BAB II LANDASAN TEORI
B. Kecanduan
1. Definisi Kecanduan
Kecanduan menurut Plantinga (dalam Elia, 2009) adalah kelekatan yang
kompleks, progresif, berbahaya, dan sering juga melumpuhkan terhadap zat
psikoaktif (alkohol, heroin, zat adiktif lainnya) atau perilaku (seks, kerja, judi)
dimana individu secara kompulsif mencari perubahan perasaan. Carpenter (Essau,
2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan suatu kondisi dimana individu
Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek
perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Sarafino
(2006) mendefinisikan kecanduan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan karena
adanya konsumsi obat-obatan yang berulang-ulang, yang membuat individu
tergantung secara fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik terjadi ketika tubuh
telah beradaptasi dengan obat-obatan dan jaringan tubuh tidak lagi berfungsi
secara normal. Sedangkan pada ketergantungan psikologis, individu merasa
didorong menggunakan obat-obatan untuk mendapatkan efeknya.
Kecanduan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ketergantungan yang dimiliki individu baik secara fisik dan
psikologis dalam sebuah aktivitas, meminum minuman keras atau obat-obatan
yang berada dibawah kontrol kesadaran. Kecanduan terjadi disebabkan adanya
(Mark, Murray, Evans, & Willig, 2004):
a. Keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu
(terutama ketika kesempatan untuk terlibat dalam perilaku tertentu tidak
dapat dilakukan).
b. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu
merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau
dihentikan.
c. Terjadinya perilaku yang terus-menerus walaupun telah ada fakta yang
jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas maka kecanduan dapat diartikan sebagai suatu
akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan dan stress ktika perilaku tersebut ditunda atau dihentikan.
2. Kecanduan Internet
Kecanduan internet diartikan Young (1998) sebagai sebuah sindrom yang
ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam
menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online.
Young (Essau, 2008) juga menyatakan bahwa kecanduan internet sama seperti
perilaku kecanduan lainnya, yang berisi tingkah laku yang kompulsif, kurang
tertarik terhadap aktivitas-aktivitas yang lain, dan meliputi symptom-symptom
fisik dan mental ketika berusaha untuk menghentikan tingkah laku tersebut.
Griffiths (1998) mendefinisikan kecanduan internet sebagai tingkah laku
kecanduan yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin tanpa adanya
penggunaan obat-obatan. Orzack (dalam Mukodim, Ritandiyono & Sita, 2004)
menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan suatu kondisi dimana individu
merasa bahwa dunia maya di layar komputernya lebih menarik daripada
kehidupan nyata sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan
internet adalah tingkah laku kompulsif, kurang tertarik dengan aktivitas lain,
merasa bahwa dunia maya di layar komputer lebih menarik sehingga
menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan internet serta meliputi
symptom-symptom fisik dan mental ketika tingkah laku tersebut ditunda atau
3. Dimensi Kecanduan Internet
Griffiths (1998) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan
apakah individu dapat digolongkan sebagai pecandu internet. Dimensi-dimensinya
adalah sebagai berikut:
a. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang
paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu
(pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh),dan
tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu
memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet.
b. Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri,
yang menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi
coping.
c. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya penigkatan jumlah
penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.
d. Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan
yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan
(misalnya, mudah marah, cemas, tubuh bergoyang).
e. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna
internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik
dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik
kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan
waktu bermain internet.
f. Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola
penggunaan internet setelah adanya kontrol.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menentukan apakah individu dapat dinyatakan mengalami kecanduan internet
adalah dengan menggunakan dimensi-dimensi kecanduan internet, yaitu salience,
mood modification, tolerance, withdrawal symptom, conflict, dan relapse.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Internet
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan internet (Young, Pistner,
O’Mara & Buchanan, 1998) adalah:
a. Gender
Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab
individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering
mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno, dan perjudian
online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap
chatting dan berbelanja secara online.
b. Kondisi psikologis
Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu
yang mengalami kecanduan internet juga mengalami kecanduan pada hal
lain seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Kecanduan
internet juga timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan
sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Berdasarkan
hasil survey ini juga diperoleh bahwa 75% individu yang mengalami
kecanduan internet disebabkan adanya masalah dalam hubungannya
dengan orang lain, kemudian individu tersebut mulai menggunakan
aplikasi-aplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat room dan game
online sebagai cara untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya
diri dalam berhubungan dengan orang lain melalui internet.
c. Kondisi sosial ekonomi
Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
kecanduan internet dibandingkan dengan individu yang belum bekerja. Hal
ini didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet
di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan
individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga
dirumahnya.
d. Tujuan dan waktu penggunaan internet
Tujuan menggunakan internet akan menentukan sejauhmana individu
tersebut akan mengalami kecanduan internet, terutama dikaitkan terhadap
banyaknya waktu yang dihabiskannya sendirian di depan komputer.
Individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan, misalnya
pada pelajar dan mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktunya
menggunakan internet. Umumnya, individu yang menggunakan internet
mengalami kecanduan internet. Hal ini diakibatkan tujuan penggunaan
internet bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan
diri dari masalah-masalah yang dihadapinya di kehidupan nyata atau
sekedar hiburan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecanduan internet, yaitu gender,
kondisi psikologis, kondisi sosial ekonomi, tujuan dan waktu penggunaan internet.
5. Tingkat Kecanduan Internet
Young (1996) membagi kecanduan internet dalam 3 tingkatan, yaitu:
a. Mild. Pada tingkatan ini individu termasuk dalam pengguna online
rata-rata. Individu menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi
individu memiliki kontrol dalam penggunaannya.
b. Moderate. Pada tingkatan ini individu mulai sering mengalami beberapa
permasalahan dari penggunaan internet. Internet merupakan hal yang
penting, namun tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupan.
c. Severe. Pada tingkatan ini individu mengalami permasalahan yang
signifikan dalam kehidupan mereka. Internet merupakan hal yang paling
utama sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan yang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3
C. REMAJA