapa pengecualian).
2. International legal personality separate from its members (personalitas yuridik internasioanl yang terpisah dari anggota-anggotanya).
3. Financed by the members (pembiayaan melalui iuran yang berasal dari anggota).
4. Permanent secretariats (sekretariat yang bersifat permanen).
Leroy Bennet mengemukakan ada 5 (lima) ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu oraginsasi internasional, yaitu :
116 Boer Mauna, Op. Cit., hal. 462.
117 Anthony Aust, Handbook of International Law, (Cambridge : Cambridge University Press, 2005), hal.196-197.
1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions (organisasi permanen untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang berkesinambungan).
2. Voluntary membership of eligible parties (keanggotaan yang sukarela dari pihak-pihak yang memenuhi syarat).
3. Basic instrument stating goals, structure, and methods of operation (anggaran dasar yang berisi tujuan, struktur, dan cara-cara bertindak).
4. A broadly representative consultative conference organ (badan perwakilan, konsultatif, dan perundingan yang bersifat luas).
5. Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research, and information functions (sekretariat permanen utnuk melaksanakan fungsi administratif, penelitian, dan informasi yang berkesinambungan).
Setiap organisasi internasional mempunyai aturan-aturan yang merupakan hukumnya sendiri. Bagaimana sutau organisasi internasional memperlakukan hukumnya tergantung pada organisasi internasional itu sendiri. Sebagai contoh Uni Eropa hukumnya dpaat mempunyai dampak langsung pada hukum nasional negara anggotanya.
Dapat dipastikan suatu organisasi internasional mempunyai anggaran dasar sebagai landasan bekerjanya organisasi internasional tersebut. Untuk perkembangan hukum selanjutnya dari organisasi internasional tersebut tergantung pada keputusan yang dibuat alat perlengkapan/organ dari organisasi internasional. Kewenangan dari suatu alat perlengkapan/organ untuk membuat keputusan ditetapkan dlaam anggaran dasarnya.
Perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat suatu organisasi internasional biasanya disebut anggaran dasar organisasi internasional. PBB misalnya menyebutnya dengan Charter (Piagam), Council Eropa menyebutnya dengan Statute (statuta), LBB menyebutnya dengan Covenant (Kovenan), ILO, UNESCO, WHO, FAO menyebutnya dengan Constitution (Konstitusi), dan lain sebagainya.
Anggaran dasar suatu organisasi internasional itu tidak selalu berbentuk sebuah dokumen hukum yang tersendiri. Sebagai contoh anggaran dasar ICAO adalah bagian dari Chicago Convention on International Civil Aviation. Kovenen LBB dan anggaran dasar ILO adalah bagian dari perjanjian damai tahun 1919 (peace treaties).
Anggaran dasar organisasi internasional pada umumnya adalah suatu perjanjian multilateral. Yang membedakan anggaran dasar suatu organisasi internasional dengan perjanjian multilateral pada umumnya adalah118 :
1. Membentuk suatu badan hukum (creation of a legal person).
Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggran dasar suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak, tetapi yang penting anggaran dasar ini membentuk subjek hukum internasional baru. Sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ sendiri serta mengambil sendiri bagian dalam hubungan internasional. Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak dalam suatu perjanjian internasional. Tujuan
118
dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan struktur dan aturan fungsi suatu organisasi internasional.
2. Pembatasan untuk reservasi (limitation on reservation).
Walaupun pada perjanjian multilateral reservasi adalah hal yang diperbolehkan, tetapi untuk suatu anggaran dasar suatu organisasi internasional reservasi tidak dikehendaki. Hal ini disebabkan karena negara anggota suatu organisasi internasional tidak hanya bekerjasmaa dnegan anggota yang lain untuk berpartisipasi dalam suatu organisasi internasional, tetapi negara anggotanya bersama-sama memutuskan masalah-maslaah penting. Oleh karena itu, negara-negara anggota membutuhkan aturan yang sama yang mengikat mereka untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. Disamping itu, suatu anggaran dasar bila diperlukan untuk disesuaikan dengan kebutuhan organisasi internasional dapat diadakan perubahan.
3. Pembaruan secara diam-diam (tacit renewal).
Suatu organisasi internasional harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada dalam masyarakat. Organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ yang diberi wewenang untuk mengadakan perubahan anggaran dasar bila itu diperlukan. Anggaran dasar suatu organisasi internasional biasanya telah menentukan bagaimana suatu anggaran dasar itu dapat diubah. Meskipun tidak ada ketentuan perubahan, konstitusi dapat diubah. Alat perlengkapan utama/organ dari suatu organisasi internasional dapat mengadakan penafsiran atas ketentuan dalam konstitusi sesuai dengan
tujuan organisasi; bila penafsiran itu tidak ditolak berarti negara anggota menyetujuinya dan penafsiran itu akan mengikat.
Walaupun amandemen telah ditentukan alat perlengkapan utama/organ utama mana dalam organisasi internasional itu yang berhak mengadakan amandemen, kadang-kadang masih dibutuhkan adanya suatu sidang khusus (special review conference), gunanya adalah mendapatkan suatu pandangan yang komprehensif untuk suatu perubahan.119 Sebagai contoh ketentuan dalam Pasal 109 Piagam PBB. Pasal 109 (1) menentukan :
“a general conference of the members of the United Nations for the purpose
of reviewing the present Charter may be held at a date and place to fixed by two thirds vote of the members of the general assembly and by vote of nine members of the Security Council. Each member of the United Nations shall
have one vote in the conference.”120
(perubahan Piagam PBB harus dengan sidang Majelis Umum PBB yang diusulkan oleh dua per tiga anggota Majelis Umum dan suara sembilan anggota Dewan Keamanan. Setiap negara anggota memiliki satu hak suara). Ada beberapa prinsip yang mendasari berlakunya suatu amandemen anggaran dasar121 :
1. Prinsip kesepakatan (concent principle).
Kebutuhan akan adanya kesepakatan dari para anggota untuk berlakunya suatu amandemen dari suatu anggaran dasar merupakan prinsip yang telah lama dianut oleh masyarakat internasional. Sevagai contoh, pada ICAO, dalam konvensinya Pasal 94 (a) menentukan :
“any proposed amendment to this convention must be approved by a two thirds vote of the Assembly and shall then come into force in respect of
119 Ibid, hal.186.
120 United Nations Charter, San Fransisco, 26 Juni 1945. 121
States which have ratified such amendment when ratified by a number of contracting StatesSpecified by the assembly. The number of so specified shall not less than two-thirds of the total number of contracting States.”
Menurut ketentuan Pasal 94 (a) Konvensi ICAO tersebut, amandemen itu harus disetujui oleh dua per tiga suara pada majelis, dan untuk dapat berlaku harus diratifikasi oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota assembly, dan hanya inrespect of states yang meratifikasi amandemen tersebut.
2. Prinsip Legislatif (The Legislative Principles)
Dalam prinsip legislatif ini diperlukan suara mayoritas untuk menentukan amandemen yang akan mengikat anggota yang tidak setuju (minoritas). Prinsip ini dianut dalam Pasal 108 Piagam PBB, menentukan :
“amandments to the present charter shall come into force for all members
of the United Nations when they have been adopted by a vote of two thirds of the members of the General Assembly and ratified in accordance with their respective constitutional processes by two-thirds of the members of the United Nations, including all the permanent members of the Security
Counsil.”
Jadi menurut Pasal 108 Piagam PBB suatu amandemen di setujui dua per tiga anggota Majelis Umum dan diratifikasi oleh dua per tiga anggota PBB termasuk semua anggota tetap Dewan Keamanan PBB, amandemen lalu berlaku bagi semua anggota. Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti mengapa sampai saat ini perubahan piagam sebaimana ditentukan pada Pasal 108 Piagam PBB ini belum pernah terjadi. Persyaratan harus adanya kesepakatan dari semua anggota tetap Dewan Keamanan inilah yang menjadi kendala.
3. Kombinasi antara kedua prinsip.
Selain kedua prinsip di atas ada amandemen yang dibedakan antara amandemen minor dan mayor, minor amandemen perubahannya cukup dengan prinsip legislatif (legislative principle), sedangkan mayor amandemen perubahannya memerlukan kesepakatan (concent principle). Sebagai contoh Pasal 20 Konstitusi FAO (Food and Agriculture Organization) yang membedakan antara perubahan yang menyangkut kewajiban-kewajiban baru bagi para anggota dan perubahan-perubahan yang tidak menyangkut kewajiban baru bagi para anggota. Bagi perubahan yang tidak menyangkut kewajiban para anggota harus disahkan oleh dua per tiga anggota conference, sedangkan untuk perubahan yang menyangkut kewajiban baru anggota diperlukan pengesahan dua per tiga anggota conference diikuti oleh ratifikasi dua per tiga anggota dan berlaku untuk semua anggota yang meratifikasi.
Kapan berlakunya suatu amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri. Biasanya amandemen untuk penambahan suatu alat perlengkapan/organ utama biasanya berlaku efektif sehari setelah amandemen sah.122
Ada kemungkinan suatu anggota menolak amandemen, hal ini bisa terjadi dalam amandemen dengan prinsip kesepakatan atau pada penerapan prinsip legislatif tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri.123
122 Ibid, hal.189.
123
D. Perkembangan ASEAN
Setelah berjalan lebih kurang 40 tahun, ASEAN sebagai sebuah organisasi internasional yang bersifat regional telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Kemajuan tersebut dicapai baik melalui kerjasama dalam berbagai bidang di antara negara-negara anggotanya maupun melalui kerjasamanya dengan organisasi internasional lainnya dari berbagai kawasan. ASEAN juga telah berhasil mencatatkan dirinya sebagai satu organisasi internasional yang sangat berhasil dan mempunyai peranan yang kuat dan penting dalam masyarakat dunia.
Pada tahun 1967, negara-negara yang membentuk ASEAN belum atau sangat sedikit mempunyai pengalaman dalam masalah kerjasama regional yang dapat menguntungkan semua pihak. Singapura baru saja (dua tahun) memisahkan diri dari Federasi Malaysia, hal yang mewarisi rasa kepahitan yang meracuni hubungan Malaysia-Singapura. ASA dan MAPHILINDO yang baru saja berhasil dibentuk pada tahun 1961 dan 1963, tidak mampu bertahan lama, dan akhirnya hancur berantakan, masing-masing sebagai akibat sengketa Sabah antara Malaysia dan Filipina dan konfrontasi yang dilancarkan Indonesia. Pendek kata, tidaklah mengherankan jika pada saat-saat pembentukan ASEAN, hubungan antara kelima negara Asia Tenggara itu dikecam oleh rasa kecurigaan jika tidak permusuhan.124
Dalam suasana beginilah ASEAN dilahirkan. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa ASEAN harus melalui masa pertumbuhannya demikian lama. Kerjasama regional ASEAN sejak dibentuknya (1967) telah melewati tahap-tahap pertumbuhan.
124
Kemajuan ASEAN tidak menonjol dalam proyek-proyek raksasa, tetapi lebih banyak menjelma dalam bentuk rasa kesetiakawanan yang sangat dibutuhkan oleh setiap kerjasama regional. Agar ASEAN dapat berkembang mencapai sasarannya seperti yang diamanatkan Deklarasi Bangkok memang tidak dapat dihindarkan tanggung jawab menanggulangi proyek-proyek raksasa yang sesuai martabat dan kedudukan ASEAN sebagai kerjasama regional yang mencakup kawasan dan penduduk tidak kurang dari kawasan dan penduduk Masyarakat Ekonomi Eropa.125
Secara resmi, para menteri Luar Negeri ASEAN bertemu sekurang-kurangnya sekali setahun dan jika dianggap perlu dapat lebih sering. Pertemuan-pertemuan tersebut tidak saja tambah memperkenalkan satu sama lain, tetapi juga menimbulkan rasa perlu memperkenalkan. ASEAN menjadi sarana komunikasi sosial antara negara dalam sejarah Asia Tenggara.
ASEAN memberikan dorongan hebat terhadap pertumbuhan berbagai prakarsa yang datang dari berbagai sektor kehidupan bermasyarakat. Kegiatan tersebut ada yang bekerjasama dengan erat dengan Panitia Tetap, dan ada yang bergerak atas prakarsa sendiri-sendiri. Adanya berbagai kegiatan tersebut menunjukkan bahwa ASEAN sedang mengalami suatu proses pemasyarakatan, yaitu tumbuhnya suatu cita-cita ASEAN akan dapat menjadi realita, apabila seluruh sektor kegiatan masyarakat di negara-negara ASEAN ikut aktif berpartisipasi. Perkembangan ini merupakan pertanda bagi ASEAN telah menjadi
125
suatu organisasi regional yang memiliki hak hidup dan kepercayaan seluruh lapisan bangsa.126
ASEAN melangkah dalam perkembangannya sejak Konferensi Tingkat Tinggi Bali tahun 1976. KTT Bali dicatat sebagai titik puncak dalam sejarah