• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN, Menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran – saran dari penulis

LAND ASAN TEORI

F. Pos Duga Air (PDA)

I. Kebutuhan Air Irigasi

... (22) Dengan :

P = Probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang diharapkan selama periode pengamatan (%)

m = Nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil n = Jumlah data

I. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah banyaknya air yang tersedia dan dibutuhkan untuk mengelola suatu daerah irigasi, untuk mengairi areal persawahan. Banyaknya air yang diperlukan untuk sistem jaringan irigasi juga ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya pola tanam dan jenis tanaman.

Untuk menentukan besarnya air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi atau keperluan air di sawah (NFR), terlebih dahulu dihitung besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR), penggunaan konsumtif (Etc), perkolasi dan rembesan (P) dan penggantian lapisan air (WLR). Kebutuhan air irigasi di sawah (NFR) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti curah hujan efektif (Re), kebutuhan pengambilan air irigasi (DR), dan juga faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (η). Perkiraan kebutuhan air irigasi dapat dihitung sebagai berikut :

29

NFR = Etc + P + WRL – Ref ... (23) Dengan :

NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/ha) Etc = Evapotranspirasi (mm/hari)

P = Perkolasi (mm/hari)

WRL = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm/hari) Re = Curah hujan efektif (mm/hari)

1. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah besarnya curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan selama masa pertumbuhannya. Curah hujan efektif didefinisikan sebagai bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air bagi tanaman. Untuk tanaman padi biasanya curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70% dari curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas 80% dari waktu periode tersebut. Untuk curah hujan efektif untuk palawija ditentukan dengan periode bulanan (terpenuhi 50%) dikaitkan dengan tabel ET tanaman rata – rata bulanan dan curah hujan rata – rata bulanan.

Untuk padi : Re =

... (24)

30

Untuk palawija : Re =

... (25) 2. Evapotranspirasi

Kebutuhan air atau yang sering disebut dengan evapotranspirasi adalah gabungan dari dua sistem yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi ialah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara. Trasnpirasi adalah proses penguapan dari tanaman atau tumbuhan ke atmosfir. Jadi, proses penguapan dari permukaan air, permukaan tanah dan dari tumbuhan disebut evapotranspirasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi evaopotranspirasi ialah temperatur, sinar matahari, kelebaban udara, kecepatan angin, tekanan udara dan lain-lain, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Untuk perhitungan evapotrasnpirasi digunakan rumus Panman Modifikasi FAO.

Eto = c x W x Rn + (1 – W) x f (u) x (ea – ed) ... (26) Dengan :

c = Faktor koreksi

W = Bobot faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi Rn = Net radiasi equivalen evaporasi (mm/hari)

f(u) = Fungsi angin

31

ea = Tekanan uap jenuh pada suhu toC (mbar) ed = Tekanan uap udara (mbar)

3. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air minimal suatu proyek irigasi dan besarnya dipengaruhi oleh jangka waktu penyelesaian pekerjaan penyiapan lahan serta jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Metode ini berdasarkan pada laju air konstan dalam satuan l/dtk selama penyiapan lahan. Persamaanya adalah sebagai berikut :

IR =

... (27) Dengan :

IR = Kebutuhan air irigasi untuk pengelolaan lahan (mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan dimana M = Eo + P Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari) = Eto x 1,10

P = Kehilangan air akibat perkolasi (tergantung tekstur tanah) (mm/hari) K = MT/S

32

T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = Kebutuhan air (untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan air 50 mm, yaitu 200 + 50 = 250 mm)

Kebutuhan air untuk pengolahan atau penyiraman lahan akan menentukan kebutuhan maksimum air irigasi. Faktor – faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk pengolahan lahan, yaitu besarnya penjenuhan, lamanya pengolahan (periode pengolahan) dan besarnya evaporasi dan perkolasi yang terjadi. Waktu yang diperlukan untuk pekerjaan penyiapan lahan selama satu bulan (30 hari). Kebutuhan air untuk pengolahan tanah bagi tanaman padi di ambil 200 mm, setelah tanam selesai lapisan air di sawah ditambah 50 mm. Jadi kebutuhan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah tanam selesai seluruhnya menjadi 250 mm. Sedangkan untuk lahan yang tidak ditanami (sawah bero) dalam jangka waktu 2,5 bulan diambil 300 mm (sumber : Lampiran II Kriteria perencanaan jaringan irigasi 01)

4. Kebutuhan Air Untuk Pertumbuhan

Berdasarkan kriteria perencanaan kebutuhan air untuk pertumbuhan (KP – 01) penggantian lapisan air dilakukan setelah kegiatan pemupukan yang telah di jadwalkan. Jika tidak ada jadwal semacam itu, maka penggantian lapisan air tersebut dilakukan sebanyak 2 kali, masing –

33

masing 50 mm (3,33 mm / hari). Penggantian air dilakukan setelah satu (1) bulan dan dua (2) bulan setelah awal tanam.

5. Penggunaan Konsumtif

Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis dengan menggunakan data iklim, koefisien tanaman pada tahap pertumbuhan. Prediksi pasaran penggunaan konsumtif dilakukan dengan menggunakan persamaan empiris sebagai berikut:

Etc = Kc x Eto ... (28) Dengan :

Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Kc = Koefisien tanaman

Eto = Evapotranspirasi potensial 6. Perkolasi atau Rembesan

Perkolasi adalah gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh, yang tertekan di antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya perkolasi (P) adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah. Koefisien perkolasi adalah sebagai berikut (Hardihardjaja dkk, 1997).

34

a. Berdasarkan kemiringan 1) Lahan datar = 1 mm/hari

2) Lahan miring > 5% = 2 – 5 mm / hari b. Berdasarkan tektur

1) Berat (Lempung) = 1 – 2 mm / hari

2) Sedang (Lempung kepasiran) = mm / hari J. Pola Tanam

Pola tanam adalah suatu pola penanaman jenis tanaman selama satu tahun yang merupakan kombinasi urutan penanaman. Rencana pola dan tata tanam dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta menambah intensitas luas tanam. Pemilihan pola tanam didasarkan pada sifat tanaman, hujan, dan kebutuhan air (Dirjen Pengairan, 1985).

Pada KP – 03 dijelaskan, umumnya kehilangan air pada jaringan irigasi dapat dibagi – bagi sebagai berikut :

1. 12,5 – 20% di petak tersier 2. 5 – 10% di sauran sekunder 3. 5 – 20% di saluran primer

Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier (et) dikali efisiensi jaringan sekunder (Cs) dikali efisiensi jaringan primer (ep). Oleh karena itu kebutuhan air bersih di sawah (NFR)

35

harus dibagi efisiensi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan pada irigasi.

Hal – hal yang haus diperhatikan dalam perencanaan pola tanam : 1. Pola tanam harus bisa mengoptimalkan pemakaian air dari sumber air

yang tersedia.

2. Pola tanam harus praktis dan cocok berdasarkan kemampuan dan lingkungan yang ada.

3. Pola tanam harus membawa keuntungan semaksimal mungkin bagi petani.

Dokumen terkait