• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.2.5. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok adalah suatu keadaan dimana merokok merupakan suatu aktivitas rutin yang sering dilakukan oleh pekerja yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan baik pada saat jam bekerja di tempat kerja, jam istirahat siang maupun pada saat pekerja berada di dalam maupun diluar rumah. Untuk mengetahui kebiasaan merokok pada pekerja yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan yang menjadi responden dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori merokok dan kategori tidak merokok. Adapun hasilnya distribusi frekuensi kebiasaan merokok dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil penelitian Gudang 201 202 203 Jumlah (Orang) Proporsi 1 Kebiasaan Merokok Merokok 16 14 15 45 75,0 2 Tidak Merokok 4 6 5 15 25,0 Total 60 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 45 orang responden (75,0%) yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan mempunyai kebiasaan merokok sambil bekerja

ataupun disela-sela jam istirahat makan siang dan sebanyak 15 orang responden (25,0%) mempunyai kebiasaan tidak merokok atau tidak pernah merokok sama sekali.

4.2.6. Penggunaan Masker

Penggunaan masker adalah digunakan atau tidaknya masker oleh pekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan untuk mencegah dan menghindari para pekerja dari bahaya dan resiko akibat paparan partikel debu yang melayang-layang di udara yang dapat terhirup para pekerja ketika sedang bekerja. Untuk mengetahui kebiasaan penggunaan masker para pekerja dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Penggunaan masker di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori pekerja yang tidak menggunakan masker dan pekerja yang menggunakan masker pada saat bekerja. Adapun hasil distribusi frekuensi penggunaan masker dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penggunaan Masker Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil Penelitian Gudang 201 202 203 Jumlah (Orang) Proporsi 1 Penggunaan Masker Tidak Menggunakan Masker 16 12 14 42 70,0 2 Menggunakan Masker 4 8 6 18 30,0 Total 60 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan,

sebanyak 42 orang responden (70,0%) mempunyai kebiasaan tidak menggunakan masker pada saat bekerja dan sebanyak 18 orang responden (30,0%) yang mempunyai kebiasaan menggunakan masker pada saat bekerja.

4.2.7. Ventilasi

Ventilasi adalah lubang di dinding bangunan gudang yang berguna untuk sistem pertukaran udara di dalam gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan. Hasil pengukuran luas ventilasi gudang dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ventilasi yang tidak memenuhi syarat apabila luas ventilasi gudang ≤ 10% dari luas lantai gudang dan ventilasi yang memenuhi syarat apabila luas ventilasi gudang ≥ 10 % dari luas lantai gudang. Pengukuran luas ventilasi di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan dilakukan dengan cara mengukur luas ventilasi dengan menggunakan meteran. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengukuran Luas Ventilasi Berdasarkan Tempat Bekerja Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil Ukur Gudang 201 202 203

Jumlah (Orang)

Proporsi 1 Ventilasi Tidak Memenuhi Syarat

(≤10% luas lantai) 20 20 20 60 100,0 2 Memenuhi Syarat (≥10% luas lantai) 0 0 0 0 0,0 Total 60 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa luas ventilasi di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan tidak memenuhi syarat karena gudang-gudang tersebut tidak mempunyai ventilasi yang cukup untuk tempat

keluar masuk udara. Sirkulasi udara di dalam gudang tersebut keluar masuk hanya melalui pintu-pintu yang ada dan terbuka di gudang tersebut ketika ada aktivitas bongkar muat barang di gudang Pelabuhan Belawan tersebut.

4.2.8. Suhu

Suhu adalah keadaan temperatur di dalam gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan. Untuk mengetahui suhu udara dilakukan dengan cara menggunakan alat pengukur suhu udara dengan merk Lutron LM 8000. Suhu udara yang dikatakan nyaman untuk melakukan sesuatu pekerjaan adalah apabila suhu udara berkisar antara 180C-300C. Suhu udara di dalam gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu suhu udara yang tidak memenuhi syarat apabila suhu udara <18oC dan >30oC dan suhu udara yang memenuhi syarat apabila suhu udara berkisar antara 18oC-30oC. Adapun hasil distribusi frekuensi suhu udara dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengukuran Suhu Udara Berdasarkan Titik Tempat Bekerja Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil Ukur Gudang 201 202 203 Jumlah (Orang) Proporsi 1 Suhu Udara Tidak Memenuhi Syarat 16 16 16 48 80,0 2 Memenuhi Syarat 4 4 4 12 20,0 Total 60 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan, sebanyak 48 orang responden (80,0%) berada pada titik tempat bekerja dengan suhu udara yang tidak memenuhi syarat dan 12 orang responden (20,0%) berada pada titik tempat bekerja yang suhu udaranya memenuhi syarat.

4.2.9. Kelembaban

Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara. Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi bahan pencemar di udara. Kelembaban udara di gudang 201, 202 dan 203 dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori kelembaban yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat apabila kelembaban kurang dari 40% atau lebih dari 70% dan kelembaban yang baik atau memenuhi syarat jika memenuhi kelembaban 40%-70%. Pengukuran kelembaban udara di gudang Pelabuhan Belawan dengan menggunakan alat pengukur kelembaban udara hygrometer merk Lutron LM 8000. Adapun hasil distribusi frekuensi pengukuran kelembaban udara dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengukuran Kelembaban Udara Berdasarkan Titik Tempat Bekerja Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil Ukur Gudang Jumlah Proporsi

201 202 203 (Orang) 1 Kelembaban Tidak Memenuhi Syarat 16 16 16 48 80,0 2 Memenuhi Syarat 4 4 4 12 20,0

Total 60 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan, sebanyak 48 orang responden (80,0%) berada pada titik tempat bekerja dengan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat dan 12 responden (20,0%) berada pada titik tempat bekerja yang kelembaban udaranya memenuhi syarat.

4.2.10. Kapasitas paru

Kapasitas paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh atau paru-paru seseorang secara maksimal. Pengukuran kapasitas paru pada pekerja yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan diukur dengan menggunakan alat pengukur kapasitas paru yaitu spirometer. Kapasitas paru pekerja di gudang Pelabuhan Belawan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori ada gangguan kapasitas paru apabila nilai FEV1 dibandingkan dengan nilai FVC hasilnya <75% dan kategori normal apabila nilai FEV1 dibandingkan dengan nilai FVC hasilnya >75%. Adapun hasil distribusi frekuensi pengukuran kapasitas paru dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kapasitas Paru Responden di Gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan Tahun 2013

No Variabel Hasil Ukur Gudang Jumlah Proporsi

201 202 203 (Orang) 1 Kapasitas Paru Ada Gangguan 7 4 5 16 26,7 2 Normal 13 16 15 44 73,7

Total 60 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden yang bekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan, sebanyak 16 orang responden (26,7%) yang mengalami gangguan kapasitas paru dan sebanyak 44 orang responden (73,3%) yang tidak ada mengalami gangguan kapasitas paru atau paru-parunya masih normal.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk melihat hubungan antara variable bebas dengan terikat adalah uji statistik chi-square atau fisher’s exact dengan derajat kepercayaan 95%. Masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada hubungan antara kadar debu, masa kerja, umur, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, penggunaan masker, ventilasi, suhu dan kelembaban dengan gangguan kapasitas paru. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, untuk nilai p<0,05 berarti Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima.

Dokumen terkait