• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis data menunjukan tingkat keberhasilan usaha pada anggota kelompok setelah mengikuti program DDCP. Berdasarkan tabel 16 dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan usaha anggota kelompok di daerah penelitian termasuk kedalam kategori rendah yaitu sebanyak 13 responden (43,33%), sedangkan sisanya sebanyak 9 responden (30%) termasuk kedalam kategori rendah dan sebanyak 8 responden (26,67%) termasuk kedalam kategori tinggi. Indikator dari keberhasilan usaha anggota kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu peningkatan populasi sapi perah

yang dimiliki, peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari dan penerimaan yang didapatkan setiap 15 hari.

Tabel 17. Tingkat Keberhasilan Anggota Kelompok Setelah Mengikuti Program DDCP

No Uraian Kategori Penilaian

Responden

Tinggi Sedang Rendah %

1 Pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat sebelum hingga setelah mengikuti program

32,00 32,00 36,00

2 Peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan dari saat sebelum dan setelah mengikuti program

28,00 44,00 28,00

3 Peningkatan penerimaan peternak dari sebelum dan setelah peternak mengikuti program DDCP

56,00 32,00 12,00

Keberhasilan Usaha 32,00 52,00 16,00

Aspek keberhasilan usaha pertama yang diteliti yaitu pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat program dimulai hingga program telah selesai. Sebanyak 9 responden (36,00%), populasi sapi perah yang dimilikinya tetap bahkan ada beberapa peternak yang populasi sapinya menurun dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 4,5 ST dan pada tahun 2014 mengalami penurunan rata-rata menjadi 3,5 ST. Sebanyak 8 responden (32,00%), populasi sapi perah yang dimilikinya meningkat atau bertambah hingga 25% dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 3,5 ST meningkat hingga tahun 2014 menjadi rata-rata sebanyak 4,5 ST, dan sebanyak 8 responden (32,00%), populasi yang dimilikinya

meningkat atau bertambah hingga lebih dari 25% dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 1,5 ST meningkat jadi 5,5 ST pada tahun 2014.

Aspek keberhasilan usaha kedua yang diteliti yaitu peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari. Sebanyak 7 responden (28,00%), produksi susu sapi perah yang dihasilkan per ekor setiap harinya tetap atau tidak meningkat dengan rata-rata produksinya yaitu 13,6 liter/ekor/hari pada tahun 2012 menurun jadi 12 liter/ekor/hari pada tahun 2014. Sebanyak 11 responden (44,00%), produksi susu yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat hingga 25% dengan rata-rata produksi pada tahun 2012 sebanyak 10,34 liter/ekor/hari meningkat hingga 13,89 liter/ekor/hari pada tahun 2014, dan sebanyak 7 responden (28,00%), produksi susu yang dihasilkan per ekor per harinya meningkat hingga lebih dari 25% dengan rata-rata produksi yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 9 liter/ekor/hari meningkat hingga 15,4 liter/ekor/hari pada tahun 2014. Alasan yang diberikan oleh seluruh responden yaitu peningkatan produksi susu sapi perah yang dihasilkan didukung oleh peningkatan pengetahuan peternak mengenai cara dalam meningkatkan produksi susu sapi perah yang telah diberikan dalam kegiatan penyuluhan dan melalui komik yang diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta.

Aspek keberhasilan usaha ketiga yang diteliti yaitu peningkatan penerimaan yang diterima setiap 15 harinya. Sebanyak 6 responden (33,34%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari dari sebelum mengikuti program hingga program selesai tetap bahkan ada beberapa responden yang mengalami penurunan dengan rata-rata penerimaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak Rp. 1.910.707 per 15 hari . Sebanyak 3 responden (13,33%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari, dari sebelum mengikuti program hingga program selesai mengalami

peningkatan hingga 25% dengan rata-rata jumlah penerimaan sebesar Rp. 1.802.878 per 15 hari dan sebanyak 16 responden (53,33%) jumlah penerimaan yang diterima mengalami peningkatan lebih dari 25% dengan rata-rata jumlah penerimaan yaitu sebesar Rp.4.181.238,80 per 15 hari. Hal tersebut didukung oleh peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah yang dihasilkan.

1.5 Korelasi Antara Tingkat Partisipasi Peternak Pada Pogram DDCP

dengan Tingkat Keberhasilan Usaha Sapi Perah 1.5.1 Ketua Kelompok

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) pada ketua kelompok, hubungan antara tingkat partisipasi pada pogram DDCP dengan tingkat keberhasilan usaha sapi perah menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,53. Setelah dilakukan uji signifikansi didapatkan thitung sebesar 1,872 dengan thitung lebih besar dari ttabel = 1,83 (Tabel uji T pada Siegel, 1992) pada tingkat signifikansi 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang positif antara partisipasi ketua kelompok dengan keberhasilan sapi perah dan diinterpretasikan kedalam aturan Guilford (Rachmat, 1998), termasuk dalam kategori yang memiliki hubungan cukup berarti (moderat) yaitu rs (0.53) > 0.40 dan rs (0.53) ≤ 0.70. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat partisipasi ketua kelompok dalam program DDCP termasuk dalam kategori tinggi dan tingkat keberhasilan usaha sapi perah termasuk dalam kategori tinggi. Derajat hubungan tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP terhadap keberhasilan usahanya mempunya hubungan positif (searah) yang cukup erat berarti dengan rs= 0,53, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP, semakin meningkat pula keberhasilan usaha sapi perahnya hingga mencapai 25%.

Ketua kelompok tersebut menyadari bahwa usaha sapi perah yang dikelolanya mencapai keberhasilan, tidak terlepas dari keikutsertaannya dalam program DDCP dan pendidikan non formal yang diikutinya selama ini di program DDCP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ropke (2003) bahwa anggota dapat memperoleh manfaat dari efisiensi yang diciptakan, yaitu melalui tindakan bersama (joint venture), penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan sinergi atau skala ekonomis.

Tingginya tingkat partisipasi akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas produksi susu dan kuantitas ternak seperti populasi serta peningkatan kualitas peternak dimana partisipasi mereka menghasilkan keterampilannya dalam berternak juga memiliki tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi dan dapat memanfaatkan peluang usaha serta mampu memelihara sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak yang dimiliki. Menurut Mubyarto (1984) bahwa keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan erat kaitannya dengan pengetahuan, motivasi dan sikap. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut, sikap positif selanjutnya akan mempengaruhi motivasi seseorang untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Adanya motivasi untuk melakukan suatu kegiatan sangat menentukan apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan. Seperti halnya keikutsertaan peternak dalam program ini akan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki juga mempunyai sikap yang positif terhadap hal baru sehingga peternak dapat termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ternak serta kualitas dirinya sendiri.

Dokumen terkait