• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

13. Kecamatan Tanjung Baru

Komoditas unggulan tanaman perkebunan Kecamatan Tanjung Baru adalah kopi robusta dan tebu. Kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan perkebunan Kecamatan Tanjung baru disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan Tanjung Baru

No Komoditas SPL

5 12 16

1. Kopi robusta S3nr na S3nr na eh S3na

2. Tebu S3nr na N N

Luas (ha) 21 111 36

Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa kesesuaian lahan aktual untuk kopi robusta adalah S3 dengan faktor pembatas retensi hara (nr) dan ketersediaan hara (na) dan kesesuaian lahan untuk tanaman tebu adalah N dan S3 dengan faktor pembatas retensi hara (nr), ketersediaan hara (na), dan nahaya erosi (eh).

Hasil evaluasi lahan untuk penggunaan lahan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Tanah Datar secara umum adalah N dan S3. Lahan dengan kelas kesesuaian lahan N tidak dapat dilakukan upaya perbaikan karena kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas kesesuaian lahan permanen. Kelas kesesuaian lahan S3 dengan faktor penghambat ketersediaan air (wa), retensi hara

(nr), ketersediaan hara (na), dan bahaya erosi (eh) dapat dilakukan upaya perbaikan. Namun jika faktor penghambat temperatur (tc) maka tidak dapat dilakukan upaya perbaikan. Iklim merupakan faktor pembatas yang sangat sulit untuk diperbaiki karena bersifat permanen (Widiatmaka et al. 2014).

Parameter penilaian ketersediaan hara (na) yang diukur dari ketersediaan unsur N, P, dan K dalam tanah memberikan pengaruh yang bervariasi dalam penentuan kelas kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Tanah Datar. Pada umumnya parameter ini berkaitan dengan parameter penilaian retensi hara (nr) yang diukur dengan KTK, kejenuhan basa, kemasaman tanah, dan C organik tanah. Faktor pembatas yang disebabkan oleh faktor ini dapat dilakukan upaya perbaikan sehingga dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahannya. Penghambat ketersediaan hara dapat dilakukan upaya perbaikan berupa penambahan hara tanah dan penghambat retensi hara dapat dilakukan upaya perbaikan penambahan bahan amelioran baik pengapuran atau pun penambahan bahan organik. Faktor penghambat ketersediaan air (wa) dapat dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan irigasi. Faktor bahaya erosi (eh) disebabkan oleh kelerengan lahan. Disamping itu kelerengan juga mempengaruhi tenaga dan modal dalam melakukan pengolahan. Pengolahan tanah pada lereng yang curam membutuhkan lebih banyak tenaga dan modal dari pada pengolahan tanah yang datar. Grealish et al. (2008) juga mengemukakan lereng curam memberikan masalah risiko erosi, pengelolaan air, dan kesulitas persiapan lahan dan pengelolaan tanaman, terutama untuk mekanisasi pengerjaan lahan. Selain itu tekstur tanah juga akan berpengaruh terhadap erosi tanah. Tekstur tanah akan mempengaruhi permeabilitas tanah yang berkaitan dengan kemampuan tanah untuk meloloskan air dalam keadaan jenuh. Tanah-tanah bertekstur halus mempunyai permeabilitas lambat sehingga daya menahan air tinggi. Tanah bertekstur sedang mempunyai permeabilitas agak cepat sehingga daya menahan air rendah. Tanah bertekstur kasar akan mengakibatkan drainase tanah menjadi sangat cepat. Kedua faktor penilaian ini akan memberikan kelas kesesuaian lahan N untuk beberapa jenis tanaman (Ritung et al. 2011). Tekstur tanah juga akan mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya KTK tanah. Nilai KTK tanah akan semakin tinggi dengan semakin halusnya tekstur tanah, karena jumlah koloid tanah semakin tinggi (Maroto dan Sasongko, 2004).

Arahan rencana penggunaan lahan untuk komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Tanah Datar

Arahan perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan untuk seluruh kecamatan direncanakan pada lahan yang tersedia dan sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan. Kecamatan yang memiliki satu komoditas unggulan, arahan pengembangan langsung pada komoditas tersebut. Kecamatan yang memiliki lebih dari satu komoditas unggulan, maka ditetapkan komoditas unggulan utama (prioritas perencanaan penggunaan lahan) dan komoditas

komoditas unggulan sehingga didapatkan komoditas unggulan utama dan penunjang setiap kecamatan. Matrik pemilihan komoditas unggulan utama untuk perencanaan penggunaan lahan pada setiap kecamatan disajikan pada tabel berikut.

1. Kecamatan Batipuh

Arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Batipuh dilakukan terhadap dua komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu kelapa dan pala. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Batipuh disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Batipuh

No. Faktor pemilihan Keterangan Komoditas

Kelapa Pala

1. Sistem tanam Monokultur X

Polikultur X X 2. Produksi (ton) 2007 60,98 6,1 2014 29,5 5,75 3. Luas panen (ha) 2007 88 12 2014 88,5 12,5 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X

Berdasarkan matrik pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa secara sistem tanam, antara tanaman kelapa dan pala dapat dibudidayakan secara polikultur (dapat dicampurkan dengan tanaman lainnya). Produksi kelapa dan pala menurun, sedangkan luas panen keduanya meningkat. Namun dalam budidaya nya tanaman pala juga dapat dibudidayakan sebagai tanaman monokultur, sementara kelapa lebih kepada tanaman polikultur. Oleh karena itu tanaman pala dipilih sebagai komoditas unggulan pertama, sedangkan kelapa menjadi komoditas unggulan penunjang. Tanaman kelapa sebagai komoditas unggulan penunjang dapat ditanam di areal untuk tanaman pala sebagai tanaman sela.

2. Kecamatan Batipuh Selatan

Rencana arahan perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Batipuh Selatan dilakukan terhadap delapan komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu kakao, kelapa, cengkeh, kayu manis, kapulaga, kapok, pala, dan kemiri. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Batipuah Selatan disajikan pada Tabel 27.

Berdasarkan matriks pada Tabel 27 dibawah dapat dilihat bahwa tanaman kakao lebih unggul dibandingkan dengan tanaman kelapa, cengkeh, kayu manis, kapok, pala, dan kemiri. Secara sistem tanam, tanaman ini dapat diusahakan dengan cara monokultur, polikultur. Dilihat dari segi produksi dan luas panen, jumlah produksi dan luas panen semakin meningkat dalam kurun waktu 2007 – 2014. Oleh karena itu, untuk arahan perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Batipuh Selatan dipilih tanaman kakao, sementara komoditas unggulan penunjangnya adalah kelapa, cengkeh, kayu manis, kapulaga,

kapok, pala, dan kemiri. Kapulaga dan kelapa dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada areal yang sesuai, sementara cengkeh, kayu manis, kapok, pala, dan kemiri tanaman alternatif pilihan masyarakat.

Tabel 27. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Batipuah Selatan

No Faktor

pemilihan Keterangan

Komoditas Kakao Kelapa Ceng

keh Kayu

manis Kapulaga Kapok Pala Kemiri 1. Sistem tanam Monokultur X X X Polikultur X X X X X X X X 2. Produksi 2007 2,07 55,91 3,43 38,73 1,79 5,25 6,8 26,14 (ton) 2014 63,5 113,75 1,4 140 7,73 3 9,38 12,57 3. Luas panen (ha) 2007 2 83 36 154 18 26 16 23 2014 124 124,5 54 128 21 19,4 18,5 34 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X X X X X X X 3. Kecamatan Pariangan

Arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan di Kecamatan Pariangan dilakukan terhadap empat komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu cengkeh, kayu manis, pala, dan aren. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Pariangan disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Pariangan

No Faktor

pemilihan Keterangan

Komoditas

Cengkeh Kayu manis Pala Aren 1. Sistem tanam Monokultur Polikultur X X X X 2. Produksi (ton) 2007 3,46 56 6,7 0,31 2014 1,04 350 7,63 0,79 3. Luas panen (ha) 2007 39 285 16 12 2014 57 309 16 15 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X X X

Berdasarkan matriks diatas terlihat bahwa kayu manis lebih unggul dibandingkan pala dan lebih unggul dari cengkeh. Oleh karena itu untuk arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Pariangan dipilih cassiavera sebagai komoditas unggulan utama dan cengkeh serta pala sebagai komoditas unggulan penunjang.

4. Kecamatan Rambatan

Arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan di Kecamatan Rambatan dilakukan terhadap tiga komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu kakao, cengkeh, dan merica. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Rambatan disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Rambatan

No Faktor

pemilihan Keterangan

Komoditas

Kakao Cengkeh Merica

1. Sistem tanam Monokultur X

Polikultur X X X 2. Produksi (ton) 2007 12,6 10,15 1,55 2014 319,38 13,07 0,13 3. Luas panen (ha) 2007 537 42 45 2014 572,49 99 36 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X X

Berdasarkan matriks diatas, dapat dilihat bahwa kakao lebih unggul bila dibandingkan dengan cengkeh dan merica (lada). Oleh karena itu untuk arahan perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan Kecamatan Rambatan dipilih kakao sebagai komoditas unggulan utama, sedangkan cengkeh dijadikan sebagai komoditas unggulan penunjang. Tanaman merica yang merupakan tanaman merambat dapat dijadikan tanaman sela dalam sistem polikultur.

5. Kecamatan Limo Kaum

Arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan di Kecamatan Limo Kaum dilakukan terhadap empat komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu kakao, kelapa, pala, dan kemiri. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Limo Kaum disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Limo Kaum

No Faktor

pemilihan Keterangan

Komoditas

Kakao Kelapa Pala Kemiri

1. Sistem tanam Monokultur X

Polikultur X X X X 2. Produksi (ton) 2007 4,4 50,55 4,4 2,46 2014 99,38 69,5 4,05 4,85 3. Luas panen (ha) 2007 6 48 7 12 2014 200 80,5 7 `3 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X X X

Berdasarkan matriks diatas dapat dilihat bahwa tanaman kakao lebih unggul dibandingkan dengan kelapa, pala , dan kemiri. Oleh karena itu tanaman

kakao dipilih sebagai komoditas utama dalam arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Limo Kaum. Sementara itu, kelapa, pala, dan kemiri dijadikan komoditas unggulan penunjang.

6. Kecamatan Tanjung Emas

Arahan rencana penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan di Kecamatan Tanjung Emas dilakukan terhadap dua komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu kakao dan kelapa. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama untuk Kecamatan Tanjung Emas disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31. Matriks pemilihan arahan komoditas unggulan utama Kecamatan Tanjung Emas

No. Faktor pemilihan Keterangan Komoditas

Kakao Kelapa

1. Sistem tanam Monokultur X

Polikultur X X 2. Produksi (ton) 2007 4,8 196,83 2014 97,35 220,03 3. Luas panen (ha) 2007 6 227 2014 180 227 4. Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 X X

Berdasarkan matriks diatas dapat dilihat bahwa tanaman kakao lebih unggul dibandingkan dengan kelapa. Oleh karena itu tanaman kakao dipilih sebagai komoditas utama dalam arahan perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan di Kecamatan Limo Kaum. Sementara itu kelapa dijadikan komoditas penunjang.

Dokumen terkait