• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Keluarga Batak Toba

2. Keberadaan Anak

Umumnya keberadaan anak dalam suatu keluarga menjadikan keluarga itu terasa hidup, harmonis, dan menyenangkan, sebaliknya ketiadaan anak dalam keluarga menjadi keluarga terasa hampa dan gersang, karena kehilangan salah satu ruh yang dapat menggerakkan keluarga tersebut.

Kebiasaan orang Indonesia khususnya keluarga Batak Toba dimanapun berada mereka, jika mereka yang sudah lama sekali baru berjumpa umumnya menjadi topik pembicaraan banyak membicarakan soal anak-anak mereka atau keturunan mereka dan jarang sekali membicarakan kekayaan yang dimiliki. Oleh karenanya keberadaan anak dalam keluarga Batak Toba sebagai kelanjutan keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidup yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat terdekat mereka sendiri. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya keberadaan anak dalam kehidupan seseorang atau keluarga Batak Toba, terlebih keberadaan anak bagi keluarga melebihi dari nilai harta kekayaan yang dimiliki. Sesuai lagu anak Medan bahwa di dalam masyarakat Batak Toba anak anak memiliki prinsip biar kambing dikampung sendiri, tetapi banteng diperantauan yang artinya di kampung bisa diremehkan atau dilecehkan tetapi ketika diperantauan tidak ada alasan untuk menerima hal yang sama.52

50 Ibid.

51 Ibid.

52 Judika, “ Analisis Makna Anak Laki-laki di Masyarakat Batak Toba secara Sosial”, dalam JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017., h.11

45

Anak sebagai kemulian harta melebih harta lainnya menunjukkan bahwa keberadaan anak bagi orang tua dalam keluarga Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari menjadi tempat bagi orang tua untuk mencurahkan kasih sayangnya, anak sebagai sumber kebahagiaan keluarga, anak sebagai bahan pertimbangan pasangan suami-istri ketika ingin bercerai, anak sebagai tempat untuk mensosialisasikan nilai–nilai dalam keluarga dan harta kekayaan keluarga diwariskan serta anak sebagai tempat orang tua dalam menggantungkan berbagai harapannya.

Adanya anak dalam keluarga Batak Toba dapat menambah sahala53 (wibawa) kedua orang tua, konsep sahala sebagai salah satu aspek dari tondi (roh). Seseorang yang memiliki kewibawaan kekayaan dan keturunan adalah orang yang memiliki sahala. Sahala seseorang bertambah bila hal-hal tersebut bertambah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sesuatu yang dipastikan bahwa acara perkawinan54 yang sakral dari sebuah keluarga Batak Toba tujuannya yang sangat ditunggu-tunggu adalah keturunan yang dapat meneruskan keluarga, terlebih prinsip patrenial dalam budaya Batak Toba menuntut adanya garis keturunan anak laki-laki. Oleh karenanya anak laki-laki memegang peranan penting dalam kelanjutan generasi. Artinya apabila seseorang tidak mempunyai anak laki- laki hal itu dapat dianggap Nupunu karena tidak dapat melanjutkan silsilah.55 Sebagai catatan bahwa anak pada masyarakat Batak Toba sangat memiliki peranan penting dalam hal pembawaan Marga. Pada masyarakat Batak Toba yang meneruskan marga pada silsilah adalah anak laki-laki sementara anak perempuan

53 Dalam konsep Batak, seluruh kehidupan tertuju pada daya dan upaya untuk mencapai kepemilikan sahala. Sahala dalam filsafat Batak sangat besar pengaruhnya dalam segala gerak hidup orang Batak, dan semua orang Batak harus mempunyai sahala.

54 Banyaknya seremonial adat itu seperti perkawinan membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan.

55 Judika N. Sianturi, Makna Anak Laki-Laki Di Masyarakat Batak Toba (Studi kasus di Kota Sidikalang Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara) dalam JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017, h. 8

46

tidak diperhitungkan sama sekali di silsilah Adat Batak Toba.56

Jika dalam keluarga Batak Toba tidak ada anak laki-laki maka silsilah Marga dalam keluarga itu akan hilang dan tidak akan diingat lagi. Garis turunan laki laki memegang peranan penting pada sistem kemasyarakatan Batak Toba. Anak laki-laki adalah raja atau panglima yang tidak ada taranya pada kelompok keluarga. Sebuah keluarga jika tidak memiliki anak laki-laki akan merasa hidupnya hampa dan silsilahnya akan punah dari silsilah batak dan namanya tidak akan diingat lagi atau disebut orang lagi.

Oleh karenanya Suku Batak memiliki sistem kekerabatan Patrilineal, yakni prinsip keturunan yang menghitung hubungan kekerabatan berdasarkan garis ayah atau laki-laki, jadi jika keluarga Batak tidak memiliki anak laki-laki, maka marganya akan punah. Karena itu, anak laki-laki seringkali diperlakukan berbeda dengan saudara perempuannya. Perbedaan perlakuan ini dapat berupa perbedaan pemberian tanggung jawab, perbedaan perhatian hingga perbedaan rasa sayang. Oleh karenanya kehidupan orang Batak Toba yang penuh dengan konsep adat budaya menjadikan seorang anak berperan penting dalam pelengkap adat, salah satunya acara adat perkawinan yang isi acaranya sangat banyak dan membutuhkan kehadiran anak dalam sebuah keluarga.57

Seiring dengan keterangan di atas, maka dapat ditemukan sejumlah falsafah terkait keberadaan anak dalam keluarga Batak Toba yakni dikenal dengan istilah Anakkonhido Hamoraon Diau merupakan keinginan disetiap keluarga dari suku Batak Toba mewujudkan anak yang baik dan berkualitas. ‘anakkon hi do hamoraon di au’, artinya bahwa anakku adalah harta bagiku. Oleh karena hampir sebahagian besar peran aktif orangtua

56 Ibid, h. 13.

57 Dalam masyarakat Batak, perkawinan dianggap ideal apabila perkawinan itu terjadi antara orang-orang rimpal atau marpariban, yaitu perkawinan yang terjadi antara seseorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya.

47

Batak Toba dalam menyekolahkan anak terlihat begitu kental, sehinga mereka rela "marhoi-hoi tu dolok tu toruan" (berjuang keras) demi keberhasilan pendidikan anak. Ilmu pengetahuan itu mereka ibaratkan sebagai air jernih yang terus mengalir tidak terbendung.58

Seiring penjelasan di atas maka keluarga Batak Toba yang berada pada kehidupan adat-istiadat umumnya menganggap bahwa adanya anak maka tujuan hidup yang ideal dalam budaya Batak Toba dapat tercapai yang tercakup dalam nilai 3H yakni (hamoraon, hagabeon, dan hasangapon).

Berdasarkan penjelasan di atas keberadaan anak dalam keluarga Batak Toba memiliki anak adalah sebuah kekayaan yang tidak ternilai bagi suku Batak Toba. Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa anak itu akan bernilai lebih jika anaknya adalah laki-laki apalagi jika itu adalah anak sulung, ini ibarat sebuah berkat yang sangat besar bagi keluarga Batak Toba. Anak laki-laki nantinya akan menjadi pewaris marga dari orang tua laki-laki. Jika sebaliknya maka keluarga tersebut Ayahnya dan tidak akan pernah diingat atau diperhitungkan dalam silsilah. Nupunu artinya adalah bahwa generasi seseorang sudah punah tidak berkelanjutan lagi pada silsilah Batak Toba apabila karena tidak mempunyai anak laki-laki. Sebagai pertanda dari prinsip keturunan Batak Toba adalah Marga.59

Keberadaan anak dalam keluarga Batak Toba terkait dengan jenis kelamin laki-laki pada aspek ekonomi keluarga diketahui sebagai tulang punggung keluarga. Oleh karenanya idalam keluarga Batak Toba anak laki-laki sudah di didik keras untuk mandiri, karena yang mencari nafkah dalam keluarga Batak Toba adalah anak laki-laki. Selain itu juga dalam budaya Batak Toba anak laki-laki berfungsi sebagai ahli waris dari keluargaya. Pembagian

58 http://sumut.antaranews.com/berita/149942/orangtua-bukan-sebatas-penonton-dalam-pendidikan-anak. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2017.

48

harta warisan dalam masyarakat Batak Toba anak laki-laki lah yang berhak memperoleh seutuhnya dan anak perempuan tidak akan mendapatkan apa apa, karena anak perempuan tidak dihitung dalam silsilah keluarga tersebut dan anak perempuan akan ikut kepada suaminya kelak jika sudah menikah.60

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa budaya sangat mewarnai makna nilai dalam sebuah keluarga terlebih kebanggaan memiliki anak laki-laki untuk sebuah keluarga Batak Toba merupakan suatu harapan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, oleh karenanya dapat dikatakan kehadiran anak laki-laki merupakan kekayaan yang tidak ternilai harga dalam keluarga Batak Toba.

Anak laki-laki kelak merupakan pelanjut keturunan dalam keluarga Batak Toba, maka umumnya pada masyarakat Batak Toba keturunan sangat diharapkan untuk mengembangkan etnisnya atau sukunya. Di dalam masyarakat Batak Toba jika tidak dikaruniakan anak laki-laki untuk meneruskan atau melajutkan keturunannya maka akan kurang lengkap dan akan timbul niat untuk mendapatkanya meskipun sudah memiliki anak banyak yang perempuan.

Dokumen terkait