BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.4 Kebijakan
Kebijakan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan merupakan pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan Dinas Kominfo Kota Medan. Kata lain, merupakan himpunan keputusan mengenai cara pelaksanaan strategi, mekanisme tindakan lanjutan untuk pencapaian tujuan dan
84
sasaran, serta kondisi yang dapat mendukung implementasi keputusan yang ditetapkan. Berdasarkan hal ini, maka Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan merumuskan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
1. Kebijakan di bidang sumber daya aparatur
Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam bidang komunikasi dan informatika terutama penguasaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi untuk pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan.
2. Kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur
Meningkatkan kehandalan infrastruktur sistem informasi dan komunikasi di lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan berbasis teknologi besertsa penyediaan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika
3. Kebijakan di bidang pelayanan publik dan partisipasi msyarakat
Meningkatkan kualitas dan kuantitas data dan informasi untuk kebutuhan masyarakat dan pemerintah. Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat melalui peningkatan kualitas dan kuantitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah dan Komunikasi Sosial pada masyarakat.
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar
Pada bab ini akan diuraikan penyajian dan analisa data yang diperoleh penulis melalui penelitian di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, peneliti berhasil mengumpulkan data-data dan informasi mengenai implentasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 tahun 2011 tentang perizinan usaha warnet yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan, diawali dengan mengumpulkan beberapa data atau dokumen dari Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan dan dinas terkait mengenai pelaksanaan Peraturan Walikota Medan No 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet.
2. Melakukan wawancara dengan staf lembaga Dinas Komunikasi dan Informasi yaitu kepala seksi yang menangani langsung pelaksanan peraturan ini atau beberapa pegawai yang terlibat dalam proses penelitian dan mengetahui latar belakang informan tersebut.
3. Melakukan observasi terhadap warnet yang ada disekitar Medan yaitu Kelurahan Padang Bulan dan Johor, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui pelanggaran yang terlihat secara jelas, seperti aturan mengenai jam operasional warnet, warnet bersekat dan aturan yang melarang pelajar bermain pada saat jam pelajaran sekolah untuk menyelaraskan data dengan fakta di lapangann.
86
Informan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:
1. Informan Kunci, yaitu: Kepala Seksi (Kasi) Telekomunikasi Diskominfo 2. Informan Utama, yaitu: Pemilik warnet
3. Informan Tambahan, yaitu :
a. Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Satpol PP
b. Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu
c. Pelanggan warnet
d. Masyarakat di sekitar Warnet.
5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Informan Kunci
Nama : Aser M Napitupulu Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Seksi Telekomunikasi Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Aser selaku Kepala Seksi (Kasi) Telekomunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) menanyakan bagaimana proses implementasi dan pengawasan peraturan yang dilakukan oleh Diskominfo. Sebagaimana telah diatur dalam peraturan menjelaskan bahwa Dinas Kominfo merupakan dinas teknis yang menjalankan peraturan ini. Peneliti mengawali pertanyaan untuk mengetahui tujuan yang ingin
dicapai oleh peraturan ini, Bapak Aser menjawab “tujuan yang ingin dicapai dalam peraturan ini sebagaimana yang ada dalam peraturan adalah memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dalam menjalankan usaha warnet dan
menciptakan warnet yang tertib aman dan nyaman untuk masyarakat”
Berdasarkan pernyataan Bapak aser diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh peraturan ini sesuai dengan peraturan yang ada yaitu memberikan kepastian kepada masyarakat dalam menjalankan usaha warnet dan menciptakan warnet yang tertib aman dan nyaman untuk masyarakat.
Peneliti kemudian melanjutkan wawancara dengan Bapak Aser mengenai proses sosialiasasi peraturan ini, apakah peraturan ini sudah disosialisasikan, kepada siapa sajakah peraturan ini disosialisasikan dan bagaimana bentuk sosialiasi ini dilakukan, Bapak Aser menjawab, “Diskominfo sudah melakukan sosialisasi kepada pemilik Warnet di Medan, bentuk sosialsiasi tersebut dengan cara mendatangi warnet-warnet, membuat spanduk, melaului media sosial seperti Facebook dan berkerja sama dengan pihak kelurahan untuk mensosialiasikan peraturan ini, diharapkan ketika mereka ingin mendaftarkan surat izin usaha dari kelurahan maka pihak dari kelurahan tersebut maka akan menyarankan mereka untuk mengurus surat rekomendasi izin Wa rnet melalui Diskominfo, karena dibutuhkan surat domisili untuk mengurus surat izin rekomendasi.
Bapak Aser dalam pernyataannya diatas menyatakan bahwa sasaran sosialiasi peraturan ini ditujukan kepada pemilik warnet yang memiliki izin usaha dan yang tidak memiliki izin usaha, bentuk sosialiasi peraturan ini dilakukan dengan cara mendatangi warnet-warnet, membuat spanduk pemeberitahuan, menyebarkan melalui media sosial seperti Facebook dan bekerjasama dengan
88
pihak kelurahan. Melalui pihak kelurahan tersebut akan mengarahkan atau menyarankan pemilik warnet untuk mengurus surat izin usaha ke Diskominfo, dikarenakan untuk mengurus surat rekomendasi izin usaha warnet dibutuhkan surat domisili dari pihak kelurahan.
Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan mengenai standrisasi kelayakan warnet kepada Bapak Aser. Sebagaimana diketahui dalam peraturan walikota memuat standrisasi kelayakan warnet yang mencakup aspek kenyamanan dan tanggung jawab sosial. Aspek keamanan dan kelayakan tersebut terdiri dari menggunakan perangkat lunak/program komputer meliputi sistem operasi maupun pendukung sistem operasi yang memiliki lisensi atau open applikasi open source, memblokir situs porno, perjudian atau situs yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, kesusialaan, dan hukum yang berlaku di Indonesia, tidak mem menggunakan sekat pembatas/bilik diatas ketinggian lebih dari 150 cm, memiliki penerangan yang memadai, memiliki kamar kecil, tempat pembuangan sampah saluran limbah dan ketersedian air bersih. Mengetahui standarisasi dan kelayakan dari aspek kenyamanan dan keamaan peneliti mengajaukan pertanyaan, Bapak Aser menjawab, “ Memang benar aspek keamaan dan kenyaman tadi dimuat dalam peraturan, namun Diskominfo sementara fokus untuk mengawasi aturan mengenai penggunaan sekat pembatas yang melebihi ketinggian dan juga memblokir situs porno atau situs yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di Indonesia. Penerangan, tempat sampah ataupun kamar kecil selama pemantauan kami seluruh warnet mematuhinya, namun untuk aturan pemblokiran situs porno ataupun situs judi online masih ada warnet yang melanggarnya.
Applikasi yang digunakan juga banyak yang tidak berlisensi atau tidak original
mungkin karena mahalnya biaya applikasi original tersebut”.
Pernyataan Bapak Aser diatas menyatakan bahwa selama pemantauan dilakukan, warnet yang ada diseluruh Medan mematuhi isi peraturan yang memuat ketersedian air bersih, penerangan yang memadai, memiliki kamar kecil, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, namun untuk aturan pemblokiran situs porno ataupun situs judi online masih ada yang melanggarnya terlebih lagi penggunan applikasi berlisensi atau original masih banyak warnet yang melakukan pelanggarakan dikarenakan menurut Bapak Aser, mahalnya biaya pemasangan applikasi berlisensi tersebut.
Peneliti kemudian menanyakan Bapak Aser mengenai standarisasi kelayakan warnet berdasarkan aspek tanggung jawab sosial pemilik warnet. Berdasarkan peraturan walikota tentang perizinian usaha warnet, aspek tanggung jawab sosial terdiri dari membatasi jam buka yaitu pada hari Minggu sampai dengan hari Jumat beroperasi mulai pukul 06.00-24.00 dan pada hari Sabtu ataupun malam libur buka mulai pukul 06.00-02.00. Aspek tanggung jawab sosial ini juga memuat bahwa pemilik warnet tidak membenarkan anak usia sekolah (yang memakai seragam sekolah) menggunakan fasilitas internet pada jam pelajaran.
Mengetahui aspek tanggung jawab sosial pemilik warnet tersebut, peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak Aser dengan hasil sebgai berikut,
“hasil pemantauan selama dilapangan masih banyak warnet yang melanggar jam
opersional yang berlaku, selain itu masih ada warnet yang membiarkan pelajar bermain di warnet pada jam pelajaran apalagi warnet yang berada didekat
90
sekolahan”, dari kutipan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Bapak Aser
menyatakan bahwa masih banyak pemilik warnet yang melanggar aspek tanggungjawab sosial. Pelanggaran tersebut berupa masih banyakannya ditemukan warnet yang melanggar jam operasional dan membiarkan pelajar bermain di warnet pada jam pelajaran, terutama warnet yang berada di dekat dengan sekolahan.
Melaksanakan sebuah peraturan tidak terlepas dari faktor-faktor sumber kebijakan, karena faktor sumber-sumber kebijakan mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Van Meter dan van Horn membagi sumber kebijakan tersebut kedalam dua kriteria, yaitu sumber kebijakan berupa dana dan sumber kebijakan berupa manusia (sumber daya manusia). Pentingnya sumber-sumber kebijakan tersebut menjadi landasan peneliti untuk mengetahui apakah sumber-sumber tersebut sudah cukup untuk mengimplementasikan peraturan ini. Mengetahui sumber-sumber kebijakan dalam melaksanakan peraturan ini, maka peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak Aser, berikut merupakan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Aser berkaitan dengan sumber-sumber kebijkan dalam peraturan ini.
“Sumber dana menjalankan peraturan ini berasal dari APBD, sumber
dana tersebut dialokasikan untuk dana operasional dilapangan, kegiatan admistrasi dan sebagainya, sumber dana yang ada cukup untuk menjalankan peraturan ini. Kalau masalah sumber da ya manusia, saya ra sa ma sih kekurangan, kami tidak dapat mengimbangi jumlah warnet dengan jumlah
Hasil kutipan wawancara diatas menjelaskan tentang sumber-sumber kebijakan, baik sumber dana maupun sumber daya manusia. Berdasarkan pernyataan Bapak Aser, menyatakan bahwa sumber dana dalam melaksanakan peraturan ini berasal dari APBD, dan tersebut juga cukup untuk memenuhi kebutuhan Diskominfo. Sumber-sumber kebijakan lainya adalah sumber daya manusia, dari hasil kutipan wawancara diatas Bapak Aser mengatakan bahwa sumber daya manusia untuk melaksanakan peraturan ini masih kurang dibandingkan dengan banyaknya warnet yang harus di awasi.
Diskominfo dalam menjalankan peraturan ini tentunya tidak berkerja sendirian, ada pihak ataupun instansi lain yang terlibat dalam pencapaian peraturan ini. Keterlibatan tersebut tentunya memiliki koordinasi dan komunikasi agar dapat berjalan dengan baik. Mengetahui keterlibatan instansi terkait, bentuk komunikasi dan koordinasi, peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak Aser, berikut kutipan wawancara tersebut.
“Yang terlibat dalam menjalankan peraturan ini Satpol PP dan Badan
Perizinan. Kami berkoordinasi dengan dengan Satpol PP untuk melakukan razia besar, biasanya kami menyurati mereka untuk meminta bantuan personil dan melakukan koordinasi selanjutnya, BPPT tidak terlibat secara langsung di lapangan, mereka hanya melakukan kegiatan administratif melanjutkan surat
rekomendasi izin usaha yang kami keluarkan.
Berdasarkan kutipan wawancara diatas mengenai keterlibatan, komunikasi dan koordinasi dinas terkait dalam melaksanakan peraturan ini, dapat diketahui bahwa adanya keterlibatan komunikasi dan koordinasi diantara lembaga-lembaga terkait dalam melaksanakan peraturan ini. Bapak Aser dalam hasil wawancara
92
diatas menyatakan bahwa koordinasi dilakukan dengan Satpol PP untuk melakukan razia dalam sekala cukup besar, sedangkan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tidak terlibat secara langsung dilapangan, BPPT hanya melakukan kegiatan adminstratif melanjutkan surat rekomendasi izin usaha warnet yang dikeluarkan oleh Dinas Kominfo.
Mengetahui bagaimana proses ataupun langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pengawasan dan pengontrolan warnet maka peneliti telah melakukan wawancara dengan hasil sebagai berikut, “Pengawasan terhadap warnet kami lakukan dengan cara merazia warnet-warnet setahun bisa sampai 24 kali, pagi untuk razia anak sekolah dan malam untuk razia jam operasional warnet Dalam 24 kali pengawasan tersebut dibagi menjadi 12 kali siang dan 12 kali malam, kami menyusuri 1-2 kecamatan, tergantung dari lamanya proses di
lapangan”.
Kutipan wawancara diatas menyatakan bahwa bentuk pengawasan dan pengontrolan warnet dilakukan sebanyak 24 kali dalam setahun, adapun pengawasan tersebut dibagi menjadi dua bagian yakni razia pada malam hari untuk mengontrol jam operasional warnet, sedangkan razia siang hari untuk menertibkan pelajar yang bermain pada jam pelajaran. Bapak aser juga menyatakan dalam melakukan razia Diskominfo dapat melakukan pengawasan dari satu sampai dua kecamatan, tergantung dari lamanya proses pengawasan dilapangan.
Melanjutkan pertanyaan selanjutnya, peneliti menanyakan tentang Standar
Operating Procedure (SOP) dalam melaksanakan peraturan ini. Van Meter dan
kebijakan. Mengetahui bagaimana Alur proses SOP yang ada dalam melaksanakan peraturan ini maka peneliti telah mengajukan pertanyaan kepada Bapak Aser dengan hasil sebagai berikut.
“SOP kami ada,setiap tahun kami menyusun rencana kerja dalam untuk
melaksanakan peraturan ini, namun SOP tersebut tergantung dalam keadaan di lapangan. Tapi biasanya dimulai dari menyusun agenda, koordinasi dengan dinas intern dan dinas terkait, melaksanakan rancangan yang disusun dan melakukan evaluasi.
Hasil kutipan wawancara diatas menyatakan bahwa adanya SOP dalam melaksanakan peraturan ini. SOP tersebut dimulai dari tahap penyusunan agenda kerja, koordinasi dengan dinas intern dan dinas terkait kemudian melaksanakan rancangan yang telah disusun dan melakukan evaluasi pada tahap akhir.
Peneliti kemudian melanjutkan pertanyaan kepada Bapak Aser mengenai dukungan atau bantuan dari luar pemerintah baik masyarakat maupun kelompok- kelompok eksternal lainya yang ikut dalam melaksanakan peraturan ini. Dukungan-dukungan tersebut akan membantu implementor dalam mencapai tujuan peraturan ini. Mengetahui dukungan atau bantuan dari luar pemerintah, peneliti telah menanyakan pertanyaan kepada Bapak Aser dengan hasil wawancara sebagai berikut.
“Dukungan dari masyarakat ada, kadang-kadang mereka memberikan
laporan kalau ada warnet yang meresahkan, misalnya ada warnet yang sering jadi tempat anak cabut sekolah, atau warnet yang sering jadi tempat maksiat.Tapi kebanyakan masyarakat diam akan hal-hal seperti itu. Perlu kesadaran lebih lagi lah dari masyarakat membantu kami melakukan pengawasan ini.
94
Bapak Aser dalam kutipan wawancara diatas menyatakan bahwa adanya dukungan dari luar pemerintah, yaitu dukungan dari masyarkat. Dukungan tersebut berupa laporan yang ditujukan kepada Dinas Kominfo mengenai masalah peleanggaran yang dilakukan oleh pihak warnet atau warnet yang mersahkan seperti warnet yang dijadikan tempat anak cabut sekolah atau warrnet yang sering dijadikan tempat maksiat dengan desaik warnet bilik tinggi. Bapak Aser dalam kutitpan wawancara diatas juga menyatakan bahwa perlu adanya kesadaran lebih lagi dari masyarakat untuk bersama-sama melakukan pengawasan terhadap warnet.
Pertanyaan selanjutnya dari peneliti berangkat dari fenomena banyaknya warnet yang tidak memiliki izin usaha. Mengetahui kenapa masih banyak warnet yang tidak memiliki izin usaha, peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak Aser dengan hasil sebagai berikut :
“Mereka takut rugi dan malas untuk mengurus surat izin, biasanya
mereka cuma ikut-ikutan usaha aja, kalau uda untung besar baru diurus surat izin usahanya, karena kan kebanyakan dari mereka menyewa di ruko. Ada juga yang
buat warnet nya dirumah, padahal kan tetap saja harus ada surat izin usahanya”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas Bapak Aser menyatakan bahwa alasan mengapa banyaknya warnet yang tidak memiliki izin usaha dikarenakan oleh beberapa hal. Alasan tersebut adalah kebanyakan pemilik warnet hanya ikut- ikutan saja, menyewa ruko dan pemilik warnet takut rugi jika usaha warnetnya tidak berjalan dengan lancar. Bapak Aser juga mengungkapkan bahwa pemilik warnet menjalankan usaha warnetnya dirumah, sehingga menggap tidak perlu
mengurus surat izin usaha, padahal dimanapun lokasinya usaha warnet tersebut ada haruslah memiliki surat izin usaha.
Temuan di lapangan dapat diketahui bahwa masih banyaknya warnet yang melakukan pelanggaran, untuk mengetahui penyebab mengapa masih banyaknya pemilik warnet yang tidak mematuhi peraturan ini, peneliti menanyakan hal tersebut dengan Bapak Aser dengan jawaban sebagai berikut, “Menurut saya pelanggan warnet yang berasal dari semua kalangan dan tidak terbatas oleh waktu menjadikan pemilik warnet tidak mematuhi peraturan ini, masalah ekonomi
tentunya”.
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas mengenai banyaknya warnet yang melanggar peraturan ini Bapak Aser menyatakan bahwa masalah ekonomi menjadi penyebab ketidakpatuhaan pemilik warnet untuk menaati peraturan ini, konsumen/pelanggan warnet yang berasal dari semua kalangan dan tak terbatas, oleh karena itu pemilik warnet kurang mematuhi peraturan ini.
Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan kepada Bapak Aser perihal sanksi yang diberikan terhadap pemilik warnet yang melanggar peraturan ini, baik yang memiliki izin usaha dari BPPT, memiliki surat izin rekomendasi ataupun warnet yang tidak memiliki surat izin usaha, apakah terdapat perbedaan sanksi yang diberikan. Mengetahui sanksi apa saja yang diberikan terhadap pemilik warnet yang melanggar peraturan tersebut, maka peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak Aser dengan hasil sebagai berikut, “Secara adminstaritf, setidaknya ada 3 pembagian warnet menurut surat izin usahnya. Pertama warnet yang tidak memiliki izin usaha sama sekali, kedua warnet yang hanya memiliki surat rekomendasi izin usaha warnet yang dikeluarkan oleh
96
Diskominfo dan warnet yang memiliki surat izin usaha dari BPPT. Sanksi yang diberikan kepada pemilik warnet yang sama sekali tidak memiliki surat izin usaha adalah pencabutan koneksi internet serta pemberian surat pernayataan agar mengurus surat izin usaha ke Diskominfo, kalau pemilik warnet yang hanya memiliki surat izin usaha dari diskominfo akan kami berikan surat peringatan, kemudian jika mengulanginya kembali kami cabut surat izin usahanya dan cabut koneksi internetnya sebelumnya kami berikan surat pernyataan agar mengurus surat izin usaha ke BBP T , yang terakhir pemilik warnet yang memilki surat izin usaha dari BPPT, sanksi yang diberikan berupa pemberian surat peringatan sebanyak dua kali, jika masih tetap tidak diindahkan maka akan kami cabut surat izin usahanya dan memutus koneksi internetnya.
Bapak Aser dalam kutipan wawancara diatas menuturkan bahwa terdapat perbedaan sanski yang diberikan bagi pemilik warnet yang melanggar peraturan, sebelumnya Bapak Aser menjelaskan secara adminstratif ada 3 perbedaan pemilik warnet dari surat izin usaha, yang pertama adalah warnet yang tidak memiliki izin sama sekali, yang kedua adalah warnet yang hanya hanya memiliki surat rekomendasi izin usaha yang dikeluarkan oleh Diskominfo dan yang terakhir adalah warnet yang memiliki surat izin usaha dari BPPT. Berdasarkan perbedaan secara admintratif tersebut tersebut maka sanksi yang diberikan juga berbeda. Warnet yang tidak memiliki izin usaha sama sekali akan dikenakan sanski berupa pemberian surat peringatan dan pencabutan koneksi internet, kemudian bagi warnet yang hanya memiliki surat rekomendasi izin usaha dari Diskominfo akan diberikan surat peringatan pertama, jika ditemukan melakukan pelanggaran kembali maka akan dicabut surat izin rekomendasi izin usahanya dan pencabutan
koneksi internet (komputer), yang terakhir bagi warnet yang memiliki surat izin usaha yang dikeluarkan oleh BPPT maka akan diberikan surat peringatan maksimal dua kali, jika kedapatan melakukan pelanggaran akan dicabut surat izin usahanya dan pencabutan koneksi internet.
Mengkahiri pertanyaan informan kunci yaitu Bapak Aser, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kendala yang dihadapi oleh Diskominfo dalam melaksanakan perturan ini. Mengetahui kendala dalam melaksanakan peraturan ini peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak aser dengan hasil sebagai berikut :
“Kendala dalam melaksanakan peraturan ini adalah banyaknya warnet
yang ada dan kurangnya personil untuk mengawasi setiap warnet.Diperlukan kesadaran dari setiap pemilik warnet untuk mematuhi peraturan ini jangan tunggu dirazia dulu baru patuh, kerjasama dari masyarakat juga dibuthkan untuk mengawasi peraturan ini.
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, Bapak Aser menyatakan bahwa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan peraturan ini adalah tidak sebandingnya jumlah personil dengan banyaknya jumlah warnet yang harus diawasi dan kurangnya kesadaran pemilik warnet untuk mematuhi peraturan. Bapak Aser juga menambahkan bahwa untuk tercapainya tujuan ini diperlukan kerjasama dari masyarakat agar tetap mengawasi pemilik warnet yang bermasalah.
98 ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci yaitu Bapak Aser selaku Kepala Seksi (Kasi) Telekomunikasi, peneliti telah mengetahui bagaimana bentuk sosialiasi, pencapaian stadarisasi kelayakan warnet. bentuk pengawasan dan pembinaan, pemberian sanksi warnet berdasarkan surat izin yang dimiliki.
1. Melakukan Sosialisi
Sosialisasi dilakukan dengan cara mendatangi warnet-warnet, membuat spanduk dan iklan, membuat iklan layanan masyarakat melalui media sosial dan berkerja sama dengan pihak kelurahan.
2. Melakukan Pengawasan
Pengawasan terhadap warnet dilakukan dengan cara merazia warnet- warnet. Razia tersebut bisa sampai 24 kali dalam setahun, pagi untuk razia anak sekolah dan malam untuk razia jam operasional warnet. Pengawasan tersebut dibagi menjadi dua bagian, dua belas kali siang dan dua belas kali malam. Melakukan razia, Dikominfo dapat melakukan pengawasan satu sampai dua Kecamatan, hal ini tergantung dari lamanya proses pengawasan di lapangan.
3. Pencapaian Stadarisasi Kelayakan Warnet
Standarisasi dan kelayakan warnet terbagi menjadi dua aspek, yakni asepek keamanan dan kenyamanan warnet serta aspek tanggungjawab sosial pemilik warnet.
a) Aspek Keamanan dan Kenyamanan
Aspek keamanan dan kenyamanan meliputi pembolikiran situs porno dan judi, termasuk juga file-file/dukumen yang mengandung pelanggaran norma-norma yang berlaku di Indonesia, penerangan yang memadai, tempat sampah, kamar kecil dan penggunaan bilik warnet melebihi tinggi. Aspek keamanan dan kenyaman berdasarkan pernyataan Bapak Aser