• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Sumber Daya Lainnya

3 KEBUTUHAN SUMBERDAYA

3.5 Kebutuhan Sumber Daya Lainnya

1. Diperlukan ruang kerja dengan luas minimal 15 meter persegi yang bersifat permanen dalam kantor (misalnya di DPU/BM-Kab.) yang kira-kira sesuai bagi ruang kerja Tim Perencana Jalan.

2. Kelengkapan yang diperlukan adalah dua atau tiga meja kerja, sebuah meja besar untuk membuka peta atau keperluan rapat, dan tempat penyimpanan dokumen yang dapat dikunci.

3. Bagi keperluan survai harus disiapkan sekitar 63 hari kendaraan dan 63 hari pengemudi dengan jatah BBM mencukupi untuk mencakup panjang 50 - 100 kilometer per hari kendaraan. Kemungkinan diperlukan dua buah kendaraan dalam waktu yang bersamaan. Kendaraan bermotor itu harus terdiri dari jenis jeep dobel-gardan dan jenis `kijang' untuk mengangkut anggota survai lalu lintas. Kedua kendaraan dilengkapi masing-masing dengan pengemudi tetap, serta odometer yang bekerja baik. Perubahan mengenai keperluan dan penggunaan kendaraan dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing kabupaten. 4. Perlengkapan kantor dan keperluan survai yang diperlukan setiap tahun terdiri atas :

 kamera (kalau memungkinkan dengan fasilitas pencatat tanggal)

 20 rol film serta keperluan dana untuk memproses dan mencetak film sebanyak dua salinan tiap potretnya

 white board (atau papan penunjuk lokasi foto)

 lembaran plastik tembus pandang (70 lembar) atau album sederhana bagi penyusunan foto beserta spidol

 pita ukur (panjang 50 m)  stop watch

 alat penjepit lingkar (ordner) dan kotak map

 papan penjepit (clip board), pena berwarna dan lain sebagainya  kebutuhan dana photocopy formulir dan peta

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database DAFTAR ISI

Halaman

1. TUGAS 1 A- PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN ... 1A-1 1.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1A-1 1.2 Tugas 1A/1 – Penyelesaian Dta Ruas K1 ... 1A-1 1.3 Tugas 1A/2 – Penyelesaian Data Segmen dari K1 ... 1A-7 1.4 Tugas 1A/3 – Penyelesian Data Lingkungan dari Kiri ... 1A-10 1.5 Tugas 1A/4 – Penentuan Jaringan Jalan Strategis (K2) ... 1A-11 2. TUGAS 1B – PEMUAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN ... 1B-1 2.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1B-1 2.2 Tugas 1B/1 - Penyelesaian Formulir K3 ... 1B-1 2.3 Tugas 1B/2 – Penyelesain K4 ... 1B-5 3. TUGAS 1C – PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA ... 1C-1 3.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1C-1 3.2 Tugas 1C/1 – Penyelesaian K7 ... 1C-1 3.3 Tugas 1C/2 – Penyelesai K8 ... 1C-3 3.4 Tugas 1C/3 – Penyelesaian K9 ... 1C-5 4. TUGAS 1D – PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL-EKONOMI ... 1D-1 4.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1D-1 4.2 Prosedur Penyelesaian K10 ... 1D-1 5. TUGAS 1E – PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN ... 1E-1 5.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1E-1 5.2 Tugas 1E/1 – Data Kependudukan (K11) ... 1E-2 5.3 Tugas 1E/2 – Data Pusat Kependudukan (K12) ... 1E-5 5.4 Tugas 1E/3 – Data Kecamatan (K13) ... 1E-10 5.5 Tugas 1E/4 – Kegiatan Pembangkit Lalu Lintas Berat dan Rencana Pengembangan Sektoral .... 1E-10 5.6 Penyelesaian S6B (Rencana/Pola Transmigrasi dan PIR/NES) ... 1E-15 5.7 Penyelesaian S6C (Kegiatan Sektor Pariwisata) ... 1E-18 6. TUGAS 1F – PEMUTAKHIRAN PETA ... 1F-1 6.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1F-1 6.2 Tugas 1F/1 – Perbaikan dan Pemutakhiran Peta Dasar Jaringan Jalan ... 1F-1 6.3 Tugas 1F/2 – Penyempernaan Peta Dasar ... 1F-2 6.4 Tugas 1F/3 – Penyempurnaan Peta Dasar ... 1F-3 7. TUGAS 1G – DOKUMENTASI STUDI ... 1G-1 7.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1G-1 7.2 Prosedur ... 1G-1

TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN

PEMUTAKHIRAN DATABASE

WAKTU : JANUARI - PEBRUARI

TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR

1A PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN

 Memutakhirkan Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten setiap tahunnya berdasarkan informasi dari hasil survai jalan (S1,S2) dan informasi pekerjaan (K3, RD-1.JK)

 Mengkaji-ulang pilihan ruas dari jaringan jalan yang ditetapkan sebagai 'strategis' untuk mendapatkan prioritas khusus dalam pemeliharan atau studi untuk peningkatan

K1, K2, PETA JARINGAN JALAN 1 + 2

1B PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN

 Memutakhirkan data pekerjaan jalan dan jembatan yang telah dilaksanakan pada setiap ruas, untuk keperluan pemantauan dan penanganan lebih lanjut  Merangkum data pembiayaan jalan dari seluruh sumber dana setiap tahunnya,

untuk keperluan perencanaan dan pemantauan

K3, K4

1C PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA

 Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai sumber-daya yang tersedia seperti; Tim Perencana jalan dan staf pelaksana, sumber material, harga bahan/material dan upah pekerja / buruh, untuk mempersiapkan dan melaksanakan program pekerjaan jalan

K7,K8-K9

1D PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN

 Memutakhirkan data mengenai lokasi dan karakteristik kondisi setiap jembatan pada setiap ruas setiap tahunnya, berdasarkan hasil survai dan informasi pekerjaan

K10

1E PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI

 Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai data penyebaran penduduk dan karakteristik pasar atau pusat kegiatan di setiap kecamatan untuk keperluan studi perencanaan

 Menyiapkan data statistik tata guna lahan dan data sosial ekonomi lainnya, serta informasi mengenai sumber pembangkit lalu lintas angkutan berat dan rencana-rencana pembangunan, untuk keperluan perencana-rencanaan

K11-K12 K13-K14 S6ABC

1F PEMUTAKHIRAN PETA

 Memutakhirkan peta jaringan jalan supaya selalu sesuai dengan data inventarisasi jalan (K1)

 Sebagai tujuan jangka panjang, menyempurnakan kualitas peta dasar dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di lapangan.

PETA JJ 1+2+3 PETA TOPO

1G DOKUMENTASI STUDI

 Menyusun dan menyimpan database, hasil survai, analisa dan program tahunan secara sistematis dan meringkasnya dalam bentuk laporan untuk disampaikan dalam RAKON

LAPORAN, ARSIP PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN 1A PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN 1B PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA 1C PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN 1D PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI 1E DOKUMENTASI STUDI 1G SURVAI 2 PEMUTAKHIRAN PETA 1F

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 1

1 TUGAS 1A - PEMUTAKHIRAN DATA

JARINGAN JALAN

FORMULIR : K1 DAN K2

1.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

1. Tugas ini ditujukan untuk memutakhirkan data dalam Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten (K1), berdasarkan kondisi terkini dari hasil survai perencanaan tahunan dan dari informasi pekerjaan jalan yang sedang berjalan.

2. Selain itu juga mengkaji ulang dan mempebaiki data ruas jalan strategis atau ruas jalan yang menunjang sektor ekonomi prioritas dalam Daftar Usulan Jaringan Jalan Strategis (K2).

3. Tugas ini sebaiknya dilakukan terutama di bulan Januari – Pebruari dengan mengacu pada hasil survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) dan survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) serta informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan. 4. Perbaikan data pada daftar K1 dilakukan secara manual, langsung pada formulir K1

yang dihasilkan dari database komputer. Hal ini untuk memudahkan operator database komputer dalam melakukan perbaikan yang diperlukan

5. Pemutakhiran daftar K1 dilakukan pada tiga (3) bagian, yaitu data ruas, data segmen dan data lingkungan.

6. Kajiulang dan perbaikan daftar K2 dilakukan secara berkala, hanya jika ada perubahan yang berarti

1.2 TUGAS 1A/1 - PENYELESAIAN DATA RUAS K1

Data ruas pada K1 terdiri dari kolom 1 – 9 , yang merupakan data tetap yang sekali sudah ditentukan dengan benar tidak boleh diubah-ubah lagi, kecuali ada alasan yang dapat diterima.

1.2.1 NOMOR RUAS (KOLOM 1)

a. Setiap ruas yang telah ditetapkan di Kabupaten harus diberi tanda dengan angka bulat (contoh : 02, 33, 104). Jangan membuat nomor ruas dalam bentuk desimal (02.1, 02.2, 33.1, 33.2) atau memakai bentuk gabungan angka dan huruf (33A, 33B) atau gabungan angka bulat dan desimal (33, 33.1) untuk membedakan ruas jalan yang menerus.

b. Sekali sudah ditetapkan, maka nomor ruas tersebut harus terus dipertahankan dan tidak boleh dirubah (kecuali dengan alasan yang sangat khusus), supaya tidak menimbulkan keraguan dan kesalahan dalam pembacaan peta dan proses database komputer.

c. Ruas-ruas baru yang sebelumnya tidak bernomor atau belum masuk di daftar K1, dapat diberi nomor lanjutan dari nomor terakhir yang telah ada sebelumnya, bila sebelumnya telah sampai ruas nomor 100, maka ruas berikutnya harus diberi nomor 101, dst.

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 3

d. Bila belum ada kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka sebagai alternatif dapat digunakan nomor kode sementara yang dapat dipakai sebagai patokan, sebagaimana contoh pada tabel berikut :

Kode

Sementara Keterangan

400 Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403, ... dan seterusnya) 500 Jalan Irigasi

600 Jalan Baru

700 Jalan Transmigrasi

800 Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu 900 Jalan Desa

JN/JP/JT Jalan Negara/Propinsi/Jalan Toll

(gunakan nomor jalan BM/PW yang sudah ditetapkan)

e. Nomor tersebut kemudian dapat diganti dengan nomor yang tetap, bila telah disetujui secara resmi oleh Kabupaten dan telah dilakukan survai perencanaannnya. Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan pada semua yang berkaitan dengan database juga harus diganti.

f. Di dalam database, nomor-nomor ruas telah digabung dengan kode Kabupaten dan Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode Biro Pusat Statistik (BPS). Kode tersebut dapat dilihat pada bagian atas formulir K1 di sisi nama Propinsi dan Kabupaten ; misalnya Propinsi Aceh (11), Kabupaten Aceh Selatan (01).

1.2.2 NAMA RUAS (KOLOM 2 / 3)

a. Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas (berbeda), yang biasanya berdasarkan nama permukiman setempat.

b. Titik pangkal ruas (ditentukan sebagai km 0,0 ruas jalan) biasanya merupakan titik yang paling sibuk pada ruas tersebut.

c. Penting untuk diperhatikan bahwa sekali nama ruas sudah ditentukan, maka nama tersebut tidak boleh dirubah kecuali dengan alasan khusus yang dapat diterima. Perubahan dapat menyebabkan kekacauan dalam database komputer dan dalam pembacaan peta.

d. Contoh penentuan nama dan nomor ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan dalam gambar 1A1 di bawah

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 4 Gambar 1A1.

CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN NOMOR DAN NAMA RUAS

PETA SALAH BENAR NO RUAS NAMA RUAS NO RUAS NAMA RUAS 2.1 Alam-Citra 2 Alam-Bisa 2.2 Citra-Bisa 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Dadu-Citra 45 Citra-Dadu 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Alam-Dadu 45 Citra-Dadu

1.2.3 TITIK PENGENAL RUAS JALAN (KOLOM 4 / 5 )

a. Titik pangkal dan ujung setiap ruas jalan harus ditentukan secara jelas dan mengacu pada titik pengenal di lapangan yang spesifik, seperti persimpangan dengan satu / lebih ruas jalan lain, nama tempat atau pengenal fisik lainnya yang sifatnya menetap.

b. Persimpangan dengan ruas jalan lain di dalam wilayah kabupaten dinyatakan dengan nomor ruasnya. Misalnya (lihat sket di bawah ini) : titik pangkal ruas 45 ditentukan sebagai (02/02) dan titik ujung ruas (46/47).

c. Persimpangan dengan ruas jalan Nasional atau Propinsi dinyatakan dengan pal-km jalan raya yang diukur dari patok kilometer terdekat dengan nama kota acuannya (biasanya ibukota Propinsi), misalnya : JN. Km 14,5 Medan.

45 02 47 46 Alam Citra Bisa 2 Alam Bisa 2 Citra Dadu 45 Alam Bisa 2 Citra Dadu 45 40 Km 14.0 Km 15.0 ke Medan

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 5

d. Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan; beri tanda pengenal yang jelas pada titik dimana nomor ruas jalan itu berubah, berdasarkan titik pengenal yang spesifik dan menetap, seperti pada contoh berikut :

 SD Kampung Baru : Sekolah Dasar di Kampung Baru  KC Bayah : Kantor keCamatan Bayah

 MSJ P. Lawas : Mesjid P. Lawas  BTS KAB. A : Batas Kabupaten A.  KD Kulon : Kantor Desa Kulon

e. Hindari penggunaan titik pengenal seperti `desa/kampung’ saja, karena tidak memberikan penjelasan yang cukup dimana tepatnya titik pangkal atau ujung ruas tersebut.

f. Bila menggunakan titik pengenal ‘jembatan’, pastikan bahwa jembatan tersebut termasuk dalam ruas jalan tersebut atau tidak. Berikan tambahan keterangan seperti pada contoh berikut : Ut.Jbt.S.Siak (Utara Jembatan Sungai Siak)

g. Cara penentuan titik pengenal ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan pada gambar berikut :

Gambar 1A2.

CONTOH KESALAHAN DALAM PENENTUAN TITIK PENGENAL

PETA NO RUAS NAMA RUAS (PANGKAL/ UJUNG) TITIK PENGENAL SALAH BENAR 2 Alam JN JN.KM 20.6 (Jalan Negara) BGR Jln. Desa

46 Esa Bts. Desa Mesjid Esa Desa Esa

Kampung Esa

45 Citra 2 2/2

1.2.4 PANJANG RUAS (KOLOM 6)

a. Panjang ruas yang didasarkan pada pengukuran dengan pita ukur atau odometer yang telah disesuaikan harus dibulatkan menjadi per 100 m. Perbedaan dalam pengukuran dapat terjadi meskipun dengan menggunakan odometer yang telah disesuaikan.

b. Jangan terus merubah panjang ruas, sebagai hasil dari beberapa kali survai dengan kendaraan dalam batas 10% dari data yang ada di K1. Namun panjang ruas harus segera diperbaiki, setelah pengukuran disain selesai dilaksanakan.

45 Dadu Citra 47 46 2 45 Dadu Esa 47 46 Alam Citra Bisa 2 Km 21 Km 20 Bogor

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 6 1.2.5 KLASIFIKASI FUNGSI JALAN (KOLOM 7)

a. Semua ruas harus ditentukan fungsinya berdasarkan sektor ekonomi yang dilayaninya. Hal Ini akan dipakai sebagai alat untuk memantau perkembangan jaringan jalan serta sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek yang berkaitan dengan kebijakan Nasional.

b. Untuk setiap ruas hanya ditentukan satu fungsi saja, diantara klasifikasi fungsi berikut ini:

JJS : Ruas jaringan jalan strategis (lihat prosedur 1A/3) TRAN : Melayani kawasan transmigrasi

PIR : Melayani kawasan perkebunan inti rakyat

NMG : Melayani kegiatan ekspor non migas seperti perkebunan besar PAR : Melayani proyek atau kawasan pariwisata

JI : Melayani proyek irigasi atau daerah penghasil utama padi

UH : Melayani wilayah kehutanan/jalan untuk angkutan kayu gelondongan KOTA : Melayani jalan kota

LU : Untuk pelayanan umum

c. Kecuali untuk fungsi pelayanan umum atau jalan kota, fungsi ekonomi lainnya harus ditunjang oleh dokumen pendukung sesuai dengan jenis dan skala kegiatan yang dilayani, dengan menggunakan baik itu K2 untuk ruas- ruas strategis, ataupun survai S6 untuk sektor-sektor tertentu.

d. Peraturan Pemerintah (PP No. 26/1985) menjelaskan bahwa sebagian besar jalan kabupaten juga ditentukan fungsinya sebagai jalan `lokal' yang menghubungkan antara `pusat' dengan daerah pemukiman (persil), atau menghubungkan antar pusat orde ketiga sebagian kecil jalan kabupaten ditentukan sebagai jalan `kolektor' yang menghubungkan antar pusat orde ke-dua atau pusat orde kedua dan ketiga.

1.2.6 STATUS ADMINISTRASI RUAS JALAN (KOLOM 8)

Telah dibuat kode huruf yang menunjukkan kedudukan hukum secara administratif atau yang bertanggung jawab terhadap suatu ruas jalan.

K : Kabupaten

D : Desa

P : Perkebunan

H : Kehutanan/angkutan balok kayu

T : Transmigrasi

A : Irigasi/pengairan

JN/JP/JT : Nasional/Propinsi/Toll 1.2.7 TERMASUK KECAMATAN (KOLOM 9)

a. Suatu kecamatan yang dilayani atau dilewati oleh suatu ruas jalan, harus ditentukan namanya untuk membantu penggambaran ruas pada peta dan sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek dimana masalah pemerataan harus diperhatikan.

b. Bila suatu ruas melewati lebih dari satu kecamatan, tentukan salah satu saja yang terpenting atau yang mencakup bagian ruas terpanjang.

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 7

1.3 TUGAS 1A/2 - PENYELESAIAN DATA SEGMEN DARI KI

Kolom 10 - 18 dalam K1 mencatat segmen atau data bagian ruas yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi jalan berubah.

1.3.1 PAL KILOMETER (KOLOM 10)

a. Pal kilometer untuk jalan kabupaten belum biasa digunakan. Karena itu titik pangkal dan ujung suatu bagian ruas harus ditentukan dengan pal km yang diukur di sepanjang ruas dengan pita ukur atau odometer kendaraan yang telah disesuaikan b. Pengukuran tersebut harus dimulai dari titik pangkal yang telah ditentukan dan

diberi tanda sebagai Km 0,0. Perhatikan bahwa jumlah panjang seluruh segmen harus sama dengan total panjang ruas.

Contoh : Ruas No : 02 Panjang total : 6,6 km

Segmen 1 : Km 0,0 - 3,5 aspal baik Segmen 2 : Km 3,5 - 6,6 aspal rusak

c. Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi. Sistim ini akan mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang pendek dan bagi keseluruhan jaringan jalan.

1.3.2 LEBAR PERKERASAN (KOLOM 11)

a. Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat dalam `meter' dengan pembulatan paling kecil 0,5 meter.

b. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk jalan tanpa perkerasan, dimana tidak jelas seberapa lebar bahunya.

c. Jalan setapak dapat dicatat dengan lebar nominal, yakni satu meter (1,0 m).

1.3.3 TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN (KOLOM 12)

a. Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini :

A : Aspal

B : Batu K : Kerikil T : Tanah C : Beton

b. Kondisi permukaan rata-rata suatu segmen, terutama yang mencerminkan kualitas berkendaraan (kenyamanannya) atau kekasarannya, ditentukan menurut kategori berikut : B : Baik S : Sedang SR : Sedang/Rusak R : Rusak RB : Rusak Berat

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 8 1.3.4 HAMBATAN LALU LINTAS (KOLOM 13)

Setiap segmen harus ditentukan tingkat aksesnya terhadap kendaraan roda-4, dengan menggunakan kode angka (kode akses dari formulir A3 bila sudah ada) atau kode huruf sebagai berikut :

 Terbuka untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TB 0

 Tertutup untuk kendaraan roda-4 selama 2-6 minggu/tahun TB/TMH 1

 Tertutup untuk kendaraan roda-4 pada musim hujan TMH 2

 Tertutup untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TST 3

 Tertutup juga untuk sepeda motor TST 4 1.3.5 BULAN-TAHUN SURVAI PERENCANAAN TERAKHIR (KOLOM 14)

Data ini harus ditunjukkan dengan bulan dan tahun (misalnya 06/94) dari studi perencanaan S2/A1 terakhir, atau dari pelaksanaan survai lalu lintas terakhir (untuk ruas yang berkondisi baik/sedang) namun bukan dari survai S1 yang dilakukan setiap tahun pada semua ruas yang kondisinya baik/sedang.

1.3.6 TAHUN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PK/MP) TERAKHIR (KOLOM 15)

a. Catat dalam kolom ini (15.1) tahun program pelaksanaan pekerjaan berat terakhir (PK), misalnya 93 (tahun program 1993/94). Tidak perlu memberikan bulan awal dan akhir pelaksanaan pekerjaan.

b. Pada versi K1 yang baru, disediakan kolom data yang kedua (15.2) untuk mencatat pekerjaan pemeliharaan periodik yang terakhir (overlay/ pelapisan ulang).

1.3.7 BULAN-TAHUN PERUBAHAN DATA K1 TERAKHIR (KOLOM 16)

a. Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pengisian bulan/tahun dari setiap perbaikan yang dibuat pada formulir K1, ini tercatat secara otomatis di komputer. b. Perlu dicatat bahwa pada versi hasil komputer, biasanya dicantumkan pula tanggal

di bagian atas, misalnya "Edisi April 1993". Ini menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan segmen yang baru harus sudah dibuat dalam kwartal pertama 1993. Hasil cetakan komputer juga mencantumkan tanggal pencetakan pada bagian kanan atas.

1.3.8 KELAS RENCANA LALU LINTAS / KRLL (KOLOM 17)

a. Data dasar K1 juga mempunyai kolom data untuk Kelas Rencana Lalu Lintas b. Data ini diperoleh dari data lalu lintas beserta studi perencanaan yang berkaitan dan

menunjukkan perkiraan kisaran lalu lintas harian rata-rata roda-4 (LHR) bila jalan tersebut telah ditingkatkan atau sudah dalam kondisi baik/sedang.

 KRLL 1 : LHR < 50  KRLL 2 : LHR 51 - 200  KRLL 3 : LHR 201 - 500  KRLL 4 : LHR 501 - 1500  KRLL 5 : LHR > 1500

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 9

c. Penambahan satu angka di belakangnya (.1, .2 atau .3) menunjukkan bagian dari jumlah truk sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B).

1.3.9 LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA / LHR ( KOLOM 18)

Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan total LHR kendaraan roda-4 yang ada (17) dan LHR kendaraan roda-roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor dan lalu lintas bukan bermotor (18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas.

1.3.10 JUMLAH PENDUDUK (KOLOM 19)

Dalam data dasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah penduduk yang dilayani oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A3.

1.3.11 BULAN TAHUN PERUBAHAN DATA (KOLOM 20)

Merupakan catatan dari database komputer yang menunjukkan kapan (bulan tahun) terakhir kali data diperbaharui.

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 10

1.4 TUGAS 1A/3 - PENYELESAIAN DATA LINGKUNGAN DARI K1

Kolom 21 – 23 dalam K1 mencatat data lingkungan yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi lingkungan suatu ruas jalan kabupaten berubah.

1.4.1 STATUS LINGKUNGAN (KOLOM 21)

Telah dibuat kode angka yang menunjukkan status lingkungan suatu ruas jalan kabupaten pada saat K1 dibuat atau diperbaharui yaitu :

1 = Menunggu Studi ANDAL

2 = Ditunda menunggu Studi ANDAL

3 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe D

4 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe ID

5 = Perlu Studi KL / UKL, UPL

1.4.2 KODE DAERAH RAWAN (KOLOM 22)

Untuk mengetahui bahwa suatu ruas jalan kabupaten melewati suatu daerah rawan lingkungan telah dibuat kode angka sebagai berikut :

1 = Cagar Alam

2 = Suaka Margasatwa

3 = Hutan Konservasi

4 = HL - TGHK masih hutan

5 = HL - direkomendasikan RePPProt masih hutan

6 = HL – TGHK bukan hutan

7 = HK – direkomendasikan RePPProt bukan hutan

8 = Taman Baru

9 = Taman Nasional

10 = Taman Rekreasi / Wisata

11 = Daerah curam (Informasi Land System)

12 = Lahan Basah (Gambut)

13 = Daerah Pantai / Hutan Bakau

14 = Kawasan Waduk / Danau

15 = Kawasan Bencana Alam

1.4.3 STATUS STUDI LINGKUNGAN (KOLOM 23)

Untuk mengetahui status studi lingkungan pada suatu ruas jalan kabupaten telah dibuat kode huruf sebagai berikut :

O = Diperlukan penyaringan tahap awal dan kedua S = Cukup dengan sektoral UKL / UPL

K = Diperlukan Studi KL U = Sudah dilakukan Studi KL

A = Diperlukan Kerangka Acuan untuk ANDAL T = Sudah dibuat Kerangka Acuan untuk ANDAL R = Sudah dilakukan Studi ANDAL

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 11

1.5 TUGAS 1A/4 - PENENTUAN JARINGAN JALAN STRATEGIS

(K2)

1.5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

a. Tujuan pokok dari tugas ini adalah untuk menentukan rute jalan kabupaten yang akan mendapat prioritas tertinggi untuk pekerjaan pemeliharaan, atau bila sesuai untuk pekerjaan rehabilitasi atau peningkatan.

b. Sekali pemilihan rute ini dilakukan dengan benar, maka kaji ulang dan perbaikannya (jika diperlukan) cukup dilakukan kira-kira setiap tiga tahun sekali

saja.

c. Target utamanya adalah menentukan jaringan jalan strategis dengan batas maksimal sekitar 20 persen dari total panjang jaringan jalan yang ada di kabupaten (tidak termasuk jalan negara/propinsi).

1.5.2 KRITERIA

Jaringan jalan strategis harus mencakup jalur utama yang melayani hubungan antar berbagai bagian di dalam kabupaten, yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut : a. Ruas jalan yang umumnya bersifat antar kota, yaitu menghubungkan kota

kabupaten dengan pusat-pusat administrasi pemerintahan seperti kota kecamatan, dan pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti pasar utama ; ini akan meliputi jalan `kolektor' yang menghubungkan kota 'orde' kedua dan ketiga (seperti yang ditetapkan menurut peraturan yaitu : PP No. 26, 1985).

b. Ruas jalan alternatif yang salah satunya sudah ditetapkan dan memenuhi hubungan yang memadai, tidak termasuk dalam kriteria ini.

c. Ruas jalan yang biasanya sudah menampung tingkat lalu lintas tinggi (atau berpotensi tinggi pada wilayah yang jaringannya belum berkembang secara penuh) pada kenyataannya tingkatan ini bisa berbeda, misalnya, mulai dari di atas 500 LHR di daerah padat penduduk di Pulau Jawa sampai di atas 50 LHR di daerah kurang berkembang di pulau lain.

d. Ruas jalan yang biasanya sudah diaspal, kecuali pada daerah yang jaringan jalannya belum dikembangkan.

e. Ruas jalan yang melayani sumber-sumber penyebab meningkatnya lalu lintas selain perkotaan, seperti sumber material besar, pabrik atau daerah perkebunan, dapat pula masuk ke dalam kriteria ini asalkan ruas jalannya terbuka bagi lalu lintas umum.

f. Ruas jalan yang melayani pangkalan jenis angkutan lain (yakni ruas menuju pelabuhan laut atau sungai, lapangan udara, atau stasiun KA)

g. Ruas jalan yang pendek (yakni kurang dari 5 km), tapi bukan bagian dari rute lanjutan, tidak termasuk dalam kriteria ini (kecuali pada vi)

h. Ruas jalan di daerah perkotaan tidak termasuk dalam kriteria ini, kecuali kalau ruas tersebut merupakan bagian dari rute lanjutan jaringan jalan strategis yang menghubungkan dua pusat kota.

i. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada jalan negara/propinsi yang memadai untuk jalur tersebut.

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 12

j. Bagian ruas jalan negara/propinsi yang berada di dalam kabupaten secara otomatis merupakan bagian dari jaringan jalan strategis, walaupun pemeliharaan atau peningkatannya tidak masuk ke dalam program jalan kabupaten.

Dokumen terkait