BAB II TINJAUAN PUSTAKA
E. Kebijakan Dividen
Sutrisno (2003:303), Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh
manajemen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama
satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian
lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi
jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern
yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedang apabila
perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar
sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk mengembangkan perusahaan.
Dividen kas merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang
saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan
secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan
kepada pemegang saham apabila mendapatkan laba. Harga saham dipengaruhi
oleh tingkat pertumbuhan dividen. Besarnya dividen yang dibayarkan akan
meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham. Namun semakin besar dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham akan memperkecil sisa dana yang dapat
dipergunakan untuk mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba
ditahan tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk
membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan
memperkecil kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada
kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh
karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil
kebijakan dividen yang optimal.
Rasio Pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba
yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba yang ditahan
semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama
dalam kebijakan dividen.
1. Teori Kebijakan Dividen
Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham. Teori dari Kebijakan dividen ini akan
mempengaruhi harga saham.
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003;383-387), ada tiga teori
yang membahas tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga
saham. Ketiga teori tersebut adalah:
a. Teori Residu Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila
perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali
daripada jika keuntungan itu dibayarkan berupa dividen di mana
re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain
b. Teori Irrelevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa kenaikan nilai perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
dari asset perusahaan.
c. Teori Relevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor umumnya menghindari
risiko dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih
kecil dari pada dividen yang diterima di masa yang akan datang.
2. Muatan Informasi Kebijakan Dividen
Dalam kondisi pasar modal yang efisien, informasi-informasi yang
berkaitan dengan perusahaan penerbit saham (emiten) akan direspon oleh investor
apabila informasi tersebut memiliki muatan informasi (information contents).
Akan tetapi, investor tidak akan merespon seluruh informasi tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi muatan informasi dari sebuah pengumuman
(Foster, 1986) dalam Endang Raino Wirjono:2003. yaitu:
1. Ekspektasi pasar modal terhadap muatan informasi dan waktu
pengumuman; factor ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi akan
menimbulkan respon yang lebih besar di pasar saham.
2. Implikasi pengumuman terhadap distribusi return sekuritas akan
datang. Semakin besar arus kas ekspektasian akan datang maka harga
pasar akan lebih terpengaruh.
3. Kredibilitas sumber informasi; sumber informasi yang memberikan
Semakin kredibel (layak dipercaya) sumber informasi, respon dari
investor akan semakin tinggi.
4. Berdasarkan teori sinyal (signaling theory), pengumuman dividen
merupakan mekanisme yang dipilih manajer untuk menyampaikan
pandangannya mengenai laba atau arus kas akan datang kepada
investor. Penggunaan dividen sebagai sinyal memerlukan cost yang
tinggi sehingga hanya perusahaan yang berkulaitas yang mampu
menanggungnya. Dividen sering digunakan oleh manajer sebagai
isyarat untuk menunjukkan kemampuan perusahaan. Ada dua asumsi
pokok dalamdividend signaling theory:
1. Keengganan manajemen perusahaan untuk mengubah kebijakan
dividen karenainvestor menganggap kebijakan dividen sebagai
isyarat mengenai kemampuanperusahaan.
2. Ada perbedaan informasi antara manajer dengan investor,
perbedaan ini terjadi karena manajer lebih banyak informasi
mengenai perusahaan dibandingkan investor. Kondisi ini
menimbulkan kesenjangan informasi (asymetry information) antara
manajer dengan investor.
Pengumuman dividen mengandung informasi mengenai laba pada saat ini
dan masa akan datang. Apabila pengumuman dividen meningkat (menurun)
berarti manajer memiliki keyakinan bahwa laba akan mengalami peningkatan
menggunakan informasi pengumuman dividen untuk mengeliminasi kesenjangan
informasi dan memprediksi laba yang akan datang.
Manajer akan bertindak hati-hati dalam memberikan sinyal. Manajer harus
benar-benar yakin mengenai prospek perusahaan yang akan datang sebelum
menaikkan pembayaran dividen. Manajer juga tidak akan gegabah memotong
dividen sebab pasar akan bereaksi lebih kuat terhadap kabar buruk. Ross (1977),
dalam Endang Raino Wirjono:2003. menyatakan ada empat syarat penting yang
perlu diperhatikan dalam optimalisasi kebijakan dividen sebagai isyarat, yaitu:
1. Manajemen harus selalu memiliki dorongan untuk mengirimkan
isyarat secara jujur, meskipun beritanya buruk.
2. Isyarat dari suatu perusahaan yang sukses (berprospek) tidak mudah
ditiru oleh pesaingnya yaitu perusahaan yang kurang sukses (tidak
berprospek).
3. Isyarat harus memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kejadian
yang diamati.
4. Tidak ada cara menekan biaya yang relatif lebih efektif untuk
mengirimkan isyarat yang sama.
3. Dividen Dapat Meningkatkan dan Menurunkan Kesejahteraan Pemegang
Saham.
1. Dividen dapat meningkatkan kesejehteraan pemegang saham
Teori yang di kemukankan oleh Gordon (1959) dan litnert (1956)
dalam Beni Suhendra Winarsono 2006, ini bisa disebut dengan teori
lebih baik dari pada capital gain, karena investor memandang satu burung
di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara sehingga
perusahaan menawarkan dividen yield yang lebih tinggi.
2. Dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan pemegang saham
Teori ini di kemukakan oleh litzenberger dan ramaswamy (1979)
dalam Beni Suhendra Winarsono 2006, pandangan ini menyatakan bahwa
investor lebih menyukai retained earnings dibandingkan degan dividen, hal
ini disebabkan karena pertimbangan pajak yang dikenakan terhadap capital
gain lebih rendah. Teori ini menyarankan agar perusahaan membagikan
dividen yang rendah jika ingin memaksimalkan nilai sahamnya. Para
investor lebih menyukai pembagian dividen yang lebih rendah
dibandingkan yang tinggi karena pajak dari capital gain maksimum pada
rate 20% sedangkan pajak dari pendapatan dividen pada rate di atas
39,6%. Oleh karena itu, kesejahteraan investor ( yang memiliki sebagian
besar saham dan menerima sebagian besar dividen ) terletak pada
kesenagan mereka untuk menguasai perusahaan dan menanamkan kembali
earning mereka dalam bisnis. Pertmbuhan earnings akan mengarah pada
harga saham yang lebih tinggi, dan pajak capital gain akan digantikan oleh
pajak dividen yang lebih tinggi. Selain itu, pajak tidak dibayar sampai
gains saham terjual. Karena efek nilai waktu, pajak yang dibayar pada
masa yang akan datang mempunyai effective cost yang lebih rendah
daripada pajak yang dibayarkan saat ini, jika saham dimiliki seseorang
ditanggung. Karena keuntungan pajak ini, investor lebih suka menguasai
sebagian besar earnings mereka di perusahaan sehingga investor bersedia
membayar lebih banyak untuk perusahaan yang low-payout dibandingkan
untuk perusahaan yang high-payout.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Sutrisno (2003:304), Semakin tinggi dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan
sumber dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi, sehingga dalam jangka
panjang akan menurunkan nilai perusahaan. Dikarenakan pertumbuhan dividen
akan semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang
akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain:
1. Posisi solvabilitas perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya
kurang menguntungkan, biasanya perusahan tidak membagikan laba. Hal
ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki struktur modalnya.
2. Posisi likuiditas perusahaan
Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh
karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa
menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan
tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang likuiditasnya kurang
baik, biasanya dividend payout ratio nya kecil, sebab sebagian besar laba
mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih
besar.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditur berupa
hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini
harus segera di bayar pada saat jatuh tempo dan untuk membayar
hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang-hutang yang harus
dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan
mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham. Disamping itu, dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang
harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari
hutang baru atau me roll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana
intern dengan memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan
memperkecil dividend payout ratio.
4. Rencana perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dan
dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah
modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa
Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan
semakin kecil dividend payout rationya.
5. Kesempatan investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi
semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan
untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan
investasi kurang, dananya lebih banyak digunakan untuk membayar
dividen.
6. Stabilitas pendapatan.
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang
pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk
berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus
menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
7. Pengawasan terhadap Rencana perluasan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Jika perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri,
kemungkinan akan masuk investor baru dan tentunya akan mengurangi
kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Apabila
dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan
ditangannya. Sedangkan pendapat lain, faktor-faktor yang dianalisis
perusahaan dalam memutuskan kebijakan dividen: (Van Horne,
Wachowich, 1999:117), Adalah sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturan hukum
Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk
menetapkan batasan- batasan hukum dimana kebijakan dividen
perusahaan dapat digunakan.
Peraturan penurunan modal. Negara melarang pembagian dividen jika mengakibatkan penurunan modal. Tujuan hukum
penurunan modal adalah untuk melindungi kreditor perusahaan,
dan hukum ini dapat memiliki beberapa pengaruh jika
perusahaan relatif baru. Pada perusahaan yang sudah
berkembang yang telah menghasilkan keuntungan dan
memiliki laba ditahan, kerugian yang biasanya dialami sebelum
pembatasan memberikan pengaruh terhadap pembayaran
dividen yang dibatasi. Pada saat ini kreditur hanya dapat
menerima sedikit perlindungan.
Peraturan ketidaksolvabilitasan. Negara melarang pembayaran dividen kas jika perusahaan tidak sanggup membayar hutang.
Ketidaksolvabilitasan dapat diartikan secara hukum maupun
teknik. Secara hukum berarti nilai kewajiban yang dicatat
melebihi nilai aktiva yang dicatat, sedangkan secara teknis
pada saat jatuh tempo. Karena kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya bergantung pada likuiditas daripada
modal perusahaan, maka pembatasan ketidaksolvabilitasan
merupakan bentuk perlindungan yang baik bagi kreditur. Jika
kas terbatas, perusahaan dilarang untuk melakukan sesuatu
yang lebih menguntungkan bagi pemegang saham tapi
merugikan kreditur.
Peraturan laba ditahan yang tidak semestinya. Dinas perpajakan melarang penahanan laba lebih dari semestinya. Diartikan
sebagai penahanan kelebihan kebutuhan investasi perusahaan
saat ini di masa depan dalam jumlah yang besar. Tujuan
peraturan ini adalah untuk mencegah perusahan menahan
labanya dengan tujuan mengurangi pajak.
2. Kebutuhan pendanaan perusahaan
Saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan dividen telah
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan
pandanaan perusahaan. Perlu dipersiapkan anggaran kas, proyeksi
laporan sumber dan penggunaan dana, proyeksi laporan arus kas.
Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas
perusahaan yang mungkin terjadi tanpa adanya perubahan
kebijakan dividen. Disamping memperkirakan hasil yang mungkin
diterima, perusahaan juga harus mempertimbangkan risiko bisnis
mungkin Perusahaan perlu mengetahui apakah masih ada dana
yang tersisih setelah penggunaan dana untuk kebutuhan
perusahaan, termasuk pendanaan proyek investasi yang diterima.
Dalam hal ini perusahaan harus melihat situasi beberapa tahun di
masa depan untuk mengatasi fluktuasi. Kemampuan perusahaan
untuk meyediakan dividen harus dianalisis relatif terhadap
probabilita arus kas dan saldo kas yang mungkin di masa depan.
Berdasarkan analisis ini perusahaan dapat menentukan besarnya
dana yang mungkin tersisa.
3. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama
dalam keputusan dividen. Karena dividen merupakan arus kas
keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan,
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Perusahaan yang berkembang dan menguntungkan mungkin tidak
likuid karena dana yang dimilikinya digunakan untukkeperluan
aktiva tetap dan modal kerja permanen. Manajemen perusahaan
biasanya ingin mempertahankan tingkat likuiditas tertentu untuk
memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap
ketidakpastian. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen
perusahaan mungkin melakukan penolakan untuk membayar
dividen dalam jumlah besar.
Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk
memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap
ketidakpastian. Jika memiliki kemampuan untuk memperoleh
pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan
memiliki fleksibilitas keuangan relatif baik. Kemampuan
meminjam ini dapat berupa batas kredit atau perjanjian kredit
beruntun dari bank, atau kemampuan tidak resmi kelembagaan
keuangan untuk memperluas kredit. Selain itu, fleksibilitas
keuangan dapat berasal dari kemampuan perusahaan untuk
menembus pasar modal dengan menerbitkan obligasi. Semakin
besar dan semakin kuat perusahan, semakin besar fleksibilitas
keuangan dan semakin besar kemampuannya untuk membayar
dividen kas. Jika perusahaan dapat melakukan pendanaan melalui
hutang, manajemen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan pengaruh
dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
5. Batasan-batasan dalam perjanjian hutang
Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau
pinjaman seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen.
Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan
ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan
kumulatif perusahaan. Jika batasan ini harus diterapkan, maka akan
manajemen perusahaan menerima batasan dividen yang diberikan
pemberi pinjaman karena perusahaan tidak harus melakukan
pembenaran laba ditahan kepada pemegang saham. Manajemen
perusahaan dapat menjadikan batasan tersebut sebagai alasan tidak
membayar dividen.
6. Pengendalian
Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar,
perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan
saham untuk mendanai peluang investasi yang memungkinkan.
Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan
mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki kendali
tidak mau atau tidak dapat memesan tambahan saham. Para
pemegang saham ini lebih memilih pembayaran dividen yang
rendah dan pendanaan kebutuhan investasi melalui laba ditahan.
Kebijakan dividen ini mungkin tidak memaksimalkan kekayaan
keseluruhan pemegang saham, namun kebijakan dividen tersebut
dilakukan demi kepentingan terbaik pihak yang memiliki kendali.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara yang sangat
berbeda, jika perusahaan ingin diakuisisi oleh perusahaan lain,
pembayaran dividen yang rendah merupakan keuntungan bagi
pihak luar yang ingin memiliki kendali atas perusahaan. Pihak luar
ini dapat meyakinkan pemegang saham bahwa perusahaan tidak
dapat melakukan hal yang lebih baik. Akibatnya, perusahaan dalam
ancaman akuisisi mungkin menetapkan pembayaran dividen yang
tinggi untuk menyenangkan pemegang saham.
Dalam menentukan pembayaran dividen, perusahaan akan
menganalisa sejumlah faktor yang dijelaskan diatas. Faktor-faktor
ini mempengaruhi batas hukum dan batasan lain dimana dividen
dapat dibayarkan. Jika perusahaan membayar dividen dari
kelebihan dana residualnya, ini berarti bahwa manajemen dan
dewan direksi yakin bahwa pembayaran dividen memiliki
pengaruh positif bagi kekayaan pemegang saham. Sangat
disayangkan sangat sedikit bukti empiris yang tersedia untuk
membuat generalisasi yang jelas. Kurangnya landasan perusahaan
untuk memperkirakan pengaruh jangka panjang kebijakan dividen
tertentu terhadap penilaian menyebabkan kebijakan dividen
merupakan keputusan kebijakan yang paling sulit.
Pertimbangan–pertimbangan pada bagian ini
memungkinkan perusahaan menentukan strategi dividen pasif yang
sesuai. Kebijakan dividen aktif melibatkan rasa percaya, karena
kebijakan ini menuntut sebagian dividen kumulatif yang pada
akhirnya dibayarkan diganti dengan pendanaan saham biasa.
Strategi ini bersifat tidak jelas namun satu hal yang paling sulit
dipercaya oleh kaum akademisi adalah adanya peningkatan
perusahaan percaya bahwa pembayaran dividen mempengaruhi
harga saham.
5. Kebijakan Pemberian Dividen
Berbagai macam kebijakan pemberian deviden menurut Riyanto
(2001:289) adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan deviden yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan deviden yang
stabil, artinya jumlah deviden per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya
relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar
saham per tahunnya berfluktuasi. Deviden yang stabil ini dipertahankan
untuk beberapa tahun, dan apabila ternyata pendapatan perusahaan
meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif
permanen, barulah besarnya deviden per lembar dinaikkan. Dan deviden
yang dinaikan ini akan dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang.
Alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan deviden yang
stabil adalah kebijakan deviden yang stabil dijalankan oleh suatu
perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada investor bahwa
perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masamasa
mendatang. Apabila pendapatan perusahaan berkurang tetapi perusahaan
tersebut tidak mengurangi deviden yang dibayarkan, maka kepercayaan
pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan kalau
devidennya dikurangi pembayarannya. Dengandemikian manajemen dapat
Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari
deviden. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya
pembagian deviden yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar
harga ekstra bagi saham yang akan memberikan deviden yang sudah dapat
dipastikan jumlahnya. Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar
modalnya, bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial,
perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah
Kota Madya, dan lain-lain hanya diijinkan menanamkan dananya dalam
saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan
kebijakan deviden yang stabil. Biasanya dalam pasar modal ada daftar
resmi yang memuat nama-nama perusahaan yang menjalankan kebijakan
deviden yang stabil, artinya perusahaan yang bersangkutan akan
membayar devidennya secara tetap dan tidak terganggu pembayarannya.
b. Kebijakan pembayaran deviden dengan penetapan jumlah minimal plus
jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal deviden per
lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik
maka perusahaan akan membayarkan deviden ekstra di atas jumlah
minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah
deviden yang minimal setiap tahunya meskipun keadaan keuangan
perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan
dengan deviden ekstra. Kalau keadaan keuangan memburuk lagi maka
yang dibayarkan hanya deviden yang minimal saja.
c. Kebijakan deviden dengan penetapandeviden payout ratioyang konstan
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan deviden
payout ratio yang konstan misalnya 50 %. Ini berarti bahwa jumlah
deviden per lembar saham tiap tahunya yang di bayarkan akan
berfluktuatif sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh
tiap tahunnya.
d. Kebijakan deviden yang fleksibel
Perusahaan menetapkan deviden payout ratio besarnya tiap
tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya
deviden yang dibagikan relatif tinggi, dan sebaliknya jika tingkat
keuntungan rendah maka besarnya deviden yang dibayarkanjuga rendah,
atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat
keuntungan.