• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Madani (PJKMU Madani)

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungbalai sejak tahun 2008. PJKMU Madani merupakan salah satu upaya Pemko Tanjungbalai untuk meningkatkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin yang mana tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota Tanjungbalai. Untuk melaksanakan program jaminan kesehatan tersebut, Pemko Tanjungbalai mengalokasikan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kota Tanjungbalai dan menjadikan PT. Askes untuk menjadi mitra mengelola dana jaminan kesehatan tersebut.

Sejak diselenggarakannya desentralisasi, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mengembangkan jaminan sosial dan menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Pemerintah daerah harus menyediakan sendiri pelayanan kesehatan didaerahnya dan mengelola segala sumber daya yang dimiliki daerah secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelaanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini tercantum dalam UU. No. 32 tahun 2004 pasal 22 h (Trisnantoro, 2006).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam tentang latar belakang diselenggarakannya PJKMU Madani, para informan menyatakan bahwa latar belakang dilaksanakannya PJKMU Madani adalah karena masih banyaknya masyarakat miskin yang belum tercakup dalam program Jamkesmas sehingga tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk mencakup masyarakat miskin dan belum memiliki jaminan kesehatan serta yang belum tercakup dalam program Jamkesmas. Berdasarkan hal tersebut dapat dnyatakan bahwa para informan belum memahami sepenuhnya tujuan dari pemerintah (pusat dan daerah) dengan pemberian jaminan kesehatan kepada masyarakat.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) diberikan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan paripurna yang bermutu dan merata dengan pengendalian biaya yang berasal dari peserta (Depkes, 2000). Menurut Trisnantoro (2009) salah satu sub sistem yang selalu ada dalam sistem kesehatan di berbagai negara adalah

subsistem pembiayaan kesehatan yang merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna melaksanakan pembangunan kesehatan. Tujuan dari subsistem ini adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berdayaguna dan berhasilguna untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, kebijakan penyelenggaraan PJKMU Madani ditetapkan oleh Walikota Tanjungbalai selaku penggagas program melalui peraturan Surat Keputusan (SK) Walikota Tanjungbalai dimana didalamnya tercantum penentuan peserta PJKMU Madani dan penunjukkan PT. Askes Cabang Tanjungbalai sebagai pihak pelaksana/badan penyelenggara (Bapel) PJKMU Madani. Pelaksanaan di lapangan terutama di penyedia pelayanan kesehatan (PPK) berdasarkan perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemko Tanjungbalai dengan PT. Askes yakni Perjanjian Kerjasama antara PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai No. 080/PKS/1210 dengan Pemerintah Kota Tanjungbalai No. 900/24518 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2011.

Pelaksanaan PJKMU Madani pada tahun 2009 diselenggarakan berdasarkan Keputusan Walikota Tanjungbalai No. 440/102/K/2009 tentang Penugasan PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai dalam Pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai Tahun 2009 serta Perjanjian Kerjasama antara PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai

No. 11/PKS/0209 dengan Pemerintah Kota Tanjungbalai No. 440/4223 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai

Berdasarkan perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemko Tanjungbalai dengan PT. Askes (2011), yang dimaksud dengan peserta PJKMU Madani adalah kepala keluarga dan anggota keluarga dari masyarakat umum kota Tanjungbalai yang masuk dalam kriteria kurang mampu dan belum terdaftar pada program Jamkesmas serta tercantum dalam daftar usulan peserta PJKMU Madani dari pemerintah kota Tanjungbalai. Bukti kepesertaan adalah kartu Askes PJKMU yang merupakan bukti identitas peserta yang dapat dipergunakan sesuai dengan haknya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, kebijakan penentuan peserta PJKMU Madani dilakukan dengan membagi kuota per kecamatan. Pihak kecamatan membagi kuota yang di terima kelurahan lalu pihak kelurahan membaginya kembali per lingkungan. Dengan kata lain, kepala lingkungan lah yang mendata dan memberi usulan masyarakat yang berhak menjadi peserta. Usulan nama tersebut oleh pemko Tanjungbalai dijadikan daftar peserta PJKMU Madani yang diserahkan kepada PT. Askes.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah masyarakat miskin berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai (2010) pada Tahun 2009 sebanyak 28.300 (16,89%) dari seluruh jumlah penduduk yakni 167.500 jiwa sedangkan jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 45.065 dan penerima PJKMU Madani sebanyak 20.000. Pada Tahun 2010, jumlah masyarakat yang mendapatkan Jamkesmas dan PJKMU Madani tetap walaupun jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin nya telah

menurun. Berdasarkan data BPS Kota Tanjungbalai (2011), jumlah penduduk miskin pada Tahun 2010 sebanyak 25.200 jiwa (16,31%) dari seluruh jumlah penduduk yakni 154.445 jiwa dengan jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 45.065 dan peserta PJKMU Madani sebanyak 20.000.

Berdasarkan data diatas, terdapat perbedaan jumlah masyarakat miskin di kota Tanjungbalai. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan dalam rangka pembangunan di kota Tanjungbalai.

Penulis sendiri melihat bahwa banyaknya masyarakat yang menjadi peserta jaminan kesehatan bersumber dari pemerintah memberi arti masyarakat sudah semakin menyadari mahalnya pelayanan kesehatan dan pentingnya untuk memiliki jaminan kesehatan. Terlihat adanya potensi kota Tanjungbalai untuk mengembangkan jaminan kesehatan dengan menarik premi dari masyarakat dengan mengacu pada sistem asuransi sosial seperti yang diamanatkan didalam UU SJSN. Masyarakat sebenarnya mampu untuk membeli /membayar premi asuransi kesehatan, akan tetapi keinginan untuk membayar premi asuransi kesehatan masih sangat rendah.

Menurut Trisnantoro (2009), salah satu prinsip dari Jamkesda adalah prinsip solidaritas sosial, dimana tercipta subsidi silang antara yang kaya dengan yang miskin, antara yang muda kepada yang tua dan antara yang sehat kepada yang sakit. Prinsip ini tidak terlaksana pada PJKMU Madani dikarenakan tidak adanya partisipasi masyarakat dalam hal membeli/membayarkan premi PJKMU Madani sebab premi dibayarkan oleh pemerintah (bantuan sosial) sehingga tidak tercipta subsidi silang seperti yang diharapkan.

Masyarakat merupakan pihak yang harus diubah pandangan ekonominya terhadap kesehatan mereka sendiri. Masyarakat sudah terbiasa dengan sistem pelayanan yang bersifat sosial-misionerisme. Masyarakat tidak siap membayar untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan terbiasa memandang kesehatan sebagai sector yang dibiayai oleh pemerintah dan murah harganya (Trisnantoro, 2004). Untuk itu, pemko Tanjungbalai perlu melakukan studi tentang sejauh mana kemampuan membayar (ability to pay) dan keinginan membayar (willingness to pay) masyarakat terutama untuk premi asuransi/jaminan kesehatan.

Salah satu tombol pengendali (control knobs) kebijakan adalah hal pembiayaan. Pembiayaan untuk pelaksanaan PJKMU Madani Tahun 2011 berasal dari APBD Kota Tanjungbalai Tahun 2011 yakni sekitar sebesar tiga milyar rupiah dimana pembiayaan tersebut untuk membayarkan premi peserta sebesar Rp 8500,-/jiwa untuk peserta sebanyak 31.250 jiwa.

5.2. Peran dan Tanggungjawab Pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan

Dokumen terkait