• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA, PROPOSISI, PENGEMBANGAN

2.2 Faktor Fundamental

2.2.2.1 Kebijakan Perusahaan

Untuk memperlancar tugas dan pertanggungjawabnya, pihak insider sebagai manajer diberi wewenang dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang menyangkut opersional perusahaan. Weston dan Copeland (1992), dalam literatur keuangannya, menjelaskan bahwa manajer keuangan sebagai salah satu unsur manajer pembuat keputusan mempunyai fungsi pembuat keputusan dalam tiga area utama, yaitu; keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan kebijakan dividen. Keputusan pendanaan, merupakan keputusan penting yang dibuat manajer sebagai kebijakan untuk menentukan sumber-sumber pembiayaan perusahaan. Keputusan investasi, merupakan keputusan penting yang dibuat manajer sebagai kebijakan untuk menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang dibutuhkan perusahaan. Sedangkan kebijakan, merupakan keputusan penting yang dibuat manajer sebagai kebijakan untuk pendistribusian laba secara tepat dan efektif.

Sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh Weston dan Copeland (1992), maka kebijakan perusahaan dalam penelitian ini dapat diproksi dengan leverage keuangan, capital expenditure, dan insentif manajer Jadi, kebijakan perusahaan merupakan konstruk variabel dari variabel insentif manajer, capital expenditure, dan leverage keuangan. Ketiga variabel dalam konstruk kebijakan perusahaan tersebut termasuk dalam tiga area utama keputusan manajemen, yaitu: keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan kebijakan dividen.

Leverage keuangan merupakan implementasi kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan masalah pendanaan, dan berkenaan dengan penggunaan hutang oleh perusahaan. Isu ini pertama kali di kemukakan oleh Modigliani dan Miller (1958), yang kemudian dikenal dengan dalil Modigliani dan Miller, dimana Modigliani dan Miller pada waktu itu mengemukakan proposisi bahwa leverage tidak relevan dengan nilai perusahaan, sehingga penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan. Menitik pernyataan Modigliani dan Miller (1958) tersebut, maka kebijakan pendanaan dengan memilih utang sebagai sumber pembiayaan oleh manajer bukan merupakan solusi untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Namun pada perkembangan selanjutnya, Modigliani dan Miller (1963) merevisi asumsinya bahwa pajak perseroan membawa efek penghematan pajak, sehingga bagi perusahaan dengan kondisi yang identik sama, maka perusahaan yang menggunakan hutang akan membayar pajak lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Inilah efek penghematan pajak yang dimaksud, karena pajak dibayar setiap tahun dalam jangka waktu yang lama, sehingga nilai sekarang dari penghematan pajak merupakan selisih dari nilai perusahaan yang menggunakan utang dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Secara matematis formulasi nilai perusahaan yang menggunakan utang dapat di tuliskan sebagai berikut :

VL = VU + PV Penghematan Pajak 1) dimana : VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang.

VU = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. PV = Present value.

Capital expenditure merupakan implementasi dari kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan investasi, dan berkenaan dengan penggunaan dana untuk pembangunan pabrik, perbaikan atau pembelian mesin-mesin serta perlengkapan baru. Maksud dari kebijakan ini adalah untuk pengembangan usaha agar perusahaan berkembang lebih besar, yaitu dengan melakukan pembangunan pabrik, perbaikan atau pembelian mesin-mesin serta perlengkapan baru tersebut, diharapkan perusahaan akan dapat berkembang lebih cepat untuk meningkatkan kesejahteraan para pemilik. Pengeluaran biaya untuk capital expenditure baru akan mendatangkan hasil setelah beberapa tahun kemudian, artinya bahwa pengeluaran biaya ini tidak segera menghasilkan pedapatan. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang cermat sebelum kebijakan ini dikeluarkan, karena apabila terjadi kesalahan akibatnya bisa sangat fatal, bukan kesejahteraan yang didapat melainkan sebaliknya.

Insentif manajer merupakan kompensasi yang diterima oleh manajer karena telah menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan keinginan pemilik. Agar manajer mau menjalankan perintah pemilik untuk menjalankan perusahaan sesuai dengan keinganannya, maka manajer diberi kompensasi baik berupa gaji maupun non gaji. Pemberian insentif ini juga dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku oportunistik manajer, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil adalah kebijakan yang berpihak atau menguntungkan bagi para pemilik, yaitu para pemegang saham.

Adanya insentif yang tinggi bagi manajer diharapkan akan memacu kinerjanya, sehingga kinerja perusahaan meningkat, demikian juga dengan nilai perusahaan.

Seperti dijelaskan dalam agency theory (Jensen & Meckling, 1976), bahwa manajer sebagai pihak yang diberi amanat oleh pemilik modal untuk mengamankan modal yang diinvestasikannya dalam perusahaan, untuk itu manajer berhak atas gaji, bonus, insentif dan kompensasi lainnya karena menjalankan amanat termasuk mengambil keputusan-keputusan bisnis yang diharapkan terbaik bagi pemilik modal. Oleh karena itu, manajer bekerja untuk memaksimumkan nilai perusahaan atau kemakmuran para pemegang saham, dan karenanya manajer disebut sebagai agen.

Berkenaan dengan kebijakan perusahaan, beberapa penelitian telah dilakukan, seperti masalah investasi (capital expenditure), leverage keuangan, dan insentif manajer antara lain telah dilakukan oleh Aggarwal, et al (2003). Hasil penelitian Aggarwal, et al (2003), menemukan pengaruh yang positif antara investasi dan kinerja perusahaan. Coles, et al (2004), dalam penelitiannya menemukan capital

expenditure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stock price volatility (vega),

sedangkan terhadap CEO pay-performance volatility (delta), capital expenditure berpengaruh positif dan signifikan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Harford & Li (2005), menemukan bahwa capital expenditure berpengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap CEO-pay. Penelitian lainnya dilakukan oleh Guo (2006), menemukan bahwa stock bonus berpengaruh negative dan signifikan trhadap ROA. Pasternak & Rosenberg (2002), dalam penelitiannya menemukan investasi

berpengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap insentif, namun terhadap Tobin’s Q, investasi berpengaruh positif dan signifikan, dan leverage berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap investasi. Anuchitworawong (2004), dalam penelitiannya yang dilakukan menemukan bahwa sesudah masa krisis (2000), capital

expenditure berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA),

demikian juga sebelum masa krisis (1996), capital expenditure berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Aivazian, et al (2005), menemukan bahwa leverage berpengaruh negative dan signifikan terhadap investasi.

Leverage keuangan menggambarkan adanya faktor penggunaan hutang didalam operasi perusahaan. Penelitian yang berkenaan dengan leverage keuangan antara lain telah dilakukan oleh Pasternak & Rosenberg (2002), yang dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap insentif, leverage berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

investasi, dan leverage berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Anuchitworawong (2004), melakukan penelitian di

Thailand dengan membandingkan dua periode, yaitu periode sesudah masa krisis (2000) dan periode sebelum masa krisis (1996). Hasil temuannya adalah; sesudah masa krisis (2000), leverage berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA)., Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Aivazian, et al (2005), yang menemukan bahwa leverage

berpengaruh negative dan signifikan terhadap investasi. Demikian juga dengan hasil penelitian dari Guo (2006), juga menemukan bahwa leverage berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROA. Akan tetapi temuan hasil penelitian tersebut berbeda dengan temuan hasil penelitian sebelum masa krisis (1996), bahwa leverage berpengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA). Sedangkan Uchida (2006), dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage (debt) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q).

Insentif manajer dapat diberikan dalam bentuk kas maupun non kas, dan dalam penelitian ini insentif manajer yang dimaksud adalah pemberian insentif kepada manajer dalam bentuk non kas, yaitu berupa saham atau yang dikenal dengan bonus saham (stock bonus). Seperti halnya penelitian pengeluaran modal (capital expenditure), maka penelitian yang berkenaan dengan insentif manajer juga telah banyak dilakukan sebelumnya. Hutchinson (2001), dalam penelitiannya menemukan compensation incentives berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pasternak & Rosenberg (2002), dalam penelitiannya menemukan

leverage berpengaruh negative dan signifikan terhadap insentif. Insentif berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Tobin’s Q. Aggarwal, et al (2003), dalam penelitiannya menemukan investasi berpengaruh positif terhadap insentif.

Dokumen terkait