• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani dapat dikatakan sustain dilihat dari tingkat kesimbangan pelayanan-peran serta yang tergolong tinggi, dan prinsip-prinsip good governance berfungsi dengan baik di Gapoktan. Tabel 28 menunjukan persentase dan jumlah responden berdasarkan tingkat keberlanjutan kelembagaan.

Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Keberlanjutan Kelembagaan

No Keberlanjutan Kelembagaan Jumlah Persentase

1 Unsustain 10 33,3

2 Sustain 20 66,7

Total 30 100,0

Kategori sustain dari Gapoktan Jaya Tani ini masih berada pada level paling bawah dilihat dari tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT yang masih berada pada level placation (degree of tokenisme), artinya walaupun petani terlihat diberi ruang untuk berpartisipasi, menyampaikan ide dan berpendapat namun keputusan masih berada pada pemegang keputusan atau pengelola kegiatan. Selain itu juga Gapoktan Jaya Tani masih belum mampu mengembangkan jejaring kelembagaan terutama dengan lembaga-lembaga di luar komunitas. Kedepannya, diperlukan sebuah upaya dengan pendekatan atau strategi yang partisipatif untuk memperkuat kapasitas Gapoktan sehingga bisa akses terhadap lembaga-lembaga di luar komunitas, sedangkan di dalam komunitas perlu dibentuk sebuah koperasi pertanian sebagai sebuah solusi permodalan dan pemasaran komoditas pertanian.

6.8 Ikhtisar

Keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani tergolong sustain dilihat dari tingkat kesimbangan pelayanan-peran serta yang tergolong tinggi, dan prinsip-prinsip good governance (demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas) berfungsi dengan baik di Gapoktan. Akan tetapi Gapoktan Jaya Tani masih belum mampu mengembangkan jejaring kelembagaan terutama dengan lembaga- lembaga di luar komunitas. Kategori sustain dari Gapoktan Jaya Tani ini masih berada pada level paling bawah dilihat dari tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT yang masih berada pada level placation (degree of tokenisme), artinya walaupun petani terlihat diberi ruang untuk berpartisipasi, menyampaikan ide dan berpendapat namun keputusan masih berada pada pemegang keputusan atau pengelola kegiatan.

BAB VII

KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DAN PARTISIPASI KELOMPOK

Desa Cibunian merupakan desa yang memiliki potensi luar biasa dalam bidang pertanian, dengan kondisi alam yang mendukung, ketersediaan air yang melimpah, dan kondisi tanah yang subur, serta iklim yang mendukung tidak heran jika 70 persen masyarakatnya bekerja di sektor pertanian. Hampir 80 persen lahan digunakan untuk kebun dan pesawahan. Gapoktan Jaya Tani dibentuk pada tahun 2002 dengan tujuan sebagai wadah bagi para petani untuk saling berbagi informasi dan saling mendukung dalam kegiatan pertanian. Fungsi dan peran Gapoktan penting sekali mengingat lembaga ini sebagai lembaga yang representatif bagi para petani. Keanggotaan dalam Gapoktan didominasi oleh laki- laki, dengan mayoritas anggota berusia di atas 40 tahun. Tingkat pendidikan petani sebagian besar hanya lulusan sekolah dasar, dengan penghasilan rata-rata 500.000-799.000 rupiah. Sebagian besar petani anggota Gapoktan pada umumnya memiliki luas lahan di atas 0,25 Ha.

Peran Desa ini sangat penting dalam menyediakan supply beras bagi Kecamatan Pamijahan, bahkan Kabupaten Bogor, dan bermuara pada supply beras nasional. Salah satu program dari pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi beras nasional adalah program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Program tersebut saat ini sedang aktif pada masing-masing Poktan anggota Gapoktan Jaya Tani. Kegiatan SL-PTT ini berlangsung selama delapan minggu, pertemuan dan diskusi dilakukan setiap satu minggu sekali. Materi-materi yang diberikan berkaitan dengan bagaimana meningkatkan efisisensi dan produktivitas dalam pengelolaan padi.

Keberhasilan program SL-PTT ditentukan oleh dua faktor, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kondisi atau keberlanjutan Gapoktan Jaya Tani, sementara faktor eksternalnya yaitu kemampuan dan keterampilan penyuluh dalam membuka ruang yang luas bagi para petani untuk berpartisipasi. Berdasarkan hasil penelitian tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT masih berada pada level placation (degree of tokenisme), pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki pengaruh meskipun dalam beberapa hal masih

ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat placation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat dapat berpartisipasi namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa ide-ide mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

Keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani tergolong sustain dilihat dari tingkat kesimbangan pelayanan-peran serta yang tergolong tinggi, dan prinsip-prinsip good governance (demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas) berfungsi dengan baik di Gapoktan. Akan tetapi Gapoktan Jaya Tani masih belum mampu mengembangkan jejaring kelembagaan terutama dengan lembaga- lembaga di luar komunitas, namun kecenderungan ke arah itu sudah tampak, saat ini Gapoktan Jaya Tani sedang bekerja sama dengan salah satu perusahaan swasta (PT Nutrimas), bentuk kerjasamannya yaitu pinjaman saprodi pertanian (benih dan pupuk cair) yang dapat dibayar pada saat musim panen.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis pekerjaan, luas lahan, rata-rata penghasilan/bulan) diperoleh suatu analisis bahwa terdapat hubungan yang kuat antara luas lahan dan rata-rata penghasilan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT. Hal ini dikarenakan petani dengan lahan luas dan pengahasilan lebih tinggi cenderung memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat, sehingga lebih dihargai oleh masyarakat, selain itu juga petani dengan lahan luas dan tingkat penghasilan lebih tinggi terlihat lebih merasakan manfaat dari program SL-PTT tersebut.

Tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama oleh kemampuan pendamping atau penyuluh di lapangan dalam membuka ruang partisipasi dan membuat strategi sehingga masyarakat tertarik dan berpartisipasi, sebagian besar penyuluh atau pendamping di lapangan belum memiliki kapasitas dalam menerapkan program-program secara partisipatif termasuk program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Gapoktan Jaya Tani, selain itu juga cakupan wilayah dampingan yang terlalu luas yaitu di tiga Gapoktan membuat waktu penyuluh sangat terbatas pada masing- masing Gapoktan.Faktor kedua, keberlanjutan kelembagaan Gapoktan Jaya Tani

yang masih berada pada level bawah, membuat tidak semua petani memiliki persepsi yang sama terhadap program ini di lapangan, malah ada beberapa petani merasa bahwa kegiatan pertemuan-pertemuan setiap minggu malah mengganggu waktu bekerja mereka. Kedepannya diperlukan upaya untuk memperkuat kelembagaan sehingga lebih berkelanjutan dan setiap anggota diberikan pemahaman yang baik agar setiap orang dalam kelompok memiliki kesamaan visi dan misi sehingga kerjasama antar anggota lebih baik.

BAB VIII PENUTUP

Dokumen terkait