• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.5 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (KKA) adalah keinginan untuk melakukan segala sesuatu untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak jujur seperti menutupi kebenaran, penipuan, manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat berupa salah saji atas laporan keuangan, korupsi dan penyalahgunaan aset (Shintadevi, 2015).Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) kecurangan akuntansi merupakan penyalahgunaan/penggelapan atau perbuatan yang tidak semestinya. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan dan karyawan melakukan kecurangan untuk keuntungan individu (Adelin, 2013).Fraud menyangkut cara‐cara yang dihasilkan oleh akal manusia yang dipilih oleh seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan dari pihak lain dengan penyajian yang salah/palsu (Zulkarnain, 2013). Kecurangan mencakup kejutan, tipu daya, cara‐cara licik dan tidak jujur yang digunakan untuk menipu orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Singleton et al. (2010), yang mengemukakan bahwa fraud, theft, defalcation, irregularities, white collar crime, dan embezzlement adalah terminologi yang sering dipertukarkan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas

yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia.

Lin et al.(2003) kecurangan akuntansi oleh pimpinan dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber penipuan baik berupa pemalsuan atau penyembunyian bukti-bukti transaksi, penyajian informasi dan laporan keuangan yang tidak benar, ataupun salah saji akibat perlakuan yang tidak semestinya terhadap aset. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara pegawai atau pihak ketiga. Menurut Albrecht (2004), pelanggaran terhadap etika, kejujuran dan tanggung jawab merupakan inti dari tindakan kecurangan akuntansi.

Kondisi Penyebab Terjadinya Kecurangan Akuntansi

Menurut Arens (2008:432), penyebab terjadinya kecurangan disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle), yaitu :

1) Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Karyawan mungkin merasa mendapat tekanan untuk melakukan kecurangan karena adanya kebutuhan atau masalah finansial.

2) Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan.Longgarnya pengendalian internal

dan kurangnya pengasawan dalam suatu perusahaan dapat memicu karyawan untuk melakukan kecurangan. Dari longgarnya pengendalian dan kurangnya pengawasan tersebut karyawan merasa mendapatkan kesempatan untuk melakukan kecurangan.

3) Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membenarkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

Tipe-tipe Kecurangan Akuntansi

Menurut Tunggal (2013) terdapat dua tipe kecurangan akuntansi yaitu : 1) Kecurangan eksternal

Kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah.

2) Kecurangan internal

Tindakan tidak legal yang dilakukan oleh karyawan, manager dan eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Kecurangan tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan itu sendiri.

Jenis-jenis Kecurangan akuntansi

Arens (2008:430-432) menjelaskan bahwa kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang sengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil

harta atau hak orang atau pihak lain. Dua jenis kecurangan akuntansi yang utama adalah:

1) Pelaporan keuangan yang curang

Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud mampu menipu para pemakai laporan keuangan tersebut. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan. Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi perusahaan dapat saja melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya.

Kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihsajikan laba baik dengan melebihsajikan aktiva dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban, perusahaan juga sengaja merendahsajikan laba. Hal ini mungkin dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan juga mungkin sengaja merendahsajikan laba ketika laba itu tinggi untuk membentuk cadangan laba atau “cookie jar reserve”, yang dapat digunakan untuk memperbesar laba dalam periodik mendatang, praktik ini disebut income smoothing (perataan laba) dan earnings management (pengaturan laba). Pengaturan laba (earnings management) menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba, sedangkan perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periodik-periodik untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi

nilai persediaan dan aktiva lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika aktiva tersebut nanti dijual.

2) Penyalahgunaan aktiva

Penyalahgunaan (misappropriation) aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semata, jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Akan tetapi, pencurian aktiva perusahaan seringkali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memperhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.

Istilah penyalahgunaan aktiva biasanya digunakan untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam lain organisasi.Penyalahgunaan aktiva biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah. Namun, dalam beberapa kasus, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktiva perusahaan. Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan.

Klasifikasi Fraud

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat dalam Zulkarnain(2013), mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu:

1) Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.

2) Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset)

Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “Kecurangan Kas‟ dan “Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya‟, serta pengeluaran‐pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).

3) Corruption (Korupsi)

Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

Fraud pada Sektor Pemerintahan

Semua jenis fraud dapat terjadi pada sektor pemerintahan, akan tetapi yang paling sering terjadi adalah korupsi (Pristiyanti, 2012). Korupsi adalah tindakan seorang pejabat atau petugas yang secara tidak sah dan tidak dapat dibenarkan memanfaatkan pekerjaannya atau karakternya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain dengan melanggar kewajiban dan hak. Korupsi meliputi penyuapan, konflik

kepentingan, pemberian tanda terima kasih yang tidak sah, dan pemerasan secara ekonomi.

Dokumen terkait