• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Kecakapan Diri

Kecakapan diri (Self Efficacy) pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog dari Stanford University, Albert Bandura, yang diartikan sebagai perasaan akan kemampuan kita dalam mengerjakan suatu tugas atau kepercayaan pada kompetensi diri sendiri dan efektivitas sebagai hasil dari pemberian grativikasi (Bandura, dkk dalam Myers, 2012). Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan (Alwisol, 2011). Sedangkan dalam Taylor disebutkan bahwa Keyakinan akan kecakapan diri adalah persepsi spesifik tentang kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Keyakinan ini bukan suatu perasaan umum (Shelley E. Taylor, 2009).

Menurut Bandura (1977) Self-efficacy: adalah suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu

26

dengan berhasil. Hal ini akan mengakibatkan bagaimana individu merasa, berfikir dan bertingkah-laku (keputusan-keputusan yang dipilih, usaha-usaha dan keteguhannya pada saat menghadapi hambatan), memiliki rasa bahwa individu mampu untuk mengendalikan lingkungan sosialnya.

Self Efficacy bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan kita. Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) membedakan antara ekspektasi mengenai efikasi dan ekspektasi mengenai hasil. Kecakapan diri merujuk pada “keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan”. Bandura beranggapan bahwa “keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari agen manusia”. Manusia yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian dilingkungannya, akan lebih mungkin untuk menjadi sukses dari pada manusia yang mempunyai efikasi diri yang rendah (Feist, 2010). Kecakapan diri seseorang berbeda atas dasar beberapa aspek yang memiliki implikasi penting terhadap performansinya (Bandura, dalam Ahkam 2004). Aspek tersebut adalah : Tingkat kesulitan tugas (level), sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas (Generality), dan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki (Strength).

Berdasarkan beberapa uraian definisi diatas maka disimpulkan bahwa kecakapan diri (Self Efficacy) adalah keyakinan pada diri seseorang tentang kemampuan dalam menjalankan suatu tugas yang diberikan pada dirinya.

Kemampuan ini berbeda pada setiap individu karena dipengaruhi oleh dimensi yang ada pada diri seseorang, aspek tersebut antara lain: level, generality, stregth. Pada penelitian ini kecakapan diri mengacu pada keyakinan seseorang dalam kemampuan menyesuaikan diri pada lingkungan baru di Universitas.

2. Aspek Kecakapan Diri

Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010), Kecakapan diri pada tiap individu akan berbeda antara satu dengan lainnya berdasarkan tiga aspek berikut :

1. Aspek tingkat (level)

Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak demikian. Aspek ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dilakukan atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuan yang dirasakan.

2. Aspek kekuatan (strength)

Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan

28

individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Pengalaman memiliki pengaruh terhadap kecakapan diri yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Namun sebaliknya, meskipun ditemukan pengalaman yang kurang namun ketika individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya, mereka akan teguh dalam usaha untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. Aspek ini biasanya berkaitan langsung dengan aspek level, yaitu semakin tinggi taraf kesulitan tugas, maka semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

3. Aspek generalisasi (generality)

Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. Generality merupakan perasaan kemampuan yang ditunjukkan individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecakapan diri meliputi derajat kesulitan tugas yang dihadapi, sejauh mana individu yakin

akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, dan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki

4. Sumber Kecakapan Diri

Bandura (dalam Alwisol, 2011) menyebutkan bahwa self efficacy atau kecakapan diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni :

a. Pengalaman Perforrmasi

Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performasi masa lalu menjadi pengubah kecakapan diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan espektasi kecakapan diri, sedang kegagalan akan menurunkan kecakapan diri. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak kecakapan yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya.

b. Pengalaman vikarius

Diperoleh melalui model sosial. Kecakapan diri akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya kecakapan diri seseorang aka menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Jika figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya, ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan oleh figur yang diamatiya dalam jangka waktu yang lama.

30

c. Persuasi sosial

Kecakapan diri juga dapat diperoleh, diperkuat, atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi kecakapan diri seseorang. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

d. Keadaan emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi kecakapan diri dibidang kegiatan tersebut. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress dapat mengurangi kecakapan diri. Namun bisa terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan kecakapan diri.

Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa kecakapan diri seseorang dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni menguasai suatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi sosial (social persuation), dan pembangkitan emosi (emosional physiological states).

5. Faktor-Faktor Kecakapan Diri

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri menurut Bandura (Atkinson, 1995), antara lain :

a. Sifat tugas yang dihadapi. Pada situasi-situasi atau jenis tugas tertentu dapat menuntut kinerja yang lebih sulit dan lebih berat.

b. Intensif eksternal. intensif berupa hadiah (reward) yang diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan suatu tugas (competense contingen intensif).

c. Status atau peran individu dalam lingkungan. Derajat sosial seseorang mempengaruhi penghargaan dari orang lain dan rasa percaya dirinya. d. Informasi tentang kemampuan diri.efikasi diri seseorang akan meningkat

atau menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau negatif tentang dirinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan diri seseorang ialah sifat tugas yang dihadapi, intensif eksternal, status atau peran individu dalam lingkungan, dan informasi tentang kemampuan dirinya.

6. Kecakapan Diri dalam Prespektif Islam

Allah dalam Al-Quran telah menegaskan bahwa setiap orang akan memapu menghadapi peristiwa apapun yang terjadi, karena Allah telah berjanji dalam Al-Quran bahwa Allah tidak akan membebani seseorang malainkan dengan sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya. Seperti firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 286, sebagai berikut :

يِسَّ ُِْإ بَّْذِخاَؤُر لا بََّْثَر ْذَجَسَزْما بٍَ بَهْيَيَعَو ْذَجَسَم بٍَ بَهَى بَهَعْسُو لاِإ بًسْفَّ ُ َّاللَّ ُفِّيَنُيلا ْوَأ بَْ

بَّْأَط ْخَأ لا بٍَ بَْْيََِّحُر لاَو بََّْثَر بَِْيْجَق ٍِِْ َِيِذَّىا ًَيَع ُهَزْيَََح بَََم اًزْصِإ بَْْيَيَع ْوَِْحَر لاَو بََّْثَر

َِيِزِفبَنْىا ًِْىَقْىا ًَيَع بَّْزُصّْبَف بَّلاْىٍَ َذَّْأ بَََْْحْراَو بََْى ْزِفْغاَو بََّْع ُفْعاَو ِهِث بََْى َخَقبَط “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. Mereka berdoa : Ya Tuhan kami, janganlah engkau

32

hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, berikan maaf bagi kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir (QS. Al Baqarah : 286)”

Ayat diatas disimpulkan bahwa Allah tidak akan membebani dengan sesuatu yang berada diluar kemampuannya, maka akan timbul keyakinan bahwa apapun yang terjadi kita akan mampu menghadapinya. Kemampuan untuk mengahadapi peristiwa apapun tentu saja bukan tanpa sebab, dibalik itu semua esensinya adalah kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia. ayat ini juga mengisyaratkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan ini. Maka setiap orang hendaknya meyakini bahwa banyak kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi potensi sebagai modal untuk menuju kesuksesan (Komalasari, 2012).

Ayat diatas jelas mengatakan bahwa semua permasalahan pasti bisa diatasi karena besar kecilnya permasalahan disesuaikan dengan kemampuan setiap hamba atau individu (Komalasari, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap manusia pasti telah dianugerahi kecakapan diri untuk menghadapi masalah yang akan dialaminya, dalam perspekti islam kecakapan diri dapat dijelaskan dalam konsep keyakinan.

Seorang manusia harus mempunyai keyakinan atas kemampuannya karena Allah telah memberikan berbagi potensi pada manusia dan telah

menyempurnakan penciptaannya. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat At-Tiin ayat 4:

ٌٍيِىْقَر َِِسْحَأ يِف َُبَسِّْ ْلإا بَْْقَيَخ ْذَقَى

Artinya : sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS At-Tiin : 04)

Individu yang memiliki kecakapan diri tinggi akan selalu berusaha agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, serta tidak mudah berputus asa terhadap berbagai kesulitan karena dibalik hal tersebut pasti ada kemudahan yang diberikan oleh Allah kepada hambanya yang bertawakal (Rangga, 2014).

Dari berbagai uraian ayat-ayat Al-Quran diatas, dapat diketahui bahwa sesungguhnya kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan telah Allah karuniakan kepada setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini Namun bagaimana ia menggunakan dan bagaimana ia meyakini bahwa Allah akan selalu bersama hambanya merupakan hal yang harus diimiliki oleh setiap individu, sehingga dengan seseorang akan memiliki self efficacy yang tinggi.

34

Dokumen terkait