BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat diidentifikasi (Videbeck; dalam Rahmitha, 2017).
Menurut Kusumawati dan Hartono (dalam Rahmitha, 2017) Cemas/ansietas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif yang dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Menurut Nanda (2016), kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya. Keadaan ini juga dapat diartikan sebagai tanda-tanda perubahan yang memberikan peringatan akan adanya bahaya pada diri individu. Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan dan penampilan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Gunarsa, 2015).
Menurut Maimunah (dalam Rahmitha, 2017) Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang timbul secara alami dan dalam tingkat yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas akan masa mendatang.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Sari, 2018), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Usia
Usia mempengaruhi faktor psikologis seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Stuart, 2008).
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan rendah seseorang akan dapat menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi pendidikannya maka akan mempengaruhi kemampuan dalam berpikir (Stuart, 2008).
c. Dukungan Keluarga
Pendampingan oleh keluarga akan mempengaruhi tingkat kecemasan.
Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari pasangan, orangtua, dan kerabat akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang, aman dan nyaman (Manuaba, 2017).
Ekonomi
Menurut jurnal Handayani (2012) tingkat ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologi.
d. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi kecemasan karena adanya tekanan dari berbagai stersor di tempat pekerjaan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang yang bekerja mengalami gangguan atau penyakit akibat kerja, seperti kondisi lingkungan (Efendi, 2019).
Menurut Darajat (dalam Zainal, 2017), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain:
a. Usia
Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena kecemasan berlebihan pada masa kanak-kanak dan masa remaja dianggap mempunyai resiko berkembangnya gangguan kecemasan umum pada saat dewasa. Gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa dewasa dini yaitu rata-rata timbul pada usia 20.
b. Lingkungan Sosial-Budaya
Seseorang bila dihadapkan pada situasi dan kondisi lingkungan sosial dan budaya yang mengancam akan sangat mempengaruhikecemasannya.
Lingkungan sosial yaitu tempat tinggal, kampus atau sekolah, keluarga, pergaulan dengan teman-teman atau orang terdekat,
sedangkan lingkungan budaya yaitu daerah atau tempat asal, adat-istiadat atau budaya setempat.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kecemasan bisa dari diri sendiri maupun dari luar diri, seperti usia merupakan sesuatu yang memang datang dari diri sendiri sedangkan lingkungan datang dari luar diri (pengaruh orang lain yang menjadi faktor datangnya kecemasan).
2.1.3 Aspek-aspek Kecemasan
Berikut aspek kecemasan menurut Clark dan Beck (dalam Nugraha, 2020) disebutkan bahwa aspek kecemasan meliputi:
a. Aspek afektif
Perasaan individu yang sedang merasakan kecemasan, seperti tersinggung, gugup, tegang, gelisah, kecewa dan tidak sabar.
b. Aspek Fisiologis
Merupakan ciri fisik yang muncul ketika individu sedang mengalami kecemasan, seperti sesak nafas, nyeri dada, nafas menjadi lebih cepat, denyut jantung meningkat, mual, diare, kesemutan, berkeringat, menggigil, kepanasan, pingsan, lemas, gemetar, mulut kering dan otot tegang.
c. Aspek Kognitif
Dengan ciri aspek kognitif yaitu rasa takut tidak dapat menyelasaikan masalah, takut mendapatkan komentar negatif, kurangnya perhatian, fokus, dan kurangnya konsentrasi, sulit melakukan penalaran.
d. Aspek Perilaku
Respon yang biasanya muncul adalah menghindari situasi yang mengancam, mencari perlindungan, diam, banyak bicara atau terpaku, dan sulit bicara.
Sedangkan menurut Stuart (dalam Annisa & ifdil, 2016) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya:
a. Aspek Perilaku
Diantaranya gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
b. Aspek Kognitif
Diantaranya perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, keasadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, dan mimpi buruk.
c. Aspek Afektif
Diantaranya mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
Dari aspek-aspek menurut para ahli tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa aspek perilaku mencakup keseluruhan bagian dari diri seseorang yang mengalami kecemasan.
2.1.4 Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fauziah & Widuri (2007) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gangguan kecemasan yaitu gangguan yang tidak diinginkan, ketakutan yang tidak rasional, gangguan yang datang tak terduga dan gangguan kekhawatiran yang berlebihan.
Dari ketiga gangguan tersebut seseorang bisa saja mengalami salah satu saja tetapi ada juga yang mengalami 2 atau 3 bahkan 4 dari gangguan tersebut.
2.1.5 Tanda dan Gejala Kecemasan
Gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek antara lain pikiran, dimana keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak berdaya. Reaksi biologis yang tidak dapat dikendalikan, seperti berkeringat, gemetar, pusing, jantung berdebar-debar, mual, dan mulut kering. Perilaku gelisah, keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup, kewaspadaan diri yang berlebihan, serta sangat sensitif. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai situasi, rasa ketergantungan yang tinggi, ingin
Menurut Hawari (2017) seorang akan mengalami gangguan cemas manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan 2 kategori gejala sebagai berikut :
a. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive expectasion) adalah cemas, khawatir, takut, berfikir berulang (rumination), membayangkan akan datangnya kemalangan pada dirinya maupun orang lain.
b. Kewaspadaan berlebihan yaitu mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung dan tidak sabar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi mutasi ditandai dengan rasa khawatir yang berlebihan dan akan membuat takut untuk berfikir dan takut dalam menghadapi datangnya hal-hal yang baru di lingkungan yang berbeda.