Kompas.com - 24/01/2017, 07:00 WIB
Kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah, kini tengah bersiap merayakan Imlek. Begini suasana Jalan Wotgandul Timur, Rabu (18/1/2017), yang merupakan pusat keramaian di kawasan Pecinan. Di sini ada Pasar Gang Baru (kanan jalan) juga kelenteng tertua Siu Hok Bio yang dibangun 1753 (kiri), yang menjadi lokasi pasar Imlek Semawis, 24-26 Januari 2017.(KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO)
KOMPAS.com - Ritual merayakan Tahun Baru Imlek 2568 pada 28 Januari 2017 masih beberapa hari lagi. Namun, jika menyusuri kawasan Pecinan di Kota Semarang, Jawa Tengah
akhir-akhir ini, mulai dari Jalan Wotgandul, Gang Baru, Gang Pinggir, sampai Gang Lombok di Semarang Tengah, suasana dan antusiasme warga Tionghoa menyambut tahun baru itu sangat terasa.
Seperti terlihat di Gang Baru, Pecinan, Semarang, Rabu (18/1), beberapa toko sudah
memasang sejumlah lampion warna merah di teras. Toko yang menjual aksesori Imlek pun mulai dikunjungi pembeli untuk keperluan perayaan itu.
Begitu pula di Kelenteng Tay Kak Sie, Kelenteng Siu Hok Bio, dan Kelenteng Liong Hok Bio juga terlihat ada kesibukan, di antaranya membersihkan kelenteng dan patung-patung di dalamnya.
"Bersih-bersih kelenteng ini wajib supaya saat perayaan Imlek sampai Cap Go Meh pada 11 Februari nanti, tamu-tamu yang datang senang karena kelenteng bersih dan seperti baru.
Untuk membantu membersihkan ini, beberapa warga di luar penganut keyakinan juga turun tangan," ujar Daryanto, pekerja di Kelenteng Tay Kak Sie.
Menyusuri kawasan Pecinan, menurut Jongkie Tio, pemerhati budaya peranakan Tionghoa di Semarang, seolah jalan kenangan untuk menyaksikan kenyataan Kota Semarang sangatlah heterogen. Pecinan menjadi lokasi berbaurnya warga keturunan Tionghoa, orang pribumi Jawa, serta warga keturunan Arab dan India yang tinggal di kampung Kauman dan
sekitarnya.
Warga di luar Pecinan memperoleh pengalaman untuk ikut menyaksikan rangkaian ritual perayaan Imlek di sejumlah kelenteng. Acara inti itu sendiri biasanya rutin berlangsung di
Kelenteng Kay Tak Sie, kelenteng terbesar di Pecinan yang terletak di Gang Lombok. Menurut Heng Tie Ong, pengurus Kelenteng Tay Kak Sie, Minggu (22/1), warga bisa
menyaksikan ritual pembersihan dewa-dewa di kelenteng itu. Rangkaian ritual lain pun dapat disaksikan seperti doa tolak bala (12 Februari) dan Cap Go Meh (11 Februari). Sebelumnya, ada ritual doa dan sembahyang pada 28 Januari, didahului ritual doa pada malam hingga pagi. Sehari sebelum malam Tahun Baru Imlek , kemeriahan juga berlangsung di Pasar Gang Baru. Warga Tionghoa melakukan tradisi Ji Kauw Mee, yakni berbelanja kebutuhan untuk
persiapan makan besar bersama keluarga. Pada malam itu, anggota keluarga banyak yang mudik untuk merayakan tahun baru sebelum kembali ke kota masing-masing. Pada masa lalu, acara ini banyak didatangi muda-mudi untuk menemukan jodohnya.
Tradisi kebinekaan
Tidak banyak perayaan Imlek di kota lain yang menyertakan kegiatan untuk mengenang kembali tradisi lama. Di Pecinan, Kota Semarang, perayaan Imlek sudah lebih dua tahun ini selalu diiringi kegiatan Pasar Imlek Semawis. Pasar Semawis digelar selama tiga hari, yaitu pada 24-26 Januari. Suasananya seperti pasar malam dengan menonjolkan aneka ragam
kuliner khas dan budaya Tionghoa di lokasi sepanjang Gang Warung hingga luber ke Wotgandul. Kampung padat itu dibikin mirip lorong lampion.
Di kawasan yang penuh dengan pernak-pernik Imlek , dengan pemandangan rumahrumah dan bangunan tua khas pecinan, pengunjung dapat menikmati nasi ayam, aneka kue, dan lontong
Cap Go Meh. Ada pula pertunjukan tradisi seni Tionghoa, seperti wayang potehi, gambang semarang, jipin, barongsai, atraksi wushu, dan cengge.
Tema perayaan Pasar Semawis tahun ini adalah "Obar Abir" yang artinya warna-warna, untuk mengingatkan kebinekaan Indonesia, khususnya Kota Semarang. Biasanya pengunjung yang datang tidak hanya warga keturunan Tionghoa, baik dalam maupun luar kota. Warga di Semarang dan sekitarnya juga ikut meramaikan pasar itu
Pengamat pecinan Semarang, Tubagus P Svarajati, berpendapat, kebinekaan selalu menjadi simbol perayaan Imlek agar pohon itu makin tumbuh subur. Hanya saja, Pasar Semawis perlu kuat lagi dalam konsep revitalisasi budaya dan tradisi Tionghoa lama supaya tidak terkesan hanya selebrasi komersial.
Pada tataran budaya Tionghoa, kemeriahan Pasar Semawis masih kalah gaungnya dengan tradisi kirab Cheng Ho, kirab jalan kaki dari Kelenteng Kay tak Sie ke Kelenteng Sam Poo
Kong di Gedung Batu. Namun, Pasar Semawis lambat laun akan menjadi salah satu ikon Imlek di Pecinan, Semarang, yang mulai banyak dikunjungi wisatawan luar kota. (Winarto Herusansono)
Versi cetak artikel ini terbit di hari an Kompas edisi 23 Januari 2017, di halaman 24
dengan judul " K ebinekaan DalamI mlek di Pecinan Semarang" .
Semarak
Sincia
Kita
Tradisi pergantian tahun dalam kalender Imlek, atau Sincia, sudah jadi
budaya Indonesia. Perayaannya menyemarakkan jantung pecinan hingga
perumahan pinggiran.
Warga keturunan Tionghoa beribadah di Kelenteng Tay Kak Sie, di kawasan Pecinan, Semarang (22/1). Tahun Naga Air bertarikh 2563 di kalender China dimulai dengan diawali sembahyang Imlek malam hari di ribuan kelenteng di penjuru Indonesia. (Hafidz Novalsyah/National Geographic Traveler )
Tradisi pergantian tahun dalam kalender Imlek, atau Sincia, sudah menjadi budaya Indonesia. Kemeriahannya menggelorakan suasana jantung pecinan hingga perumahan pinggiran. Lewat akun @NGTravelerID, para pejalan berbagi kesan dan cerita seputar perayaan Sincia di
berbagai kota. Kionghi!
Kawan @dias_pratami mengisahkan suasana Imlek di kampung halamannya,
Sintang, Kalimantan Barat."Bagi kami yang bukan beretnik Tionghoa, perayaan Imlek adalah hiburan," ungkapnya.
Ia juga menuturkan bahwa keberadaan kelenteng sudah menyatu dengan kehidupan
masyarakat lokal. "Etnik Melayu, Dayak, dan Tionghoa hidup berdampingan dengan rukun di sana."
Puncak perayaan Tahun Baru Imlek adalah perayaan Cap Go Meh. Di Samarinda, puncak malam Cap Go Meh dirayakan sebagai malam mencari jodoh. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)
Di Semarang, Anda bisa menikmati suasana perayaan Sincia sekali gus berwisata kuliner di Pasar Semawis. "Di Semawis seru pera yaannya. Kulinernya juga enak-enak," kicau
@ArdiannArd.
Sementara itu, @rivaihidayat menyarankan untuk berkunjung ke kelenteng terbesar di Semarang, Klenteng Tay Kak Sie. Anda bisa mencoba Ciam Si, yaitu sarana meramal di kelenteng. "Di sebelah Tay Kak Sie terdapat salah satu lumpia yang paling enak di Semarang, yaitu Lumpia Gang Lombok," ujarnya.