• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kecacingan

Parasit cacing termasuk golongan hewan yang memiliki banyak sel (multiseluler) dan tubuh yang simetris bilateral. Terdapat dua golongan (filum) cacing yang penting bagi kesehatan manusia, yaitu filum Platyhelminthes dan filum Nemathelmintes (Soedarto, 2008).

1. Cacing pipih (Plathyhelmintes/ flatworms)

Cacing ini memiliki bentuk tubuh yang pipih seperti daun atau seperti pita, sistem reproduksi hermafrodit (alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu tubuh cacing), alat pencernaan yang belum sempurna (tidak berusus, atau tidak tumbuh lengkap), serta tidak memiliki rongga tubuh (body cavity). Cacing ini terdiri atas:

a. Cacing pita (Cestoda)

Pada umumnya cacing Cestoda mempunyai bentuk seperti pita, pipih ke arah dorsoventral, dan mempunyai banyak ruas (segmen). Ukuran panjang Cestoda sangat bervariasi, antara beberapa millimeter sampai beberapa meter. Berdasarkan tempat hidupnya Cestoda dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

1) Cestoda Usus

Spesies yang terpenting di antaranya: Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan Diphylidium caninum. Hospes definitif Cestoda usus umumnya adalah manusia dan hewan mamalia tertentu. Ukuran tubuh Cestoda yang paling panjang dapat mencapai 25 meter (pada spesies T. saginata). Telur Cestoda usus berbeda morfologinya menurut spesies dan telur-telur tersebut dapat ditemukan dalam feses penderita. Cestoda usus dewasa seluruhnya hidup di usus halus.

2) Cestoda Jaringan

Umumnya adalah golongan cacing berbentuk larva yang hidupnya di dalam jaringan hospes dan terdiri dari beberapa spesies penting di antaranya Echinococcus granulosus, Echinococcus multicularis, dan Multiceps multiceps.

b. Cacing pipih (Trematoda)

umumnya bersifat hermafrodit kecuali spesies Schistosoma. Cacing dewasa mempunyai alat isap mulut (oral sucker) yang terdapat di bagian kepala, dan alat isap ventral (ventral sucker atau acetabulum) yang terdapat di daerah perut. Alat pencernaan sudah dimiliki namun masih belum sempurna, karena tidak mempunyai anus. Salah satu ciri khas lain dari cacing golongan ini adalah adanya sistem ekskresi (flame cell), yang untuk tiap-tiap spesies khas bentuknya (Soedarto, 2008).

Selain manusia, berbagai jenis mamalia dapat bertindak sebagai hospes definitif cacing Trematoda. Untuk melengkapi siklus hidupnya, diperlukan hospes perantara yaitu moluska misalnya siput dan keong, yang hidup di air tawar. Menurut tempat hidupnya, ada 4 penggolongan Trematoda, yaitu:

1) Trematoda Darah

Golongan Trematoda darah memiliki spesies penting di antaranya Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma haematobium. Cacing Schistosoma adalah trematoda yang tidak hermafrodit. Cacing jantannya yang berukuran lebih besar tetapi lebih pendek dari pada ukuran cacing betina. Tempat hidup cacing Schistosoma di dalam vena berbeda, sehingga telur cacing dalam pemeriksaan parasitologis dapat ditemukan di dalam urine atau tinja penderita (Soedarto, 2008).

Penyakit schistosomia sis atau bilharziasis ditularkan melalui moluska yaitu keong. Penularan terjadi oleh cercaria e, bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air oleh vektornya, setelah berkembang parasit ini menembus kulit manusia memasuki peredaran darah (Zulkoni, 2010).

2) Trematoda Hati

Trematoda hati yang penting adalah Clonorchis sinensis, Opistorchis felineus, Opistorchis viverrini, Fasciola hepatica dan Dicrocoelium dendriticumi. Parasit-parasit ini hidup di dalam jaringan hati, saluran empedu, kandung empedu, atau di dalam ductus pancreaticus. Selain manusia, berbagai jenis hewan dapat bertindak sebagai hospes definitif, yaitu manusia maupun unggas (Clonorchis sinensis). Terdapat dua jenis hospes perantara, yaitu siput sebagai hospes perantara pertama, dan ikan, siput atau semut (Dicrocoelium dendriticum) (Soedarto, 2008).

3) Trematoda Usus

Trematoda ini terdiri dari Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokoga wai dan Echinostoma. Cacing ini tinggal di dalam usus baik di duodenum dan jejunum, usus halus maupun mukosa usus hospesnya. Selain manusia berbagai jenis hewan seperti babi dan hewan pemakan ikanbertindak sebagai hospes.

4) Trematoda Paru

Spesies Trematoda paru adalah Pa ragonimus westermani. Penyebaran Paragonimus westermani bersifat kosmopolit pada mamalia. Hospes defintif adalah manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu, seperti kucing, kambing, sapi. Hospes perantara I adalah keong air tawar. Hospes perantara II adalah ketam air tawar dan udang batu. Cacing dewasa berada pada paru manusia dan juga pada organ lainnya (Muslim, 2009).

2. Cacing bundar (Nemathelmintes / roundworms)

Cacing ini mempunyai bentuk tubuh yang bulat panjang, silindris, filariform, tidak bersegmen, dan bilateral simetris. Cacing ini memiliki rongga tubuh (body cavity), dan tubuhnya tertutup oleh kutikulum. Ukuran tubuh bervariasi antara 2 mm – 1 meter. Alat pencernaannya telah lengkap, tetapi sistem saraf dan sistem ekskresinya belum sempurna (Soedarto, 2008).

Nematoda adalah cacing yang diecious atau uniseksual, dengan jenis kelamin cacing yang sudah terpisah antara jantan dan betina. Berdasarkan tempat hidup cacing dewasa di dalam tubuh manusia, Nematoda dikelompokkan menjadi:

a. Nematoda Usus

Nematoda ini berada atau hidup di usus. Spesies nematode usus yang ditemukan pada manusia adalah Asca ris lumbricoides, Trichuris Trichiura, Oxyuris vermicularis, Strongyloides stercolaris, Ancylostoma duodenale, Ancylostoma

braziliense, Ancylostoma caninum, Necator americanus, Toxocara canis, dan Toxocara cati. Umumnya manusia merupakan hospes definitive. Tiap spesies nematoda memiliki morfologi yang berbeda-beda. Cacing betina ukurannya lebih besar daripada jantan (Muslim, 2009)

Tiap larva spesies berada dalam sirkulasi darah kecuali Trichuris trichiura. Gejala klinis dipengaruhi oleh tingkat infeksi (jumlah cacing), jenis parasit, stadium parasit, lokalisasi parasit, dan lamanya kasus infeksi. Diagnosis penyakit ditegakkan dengan menemukan telur dalam feses, bilasan duodenum, larva dalam jaringan, uji serologis. Dalam siklus hidupnya cacing ini

membutuhkan kondisi lingkungan yang mempunyai temperatur dan kelembapan yang sesuai.

b. Nematoda Jaringan

Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, subkutan, dan jaringan ikat dalam pada tubuh manusia. Mikrofilaria terdapat pada darah perifer/ jaringan kulit serta sifatnya sangat aktif. Spesies nematoda jaringan yang hidup pada manusia adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, mansonella ozza rdi, Onchocerca volvulus, Loa load dan Dra cunculus medinensis. Pada umumnya manusia sebagai hospes definitive nematode jaringan, sedangkan hospes perantaranya adalah nyamuk dan lalat. Larva infektif berkembang dalam tubuh vektor dan ditularkan melalui gigitan dan tumbuh dewasa dalam hospes definitif (manusia dan mamalia lain). Cara menetapkan diagnosis nematoda jaringan dilakukan dengan menemukan microfilaria dala darah tepi, larva dalam jaringan, dan cacing dewasa yang diperoleh dari bahan biopsi.

2.3.2. Penyebab Kecacingan

Cacingan (atau sering disebut kecacingan) merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.

Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut, atau langsung melalui luka di kulit (cacing tambang dan benang). Cacing yang masuk dapat berupa telur, kista atau larvanya, yang ada di atas tanah terutama bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan

masuk ke dalam perut, maka ia akan segera menetas dan segera menggerogoti tubuh penderita (Zulkoni, 2010).

1. Platyhelminthes

Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:

a. Taeniasis solium untuk penyakit akibat cacing pita babi. Manusia terinfeksi dengan cara memakan daging babi mentah atau kurang matang.

b. Taeniasis saginata untuk penyakit akibat cacing pita sapi. Infeksi pada manusia terjadi jika makan daging sapi atau kerbau yang masih mentah atau kurang matang.

c. Infeksi Fasciolopsis buski pada manusia umumnya terjadi karena makan tumbuhan air mentah dalam keadaan segar.

d. Schistosomasis merupakan infeksi akibat cacing pipih Schistisoma haematobium yang menyerang darah, ditularkan oleh vektor keong dan dapat menembus kulit.

2. Nemathelmintes

Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:

a. Oxyuris untuk penyakit akibat cacing kremi, penularan terjadi dari mulut penderita atau terjadi karena memegang benda yang tercemar telur infektif, seperti alas tidur, bantal dan pakaian penderita.

b. Ancylostomiasis untuk penyakit akibat cacing tambang, penularan terjadi karena larva mampu menembus kulit manusia.

c. Ascariasis untuk penyakit akibat cacing gelang, penularan terjadi dari makanan dan minuman yang masuk ke dalam usus.

d. Trichuriasis untuk penyakit akibat cacing cambuk, infeksi terjadi jika tertelan cacing yang infektif akibat renahnya hygiene sanitasi perorangan dan lingkungan.

e. Filariasis untuk penyakit akibat cacing filarial, infeksi terjadi oleh perantaraan vektor.

Dokumen terkait