• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.9. Model Pembiayaan Mudarabah yang Ideal

4.9.3. Keberhasilan Pembiayaan Mudarabah

Hasil kuisioner dan pendalaman melalui wawancara kepada tiga BPRS yang menjadi model, menunjukkan bahwa pembiayaan mudarabah yang ideal dan berhasil dilakukan, karena pada umumnya mereka melakukan empat strategi khusus, yakni penyiapan sumber daya insani yang fokus pada pembiayaan mudarabah, perencanaan segmentasi pasar khusus mudarabah, pendampingan sosial berkelanjutan dan pengawasan rutin, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Penyiapan tenaga khusus

Keputusan memilih sebuah produk tidak saja dipengaruhi oleh produk itu sendiri tetapi juga kualitas pemasaran dan pemasarnya (marketer). Seorang marketing memiliki peran yang sangat penting, karena kemampuannya dalam membangun komunikasi dengan pelanggan (Amin, 2011). Kemampuan memasarkan produk perbankan syariah juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia pada bank syariah tersebut. Etos kerja marketing syariah juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap agamanya (Awan dan Bukhari, 2011). Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa semakin baik keberagamaan marketing, maka

214 kinerjanya lebih baik dari yang lain. Ukuran kinerja tidak saja diukur dari kemampuannya memasarkan produk bank syariah tetapi juga tingkat kepatuhan syariahnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Echchabi dan Aziz (2012), tentang persepsi nasabah terhadap pelayanan bank syariah di Maroko menunjukkan bahwa selain faktor kayakinan normatif terhadap agamanya, juga pelayanan syariah yang dilakukan oleh pegawai bank syariah mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih produk bank syariah. Perilaku syariah para bankir, ditunjukkan dengan kemampuannya memberikan penjelasan secara detail terhadap produk syariah, perilaku keseharian, seperti shalat tepat waktu dan pelayanan kantor tutup sementara saat masuk waktu shalat turut mempengaruhi pilihan nasabah (Othman dan Owen, 2001).

Meskipun keyakinan nasabah terhadap agamanya (Islam), memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan membeli produk perbankan syariah, tetapi peran marketing syariah dalam meyakinkan masyarakat terhadap produk perbankan syariah, memberikan pengaruh yang sangat besar pula (Hejase et al. 2012). Marketer syariah, berkewajiban menyampaikan sosialisasi produk bank syariah dengan baik, sehingga semakin menguatkan keyakinan masyarakat terhadap bank syariah. Karenanya keberhasilan memasarkan produk perbankan syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan marketing dalam meyakinkan masyarakat (Hassan, 2008).

215 Lebih jauh temuan penelitiannya (Hassan) 2008, menunjukkan bahwa nasabah menghendaki kepada setiap marketing syariah supaya memiliki etika yang baik, karena etika marketing syariah dapat meningkatkan keyakinan nasabah. Keberhasilan memasarkan produk bank syariah tidak saja tergantung pada kualitas produk dan jasa perbankan, tetapi juga kualitas pemasarannya.

Dalam jangka panjang, etika marketing dapat meningkatkan loyalitas dan pertumbuhan sebuah produk. Kepuasan pelanggan dan loyalitasnya terhadap sebuah produk tergantung bagaimana produk tersebut dipasarkan secara benar dan disinilah peran etika bagi pemasar (Saed et al. 2001).

Pembiayaan mudarabah sebagai produk khusus dan segmentasi pasar yang berbeda, memerlukan teknik atau pendekatan tertentu dalam memasarkannya (Amin et al. 2011). Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dengan segmentasi khusus sangat dipengaruhi oleh kemampuan personalnya (personal selling) karena tidak semua pasar bisa dimasuki dengan cara yang sama (Pour et al. 2013).

Marketing syariah dalam memasarkan produk bank syariah harus tetap berpegang teguh pada hukum Islam, etika dan norma masyarakat. Kepatuhan marketing syariah terhadap berbagai aturan yang berlaku, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Kepatuhan syariah bagi marketing, harus nampak pada perilaku individu,

216 sosial dan profesionalitas dalam bekerja (Saeed dan Baiq, 2013) dan (Othman dan Owen, 2001).

2. Perencanaan pasar khusus mudarabah.

Segmentasi atau perencanaan pasar merupakan strategi membagi pasar berdasarkan kreteria tertentu yang dapat diukur, seperti berdasarkan agama, kelompok sosial, wilayah, kelompok industri, usia, jenis kelamin dan lain-lain (Todorova, 2015). Dengan strategi segmentasi pasar tersebut, perusahaan dapat menetapkan pendekatan khusus yang berbeda antara satu segmen dengan yang lainnya. Bahkan perkembangan terbaru tentang pengelompokan pasar dapat mengubah pola hubungan perusahaan dengan konsumennya atau customer relationship management (Jackson dan Ahuja, 2016). Segmenting juga dapat memudahkan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan dan market share (Asih dan Asih, 2015).

Todorova (2015), menemukan bahwa pengelompokan pasar sangat diperlukan dan menjadi penentu keberhasilan dalam memasarkan produk. Lebih jauh temuannya juga menyatakan, segmen pasar yang khsusus lebih memudahkan manajeman dalam membangun komunikasi atau marketing communication. Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dengan segmentasi khusus sangat dipengaruhi oleh kemampuan personalnya (personal selling) karena tidak semua pasar bisa dimasuki dengan cara yang sama (Pour et al. 2013).

217 Mudarabah merupakan produk yang unik dan membutuhkan pasar khusus serta kemampaun tertentu dalam memasarkannya. Karenanya keberhasilan memasarkan produk pembiayaan mudarabah dipengaruhi oleh adanya sentuhan pemasaran syariah, baik secara personal maupun kolektif (Amin et al. 2011). Lebih jauh penelitianya juga menemukan bahwa faktor dorongan dari pemerintah tidak memiliki pengaruh bagi nasabah dalam memilih bank syariah.

Pengaruh faktor agama terhadap pilihan masyarakat pada produk bank syariah juga pernah diteliti oleh Awan dan Bukhari (2011). Penelitiannya dilakukan pada nasabah bank syariah di Pakistan dan temuannya menunjukkan bahwa tingkat keyakinan agama seseorang merupakan faktor yang secara siknifikan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih produk bank syariah. Sejalan dengan hal tersebut, Lee dan Ullah (2011), juga menemukan bahwa nasabah yang memiliki tingkat keagamaan lebih baik, memiliki keinginan lebih kuat dalam memilih produk bank syariah. Karenanya nasabah sangat menginginkan supaya bank syariah memenuhi standar kepatuhan syariah (Echchabi dan Aziz, 2012).

3. Pendampingan sosial ekonomi

Penelitian Usman dan Tasmin (2016), menemukan bahwa salah satu kekuatan pembiayaan mikro terletak pada pendampingan nasabah secara berkelanjutan. Dengan pendampingan, micro finance mampu meningkatkan pendapatan nasabah, kesejahteraan bahkan sampai

218 pendidikan bagi anak-anaknya. Kemampuan mengembangkan usaha nasabah, dimulai dengan pengembangan sumber daya manusia. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Sen dan Anand (2000), yang menyatakan bahwa kemampuan meningkatkan sikap, keterampilan berusaha serta pengetahuan nasabah, sangat mempengaruhi keberlangsungan usahanya.

Menurut Mirakhor dan Zaidi (2007), model mudarabah dan musyarakah mampu membangun relasi sosial yang lebih baik dibanding akad yang lain. Relasi sosial yang mutual antara sahibul mal dengan mudarib, mampu meningkatkan kepercayaan keduanya dan kondisi tersebut merupakan modal sosial yang sangat baik (Gafoor, 2001). Temuan dari penelitian ini menguatkan praktik mudarabah yang mampu menekan risiko, jika antara sahibul mal dengan mudarib terbangun komunikasi yang baik. Karenanya pembiayaan mudarabah dengan pendekatan sosial, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berusaha bagi nasabah. Dengan pendekatan sosial tersebut, pembiayaan mikro mampu menekan praktik pembiayaan yang tidak sehat seperti konflik kepentingan, moral hazard dan adverse selection, serta praktik negatif dari pola keagenan yang bisa terjadi (Mirakhor dan Zaidi, 2007). Sistem mudarabah dan musyarakah juga mampu mambangun moral dan etika berusaha yang lebih baik (Usman dan Tasmin, 2016). Bahkan penelitian Saad et al. (2013), menunjukkan sistem profit sharing (PLS), dengan akad mudarabah dan musyarakah melalui hubungan sosial yang mutual,

219 dalam jangka panjang mampu menekan risiko pembiayaan, meningkatkan profitabilitas dan pembangunan sosial ekonomi.

Pendekatan sosial kepada nasabah dapat dilakukan melalui pendampingan dan pendidikan keuangan. Dengan pendekatan tersebut, risiko terjadi gagal bayar dapat dikendalikan dan sekaligus mampu meningkatkan hubungan baik dengan nasabah (Arsyianti dan Kassim, 2017). Dalam penelitian tersebut ditemukan adanya pengaruh positif antara pendidikan keuangan dengan pengendalian risiko. Semakin tinggi tingkat literasi keuangan nasabah, semakin besar tanggungjawab moral untuk mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian.

4. Pengawasan secara rutin

Kegiatan usaha yang dibiayai dengan akad mudarabah merupakan hak ekslusif mudarib, tetapi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memiliki kewenangan dalam pengawasan terhadap usaha mudarib (DSN, 2000). Meskipun pada umumnya mudarib tidak mau diawasi karena dapat menganggu usahanya, namun pengawasan terhadap usaha mudarib sangat diperlukan untuk menjaga komitmen dalam pemenuhan kewajiban oleh nasabah atau mudarib (Chatta dan Alhabshi, 2017). Kemampuan bank syariah dalam melakukan pengawasan secara rutin berdampak positif bagi bank syariah dan mudarib sekaligus. Bagi bank syariah, pengawasan secara rutin berkala dapat meningkatkan efisiensi dan prinsip kehati-hatian. Karena dengan pengawasan rutin, berbagai kemungkinan gagal bayar nasabah dapat dideteksi sejak dini. Sedangkan

220 manfaat bagi nasabah akan meningkatkan tanggungjawabnya sebagai mudarib yang mendapatkan kepercayaan penuh dari sahibul mal. Sehingga dengan pengawasan yang rutin atau berkala, mampu meningkatkan efisiensi bagi bank (Chatta dan Bacha, 2010), bahkan dalam situasi krisis ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya suku bunga sekalipun (Chatta dan Alhabshi, 2017).

Pengawasan usaha nasabah menjadi lebih penting, karena model pembiayaan mudarabah memiliki risiko dan ketidakpastian yang tinggi. Problematika usaha mikro yang menjadi pasar khusus bagi BPRS, juga mengharuskan adanya pengawasan yang semakin baik. Penelitian Shaikh et al. (2017), menunjukkan bahwa micro finance di Pakistan melakukan pengendalian yang ketat, sehingga pembiayaan bermasalah bisa ditekan. Lebih jauh temuannya juga menyatakan, keberhasilan micro finance dalam mengembangkan usaha nasabahnya dilakukan dengan pendekatan non keuangan, seperti kemudahan prosedur, dan membangun hubungan sosial yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Uddin (2018), tentang sharia governance menunjukkan hasil yang mendukung pentingnya pengawasan yang ketat. Pengawasan usaha mudarib yang dilakukan oleh sahibul mal langsung maupun melalui pihak lain, akan mendorong mudarib lebih bertanggungjawab dalam memenuhi prinsip syariah. Sebaliknya, kurangnya pengawasan, membuka peluang terjadinya pelanggaran

221 terhadap prinsip syariah. Kegagalan pemenuhan terhadap prinsip syariah berdampak negatif bagi bank syariah dan nasabah (Zain dan Ali, 2017). Keberhasilan usaha nasabah dalam jangka panjang dipengaruhi juga oleh lingkungan sosial dan agama. Dalam rangka meningkatkan fungsi lingkungan sosial dan keagamaan tersebut, nasabah perlu mendapatkan bimbingan berkelanjutan, sehingga mampu secara mandiri membangun kepercayaan diri dan pelayanan (maqashid syariah) terhadap pihak lain (Shaikh, 2018).

Dari berbagai penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan tiga BPRS dalam menekan risiko pembiayaan mudarabah dan meningkatkan kepatuhan syariah dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menyiapkan tenaga kerja khusus, membuat segmentasi pasar tertentu, melakukan pendampingan sosial dan melakukan pengawasan secara rutin atau berkala terhadap mudarib.

Dokumen terkait