• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Kebijakan Publik ( Public Policy )

Kebijakan publik ialah tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang

dibuat oleh pemerintah. Kata publik dalam kebijakan publik menegaskan bahwa keputusan pribadi atau kelompok yang berakibat bagi publik (umum) belum tentu dikatakan sebagai suatu kebijakan publik.

Menurut A. Hoogerwerf ada dua unsur yang membedakan apakah suatu kebijakan itu dapat disebut sebagai kebijakan publik atau kebijakan individu/ kelompok, yaitu:

1) Kebijakan publik mengenai langsung atau tidak langsung semua anggota masyarakat di daerah kekuasaan tertentu.

2) Kebijakan publik mengikat bagi anggota masyarakat di daerah kekuasaan tertentu. Oleh karena kebijakan publik mengikat, maka selalu timbul pertanyaan apa yang menjadi ukuran kebijakan itu.

Thomas R. Dye menyatakan bahwa suatu kebijakan tidak dapat menjadi kebijakan publik bila tanpa dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan seperti legislatif, eksekutif, serta yudikatif.

Beberapa keputusan kebijakan yang tidak dikategorikan kepada kebijakan publik, misalnya keputusan-keputusan pengangkatan pejabat

48 Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX SMP dan MTs

secara rutin atau promosi-promosi yang tidak berdasarkan keahlian dan kemampuan. Pengangkatan ataupun promosi tersebut hanya berdasarkan hubungan kekeluargaan dengan pejabat yang lebih tinggi.

James E. Anderson dalam bukunya Public Policy Making, menyampaikan lima hal yang bisa dikategorikan ke dalam kebijakan publik. Inti dari buku tersebut adalah:

1) Kebijakan substantif/prosedur adalah kebijakan yang menekankan pada pokok masalah/pihak-pihak yang terlibat dalam perumusan kebijakan publik. Kebijakan substantif misalnya kebijakan politik luar negeri, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan sebagainya. Kebijakan prosedural misalnya prosedur pembuatan undang-undang (sebagai perwujudan kebijakan publik) perpajakan yang melibatkan beberapa pihak dalam perumusannya.

2) Kebijakan-kebijakan distributif, redistributif, regulator (pembatasan/pelarangan)

dan pembatasan bagi sekelompok orang. Kebijakan/keuntungan bagi

sejumlah khusus penduduk, individu, kelompok, perusahaan atau masyarakat tertentu. Misalnya, pemberian fasilitas “tax holiday” bagi perusahaan yang baru berdiri, kebijakan tentang pemberian subsidi pada badan-badan usaha yang berprestasi, dan kebijakan berobat gratis bila terjadi wabah penyakit menular.

Kebijakan redistributif adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk

memindahkan pengalokasian kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak antar-kelas atau kelompok. Misalnya kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan umum, kebijakan untuk pemberian dana sosial, dan sebagainya.

Kebijakan regulator (regulatory policies) adalah kebijakan tentang

pelarangan/pembatasan perbuatan bagi seseorang atau sekelompok or-ang. Misalnya kebijakan yang melarang penggunaan senjata api tanpa surat-surat yang sah, kebijakan tentang pembatasan penjualan obat-obatan jenis tertentu secara bebas dan sebagainya.

Kebijakan pembatasan bagi sekelompok orang (self regulatory) adalah

pembebasan/pengawasan perbuatan pada masalah tertentu bagi sekelompok orang. Misalnya kebijakan tentang pemberian izin kerja, mengemudi kendaraan bermotor, dan sebagainya.

3) Kebijakan material dan simbolik

Kebijakan material adalah kebijakan tentang pengalokasian sumber

mate-rial yang nyata bagi penerimanya. Misalnya, kebijakan pemerintah daerah untuk menyediakan perumahan murah bagi warganya, kebijakan yang mewajibkan majikan membayar upah minimum bagi pekerja (buruh)-nya.

Otonomi Daerah 49

Kebijakan simbolik adalah kebijakan yang tidak bersifat memaksa karena

hanya memiliki dampak yang relatif kecil bagi masyarakat. Jadi, kebijakan itu lebih bersifat simbolik, misalnya kebijakan yang melarang setiap orang berjalan di atas rumput di taman kota.

4) Kebijakan barang-barang kolektif dan barang-barang pribadi

Kebijakan barang-barang kolektif dan barang-barang pribadi adalah kebijakan

tentang pelayanan dan penyediaan barang-barang kepentingan orang banyak dan untuk kepentingan perorangan. Kebijakan barang kolektif (collective goods policies), misalnya pengadaan kebutuhan bahan-bahan pokok sehari-hari. Sedangkan kebijakan barang-barang kepentingan perorangan (private goods policies), misalnya kebijakan berupa penyediaan perumahan, tempat hiburan, sarana kesehatan, dan sebagainya.

5) Kebijakan liberal dan konservatif

Kebijakan liberal dan konservatif adalah kebijakan yang menganjurkan

pemerintah untuk mengadakan perubahan sosial dan melarang adanya perubahan sosial. Contoh kebijakan liberal, misalnya kebijakan untuk mengoreksi ketidakadilan/kelemahan dalam peraturan-peraturan sosial, kebijakan untuk meningkatkan program ekonomi dan kesejahteraan. Kebijakan konservatif, misalnya kebijakan yang mempertahankan peraturan sosial yang sudah ada.

Dari beberapa pandangan di atas, maka pengertian kebijakan publik adalah suatu cara pemerintah yang telah disepakati bersama untuk memenuhi tanggung jawabnya, seperti melindungi hak-hak individu warga negara, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Munculnya kebijakan publik tersebut di atas disebabkan oleh beberapa masalah di antaranya:

Gambar 2.8 Salah satu contoh kebijakan material, yaitu kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan pengusaha/majikan membayar upah minimum bagi pekerja.

50 Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX SMP dan MTs

1) Terdapatnya peraturan hukum yang tidak berjalan dengan baik. 2) Peraturan hukum yang ada tidak ditegakkan.

3) Belum adanya peraturan hukum yang berkaitan dengan suatu masalah tertentu.

Sebagai warga negara Indonesia, kita berhak untuk mengemukakan masalah-masalah masyarakat, bangsa, negara, dan internasional kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Masyarakat Indonesia pun berhak mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat oleh aparat pemerintah berkenaan dengan semua masalah tersebut.

2. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan

Publik di Daerah

Untuk berpartisipasi aktif dalam pemerintahan, masyarakat perlu terlebih dahulu mengetahui dan mengkaji masalah-masalah yang terjadi dalam pemerintahannya. Masalah yang muncul dapat diketahui dari politikus, informasi media, kelompok warga, atau lembaga-lembaga pemerintahan.

Bentuk partisipasi yang efektif dari warga negara ialah dengan mengetahui badan pemerintahan mana yang bertanggung jawab untuk mengubah, melaksanakan atau membuat kebijakan publik tersebut. Misalnya, menurut UU No.25 Tahun 2004 pasal (1), musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antarpelaku dalam menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat meminta lembaga-lembaga pemerintahan daerah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang diturunkan dari ketentuan undang-undang pemerintah pusat. Atau, Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten membuat kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya oleh peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Tingkat I.

Sebagai bagian dari proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, lembaga-lembaga pemerintah harus menentukan, apakah suatu kebijakan baru bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-undangan atau dengan kebijakan yang ada.

Kebijakan publik terdapat dalam peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggung jawab melaksanakan dan menegakkan hukum. Berikut contoh kebijakan publik dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas pelak-sanaannya:

a. Departemen Pendidikan Nasional bertanggung jawab untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan perilaku dan disiplin siswa. Sedangkan guru dan pimpinan sekolah wajib melaksanakan kebijakan-kebijakan ini.

Otonomi Daerah 51 b. DPR bertanggung jawab membuat peraturan lalu lintas. Sedangkan

petugas kepolisian lalu lintas menjalankan peraturan ini.

c. Pemerintah daerah membuat kebijakan-kebijakan tentang larangan penjualan minuman keras di tempat umum tertentu, misalnya dekat sekolah. Polisi pamong praja atau petugas ketertiban umum kota dan aparat terkait harus menegakkan kebijakan ini.

Masyarakat perlu memahami peran utama pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan kebijakan publik, sebagai salah satu bagian dari proses pembuatan kebijakan publik. Dalam pengambilan keputusan yang demokratis, maka perlu adanya persetujuan dan partisipasi masyarakat yang akan diperintah dalam pemerintahan tersebut.

Keseluruhan proses merumuskan kebijakan publik meliputi: a. Pengumpulan dan analisis data.

b. Menguji akibat-akibat dari tindakan alternatif.

c. Mengumpulkan dukungan bagi usulan-usulan alternatif.

d. Menyepakati suatu bentuk tindakan yang tepat bagi penyelesaian suatu masalah.

e. Masyarakat berusaha meyakinkan pemerintah atau lembaga pemerintahan terkait untuk menyetujuinya.

f. Pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati pemerintah.

Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan dalam kegiatan-kegiatan berikut ini.