• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Definisi Kebijakan Publik

Himbauan Menteri Kesehatan kepada seluruh satuan kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan agar pengadaan obat dilaksanakan berdasarkan katalog elektronik ( e-Catalogue) obat dengan menggunakan metode pembelian secara elektronik ( e-Purchasing) yang tertuang pada PERMENKES No 63 Tahun 2014 merupakan sebuah kebijakan. Hal tersebut dikatakan sebuah kebijakan karena memenuhi unsur kebijakan. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai unsur kebijakan dan khususnya kebijakan sendiri, perlu dijelaskan mengenai kebijakan publik.

Kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dye dalam Jalyus (2013: 21) menyatakan bahwa “Public Policy is whatever governments choose to do or not to do.” Definisi tersebut tepat digunakan untuk melihat kebijakan publik di Indonesia, karena pada dasarnya kebijakan publik di negara ini sangat tergantung pada apa yang dipilih oleh pemerintah. Aktor-aktor lain di luar pemerintah memang dapat memberi masukan dalam pembuatan kebijakan, namun hasil akhir dari proses tersebut tetap saja ada di tangan pemerintah.

Sementara menurut Friedrich dalam Sulistio (2013: 2) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang dinginkan. Sejalan dengan Friedrich, Jenkin dalam Sulistio (2013: 2) mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya berada dalam batas-batas kekuasaan dari para aktor tersebut.

Berdasarkan berbagai pengertian kebijakan publik di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan suatu tindakan yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah diikuti masukan dari aktor-aktor diluar pemerintahan pada suatu kondisi dan keadaan tertentu.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Anderson dalam Agustino (2012: 4) ada tiga alasan yang melatarbelakangi mengapa kebijakan publik perlu dipelajari. Pertama, pertimbangan atau alasan ilmiah, yaitu kebijakan publik dipelajari dalam rangka untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam. Kedua, pertimbangan atau alasan profesional yaitu memberikan pemisahan antara scientific-estate yang hanya mencari untuk kepentingan ilmu pengetahuan dengan profesional-estate yang berusaha menerapkan pengetahuan ilmiah dalam rangka memecahkan atau

9

menyelesaikan masalah sehai-hari. Ketiga, pertimbangan atau alasan politics (political reason) yaitu kebijakan publik dipelajari pada dasarnya agar setiap perundangan dan regulasi yang dihasilkan dapat tepat guna mencapai tujuan yang sesuai target.

Berdasarkan hal diatas, untuk mempelajari sebuah kebijakan, diperlukan pembagian kebijakan kedalam tahapan-tahapan kebijakan. Hal ini untuk memudahkan bagi kita untuk mempelajari keseluruhan proses dari kebijakan publik tersebut.

Menurut Jones dalam Jalyus (2013: 26) pada dasarnya kebijakan publik dapat dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu: pertama, tahap bagaimana masalah-masalah yang ada bisa masuk ke ruang pemerintah; kedua, tahap bagaimana pemerintah melakukan tindakan-tindakan konkret menyikapi masalah-masalah tersebut; ketiga, tahap tindakan-tindakan pemerintah itu masuk ke masalah di lapangan; dan keempat; tahap kembalinya program ke pemerintah agar ditinjau kembali dan diadakan perubahan-perubahan bila dianggap mungkin.

Penjelasan mengenai tahap-tahapan kebijakan publik lebih lengkap lagi dikemukakan oleh Dunn dalam Jalyus (2013: 27). Pembagian kebijakan publik ke dalam tahapan-tahapan yang dirumuskan oleh Dunn ini diharapkan mampu mengaktualisasikan sebuah rangkaian tahapan yang saling bergantung satu sama lainnya. Tahap-tahap dalam proses kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dunn yaitu:

a. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Tidak semua masalah dibahas dalam proses agenda setting ini, bahkan ada sebagian masalah yang tidak disentuh sama sekali, dan sebagian masalah lagi ditunda pembahasannya. Sebelumnya, masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan, sehingga pada akhirnya suatu masalah masuk ke agenda para perumus kebijakan.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Tahap formulasi kebijakan merupakan tahap pengembangan dan sintesis terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah. Dengan definisi tersebut, karakteristik yang paling menonjol dalam tahapan ini adalah perumusan alternatif kebijakan untuk merumuskan masalah yang dilakukan oleh para pejabat yang berwenang. Perumusan alternatif-alternatif kebijakan ini juga disertai peramalan, yang diharapkan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa yang akan datang sebagai akibat diambilnya alternatif-alternatif kebijakan tersebut.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Tahap adopsi kebijakan ini merupakan tahapan di mana salah satu dari sekian banyak alternatif kebijakan tersebut dipilih, dan kemudian diadopsi menjadi sebuah kebijakan. Alternatif kebijakan yang dipilih kemudian ditetapkan sebagai sebuah kebijakan sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Adopsi ini tentunya juga didasarkan pada dukungan dari mayoritas dari agen policy making, karena pada dasarnya pemilihan alternatif kebijakan

11

sebagai kebijakan ini merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu tahap yang krusial di dalam kebijakan publik. Suatu program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Dalam pengertian yang luas, implementasi kebijakan merupakan alat administrasi hukum yang memiliki berbagai aktor organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

e. Tahap Penilaian Kebijakan

Sebuah kebijakan publik tidak dapat diabaikan begitu saja setelah melalui tahap implementasi. Kebijakan publik harus dievaluasi untuk menilai apakah kebijakan tersebut telah berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum evaluasi kebijakan merupakan kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.

Tahap-tahap dalam proses kebijakan publik ini mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu. Setiap tahap berhubungan dengan tahap berikutnya dan tahap terakhir (penilaian kebijakan) dikaitkan dengan tahap pertama (penyusunan agenda). Berkaitan dengan judul skripsi ini, peneliti lebih berpedoman pada tahap implementasi kebijakan.

Dokumen terkait