4.2 Pengukuran Profil Jaringan Lunak Menurut Metode Holdaway
4.2.11 Kecembungan skeletal
3,02** ** berbeda bermakna pada taraf uji p < 0,001
4.2.11 Kecembungan skeletal
Kecembungan tanda negatif jika titik A di belakang garis N-Pog sebaliknya tanda positif juka titik A di depan garis N-Pog. Kecembungan skeletal Mahasiswa FKG USU suku Deutro rerata + 3,15 mm, lebih besar daripada ras Kaukasoid rerata menyinggung garis N-Pog (0 mm) tetapi masih sesuai -2 mm sampai +2 mm. Kecembungan skeletal Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih besar daripada ras Kaukasoid, dengan uji statistik pada taraf p < 0,01 untuk 0 mm dan +2 mm menunjukkan perbedaan sangat bermakna dengan ras Kaukasoid.
Tabel 13 Kecembungan skeletal Kaukasoid (mm) Deutro Melayu Mean (mm) Range (mm) SD (mm) t h0 t h+2 -2 – +2 3,15 -0,7– 8,85 2,29 9** 3,29**
Pada Tabel 14 dapat dilihat perbandingan profil jaringan lunak berdasarkan 11analisa menurut metode Holdaway antara Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid.
Tabel 14. Perbandingan profil jaringan lunak antara Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid
Variabel yang diukur Mhs suku Deutro-Melayu Ras Mean Range Kaukasoid
1 Jarak puncak hidung 1,4 -2,95 - +7 6 - 12 ke grs H (mm)
2. Kedalaman Sls (mm) 6,90 2,3 – 10,1 5 (3 – 7*)
3 . Tebal bibir atas (mm) 13,54 9,9 – 16,5 14* - 15
4. Jarak bibir bawah ke 1,78 -1,25 – 5,45 0 (-1 - +2*) garis H (mm)
5. Kurvatura bibir atas 0,43 -1,6 – (2,15) 1,5 - 2,5 (mm)
6. Besar sudut Fasial (0) 91,16 86 – 95,5 90* -92*
7. Kedalaman Sli (mm) 3,67 0,95 – 7,7 5
8. Tebal dagu (mm) 13,19 6,3 – 17,3 10 -12
9. Strain bibir atas (mm) 13,55 7,75 – 17 12 10. Besar sudut H (0) 16,55 10 – 22,5 7 - 15
11. Kecembungan skeletal 3,15 0,70 – 8,85 -2 - +2 (mm)
* Profil jaringan lunak Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu yang sesuai dengan ras Kaukasoid
BAB 5 PEMBAHASAN
Holdaway mempergunakan garis H untuk analisa profil jaringan lunak berdasarkan titik Pogonion kulit (Pog’) dan titik Labral superior (Ls). Garis H ini berhubungan erat dengan besar sudut H . Sebagai contoh pada kasus skeletal dan dental Klas II letak titik Pog’ lebih ke distal dan titik Ls lebih ke mesial menyebabkan sudut H yang dibentuk oleh garis N’- Pog’ dan Pog’- Ls menjadi lebih besar. Sebaliknya pada Klas III skeletal mempunyai sudut H lebih kecil yang diikuti oleh perubahan profil jaringan lunak lainnya terhadap garis H. Sebagai contoh pada subjek penelitian pada sudut H minimum (100) dan maksimim (25,50). Pada subjek sudut H minimum (100), tinggi hidung (Pr-SnV) 15,35 mm, dijumpai jarak puncak hidung ke garis H (Pr-H): 5 mm. Pada subjek sudut H maksimum (25,50), tinggi hidung 13,05 mm, dijumpai jarak Pr-H -2,7 mm Pada ke dua subjek penelitian ini mempunyai tinggi hidung tidak berbeda jauh yaitu 15,35 mm dan 13,05 mm tetapi jarak Pr-H cukup berbeda. Dalam hal ini analisa Holdaway tentang jarak ideal puncak hidung ke garis H bukan untuk tinggi hidung ideal. Demikian juga contoh yang ditunjukkan Holdaway dari sebuah laporan kasus yang dilakukannya. Sebelum dilakukan perawatan ortodonsia tampak profil cembung dengan sudut H lebih besar, letak titik Pr di belakang garis H (Gambar 10 A), setelah perawatan sudut H menjadi lebih kecil (ideal) dan titik Pr terletak di depan garis H (Gambar 10 B).
Gambar 11. Profil jaringan lunak sebelum dan sesudah perawatan (laporan kasus Holdaway).A Sebelum Perawatan sudut H besar, titik Pr di belakang garis H dan profil cembung. B Setelah perawatan sudut H normal, titik Pr di depan garis H, profil waja ideal.14
Hasil analisa profil jaringan lunak pada Mahasiswa FKG USU suku Detro Melatu dengan metode Holdaway.dilakukan uji statistik untuk melihat perbedaan dengan ras Kaukasoid sebagai berkut:
5.1 Jarak Puncak Hidung ke Garis H
Tinggi hidung bangsa Indonesia sangat bervariasi antara rendah, sedang dan tinggi yang umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik. Jarak puncak hidung (Pr) ke garis H pada Mahasiswa FKG USU suku Detro Melatu rerata 1,4 mm di depan garis H, pada ras Kaukasoid idealnya 6-12 mm di depan garis H. Jarak puncak hidung ke garis H Mahasiswa FKG USU suku Detro Melatu tidak sesuai dengan ras Kaukasoid
5.2 Kedalaman Sulkus Labialis Superior
Kedalaman Sulkus labialis superior (Sls) pada ras Kaukasoid ideal mendekati 5 mm, tetapi pada bibir tebal dan atau pendek 7 mm masih harmonis. Pada Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu, kedalaman Sls rerata 6,90 mm yang mendekati kedalam Sls pada bibir tebal dan atau pendek ras Kaukasoid. Oleh karena kriteria subjek penelitian ini pada bibir kompeten maka kedalaman Sls Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu sesuai dengan bibir tebal ras Kaukasoid. Yang menunjukkan Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu mempunyai bibir lebih tebal dari ras Kaukasoid.
.
5.3 Tebal Bibir Atas .
Tebal bibir atas merupakan jarak 2 mm di bawak titik A skeletal ke kulit luar labialis superior yang merupakan tebal bibir atas di daerah Sub nasalis (Sn). Tebal bibir atas Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu rerata 13,54 mm lebih tipis daripada ras Kaukasoid tetapi masih sesuai pada tebal 14 mm dan tidak sesuai pada tebal 15 mm.
5.4 Jarak Bibir Bawah ke Garis H
Jarak bibir bawah ke garis H pada Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu. 1,78 mm di depan garis H. Pada bangsa Kaukasoid idealnya 0 mm yaitu menyinggung garis H tetapi masih sesimbang pada -1 sampai- +2 mm. Jarah bibir bawah 2 mm di depan garis H menurut Holdaway masih menunjukkan jarak ideal dan sesuai dengan Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu.
5.5 Kurvatura Bibir Atas
Kurvatura bibir atas ras Kaukasoid idealnya 2,5 mm untuk bibir sedang dan 1,5 mm untuk bibir tipis. Kurvatura bibir atas Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu rerata 0,43 mm yang menunjukkan lebih datar dibandingkan pada ras Kaukasoid .
5.6 Besar Sudut Fasial
Besar sudut fasial Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu. rerata besarnya 91,160, pada ras Kaukasoid 900- 920. Dalam hal ini besar sudut fasial Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu menunjukkan sesuai dengan ras Kaukasoid.
5.7 Kedalaman Sulkus Labialis Inferior
Kedalaman Sulkus labialis inverior pada Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu rerata 3,67 mm sedangkan ras Kaukasoid ideal 5 mm yang menunjukkan pada Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih datar. Hal ini kemungkinan karena letak bibir bawah di depan geris H yang diikuti letak sulkus labialis inferior (Sli) lebih dekat dengan geris H.
5.8 Tebal Dagu
Tebal dagu Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu rerata 13,19 mm sedangkan ras Kaukasoid 10-12 mm. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa ketebalan dagu Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih tebal daripada ras Kaukasoid.
5.9 Strain Bibir Atas
Pengukuran strain bibir atas berdasarkan pada jarak Ls ke permukaan labialis insisivus superior..Idealnya strain bibir atas mendekati tebal bibir tebal bibir atas.Strain bibir atas Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu mendekati tebal bibir atas rerata 13,5
5.10 Besar sudut H
Besar sudut H pada Kaukasoid 79 – 159, untuk Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu 16,559 yang mana sudut H Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih besar dibanding ras Kaukasoid,. Hal ini menunjukkan profil jaringan lunak Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu lebih cembung.
5.11 Kecembungan skeletal
Kecembungan skeletal pada Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu rerata 3,15 mm sedangkan ras Kaukasoid rerata -2 mm sampai +2 mm. Kecembungan skeletal Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu mennjukkan lebih cembung dibanding dengan bangsa Kaukasoid.