• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

Wawancara dengan Zul Heri, Pemilik Market Mudah Rezeki, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

4 Wawancara dengan Said Munawir, Mitra Jaya Swalayan, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

5 Wawancara dengan Zul Heri, Pemilik Market Mudah Rezeki, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

Dalam UU No. 8 Tahun 1999 terdapat 9 hak konsumen yang wajib dipenuhi oleh pelaku usaha. Adapun hak-hak konsumen yang disebutkan dalam pasal 4 Undang- Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.6

Informasi yang benar, jelas, dan jujur yang harus disampaikan pelaku usaha itu bukan hanya mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang ditawarkan, namun juga transaparansi terhadap kejelasan dan kebenaran terhadap harga produk yang diperdagangkan, karena transparansi harga tersebut sangat penting agar terciptanya kenyamanan kosumen dalam memilih dan membeli barang yang dibutuhkannya.

Mengenai permasalahan tidak dicantumkannya label harga pada produk yang diperdagangkan oleh pelaku usaha maka pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mewajibkan pengusaha mencantumkan harga pada barang atau jasa yang mereka perjualbelikan secara jelas, mudah dibaca dan dilihat oleh konsumen. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Permendag RI) Nomor 35/M-DAG/PER/7/2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan. Akan tetapi masih banyak swalayan tidak mencantumkan label harga produknya pada setiap barang, sehingga informasi harga yang merupakan hak dari setiap konsumen tidak terpenuhi sebagaimana yang diamanahkan oleh undang-undang.

Pengelola Swalayan, sebagaimana kebijakan pada Mulia Swalayan bahwa Pihak swalayan terkadang melabelkan langsung harga pada barang dan terkadang tidak melabelkannya. Mereka beralasan terhadap barang yang tidak dilabelkan karena data barkot harga barang tersebut lupa diinput ke sistem komputer mereka,

6

Republik Indonesia, Undang Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

alasan lain pihak swalayan tidak melabelkan harga karena terdapat banyak kasus kalau ternyata harga di label dan di sistem computer berbeda. Hal ini terjadi karena faktor lupa mengupdate harga, makanya pihak swalayan memilih untuk tidak melabelkannya agar konsumen yang ingin membeli barang tersebut menscannerkan langsung harganya ke komputer.7

Selain itu, mengenai Permendag No. 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan, pihak swalayan tidak mengetahui terkait adanya aturan setiap pelaku usaha harus mencantumkan label harga pada barang yang diperjualbelikan dan pihak swalayan beranggapan bahwa label harga tidak berpengaruh terhadap tingkat penjualan.8

Sedangkan pada Mitra Jaya Swalayan, kebijakan pihak pengelola terhadap label harga pada barang ternyata pemilik swalayan sendiri memang tidak mengharuskan pelabelan harga pada barang yang mereka jual, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dengan konsumen terhadap perbedaan harga antara harga pada label dengan harga pada sistem komputer mereka. Sebab harga barang tidak stabil, artinya harga sering berubah-ubah. Selain itu untuk menghindari pekerjaan mengganti labelnya setiap kali ada perubahan harga maka pihak swalayan memilih untuk tidak melebelkan harga pada barang yang diperjualbelikan tersebut.9

Mengenai Permendag No. 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan, pihak swalayan tidak mengetahui

7

Wawancara dengan Muhammad Nur, Pemilik Mulia Swalayan, Pada Tanggal 17 Desember 2018, di Banda Aceh.

8 Wawancara dengan Muhammad Nur, Pemilik Mulia Swalayan, Pada Tanggal 17 Desember 2018, di Banda Aceh.

9 Wawancara dengan Said Munawir, pemilik Mitra Jaya Swalayan, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

terkait adanya aturan bahwa setiap pelaku usaha harus mencantumkan label harga pada barang yang diperjualbelikan. Selain itu, ada atau tidak adanya label harga menurut pihak swalayan hal tersebut tidak berpengaruh terhadap penjualan mereka.10

Kebijakan tersebut juga sama sebagaimana yang terdapat di Swalayan Market Mudah Rezeki. Pada swalayan tersebut, ada barang yang dilabel ada yang tidak. Alasannyakadang lupa menginput data barkotnya ke komputer sehingga mereka harus menulis harga langsung pada barang yang dipajang. Hal ini tidak terjadi pada semua barang melainkan hanya beberapa barang saja yang dilabelkan. Selain itu mengenai Permendag No. 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan, pihak Swalayan Market Mudah Rezeki juga tidak mengetahui terkait adanya aturan bahwa setiap pelaku usaha harus mencantumkan label harga pada barang yang diperjualbelikan.11

Sedangkan pada Darussalam Swalayan, kebijakan swalayan terhadap label harga pada barang adalah pihak swalayan mempunyai dua ketentuan yaitu terhadap barang industri pabrikan yang otomatis mempunyai barkotnya, maka pihak swalayan tidak memberi label harga pada barang tersebut karena harganya sudah tertera di sistem komputer mereka, akan tetapi terhadap barang yang berasal dari industri rumahan selain pihak swalayan memberi barkot sendiri pada barangnya mereka juga memberi label harga pada barang tersebut. Contoh barang industri rumahan seperti aneka jajanan lokal, sapu ijuk, dan industri rumahan

10 Wawancara dengan Said Munawir, pemilik Mitra Jaya Swalayan, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

11 Wawancara dengan Zul Heri, Pemilik Market Mudah Rezeki, Pada Tanggal 18 Desember 2018, di Banda Aceh.

lainnya. Jadi sudah jelas bahwasannya swalayan ini tidak mengharuskan adanya label harga pada barang-barang yang memiliki barkot.12

Selain itu, Permendag No. 35 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang Diperdagangkan, pihak swalayan tidak mengetahui terkait adanya aturan bahwa setiap pelaku usaha harus mencantumkan label harga pada barang yang diperjualbelikan. Selain itu, ada atau tidak adanya label harga tidak berpengaruh terhadap penjualan mereka.13

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa para pengelola swalayan memang tidak mencantumkan label harga pada semua produk yang dijual, hal yang menjadi alasan utamanya adalah tidak stabilnya harga suatu produk yang dijual. Apabila telah dilabelkan harga maka bila barang tersebut harganya suatu waktu akan naik maka pihak swalayan diharuskan untuk mengganti label harga tersebut sesuai dengan harga pasar. Oleh karena itu pihak swalayan banyak memilih untuk tidak mencantumkan label harga pada produk-produknya. Akan tetapi pada produk-produk dari industry rumahan yang cenderung memiliki harga yang stabil, maka pihak swalayan tetap mencantumkan label harga pada produk tersebut.

Adapun mengenai peraturan yang diwajibkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) bagi pengusaha untuk mencantumkan harga pada barang atau jasa yaitu melalui Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor 35/M-DAG/PER/7/2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa Yang

12 Wawancara dengan Mariati, Pemilik Darussalam Swalayan, Pada Tanggal 17 Desember 2018, di Banda Aceh.

13 Wawancara dengan Mariati, Pemilik Darussalam Swalayan, Pada Tanggal 17 Desember 2018, di Banda Aceh.

Diperdagangkan bahwa semua pemilik swalayan di Gampong Kopelma Darussalam tidak mengetahui akan peraturan tersebut, sehingga meniadakan hak konsumen yang harus didapatkan.

3.3. Tanggapan Konsumen Terhadap Transaksi Jual Beli Produk Tanpa

Dokumen terkait