• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak

1. Kecepatan alir

Pengukuran sifat alir granul pada penelitian ini dilakukan secara langsung yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk

mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir. Waktu alir untuk 100 gram granul sebaiknya tidak melebihi 10 detik, atau dengan kata lain kecepatan alir granul sebaiknya tidak kurang dari 10 gram/detik. Tabel VII di atas menunjukkan kecepatan alir granul untuk mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir. Keempat formula dalam percobaan memiliki kecepatan alir yang memenuhi persyaratan, yaitu lebih dari 10 gram/detik. Sifat alir granul ini digunakan sebagai parameter baik atau tidaknya granul mengalir saat packaging dan saat akan dikempa jika ingin dibuat menjadi tablet.

Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap kecepatan alir granul, dibuat grafik :

Uji Kecepatan Alir

40 50 60 70 80 500 600 700 800 900 Natrium Bikarbonat (m g) K e cep at an A li r ( g /s) LR camp.asam LT camp.asam

Uji Kecepatan Alir

40 50 60 70 80 450 550 650 750 850

Cam puran Asam Tartrat-Asam Fum arat (m g) K ecep a tan A lir ( g /d tk ) LR Basa LT Basa (a) (b)

Gambar 5. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap kecepatan alir

Berdasarkan gambar 5a dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin meningkat pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi.

Kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar ׀ –0,04 ׀ dibandingkan dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level tinggi.

Berdasarkan gambar 5b dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin meningkat pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi lebih curam dengan nilai b sebesar 0,03 dibandingkan dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dengan nilai b sebesar ׀ -0,02 ׀. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level tinggi lebih mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah.

Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap kecepatan alir granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | -4,56 | yang berperan dalam menurunkan kecepatan alir, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 1,16 yang

berperan dalam meningkatkan kecepatan alir, dan efek interaksi sebesar 8,25 yang berperan dalam meningkatkan kecepatan alir. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi kecepatan alir adalah efek interaksi karena efek interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat. Gambar 5a dan gambar 5b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar atau berpotongan, hal ini juga dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul. 2. Waktu larut

Waktu larut granul effervescent menggambarkan cepat atau lambatnya granul effervescent larut dalam air. Proses larutnya granul effervescent diawali oleh penetrasi air ke dalam granul effervescent. Digunakannya bahan pengikat berupa PVP 3% yang bersifat hidrofilik akan mempermudah penetrasi air ke dalam granul sehingga granul effervescent mudah larut dalam air.

Pengamatan waktu larut granul dilakukan dengan melarutkan sejumlah granul sesuai dengan formula ke dalam 200 ml air. Pada pengujian ini juga dilakukan pengadukan ringan sebanyak 20 kali untuk mempercepat terjadinya reaksi effervescent. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk larut dihitung dengan bantuan stopwatch dan dicatat sebagai waktu larut granul dalam air. Hasil pengamatan waktu larut granul dalam air dapat dilihat pada tabel VII.

Menurut Wehling and Fred (2004), waktu larut granul sebaiknya kurang dari 2,5 menit (<150 detik). Tabel VII di atas menunjukkan waktu larut granul

dalam air, dan dapat dilihat bahwa dari keempat formula di atas memiliki waktu larut granul yang memenuhi persyaratan, yaitu kurang dari 2,5 menit (<150 detik)

Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap waktu larut granul, dibuat grafik :

Uji Waktu Larut Granul

125 130 135 140 145 150 500 600 700 800 900 Natrium Bikarbonat (m g) W a k tu La ru t G ra nul (d e ti k )

LR camp. asam LT camp.Asam

Uji Waktu Larut Granul

125 130 135 140 145 150 155 400 500 600 700 800 900

Cam puran Asam Tartrat-Asam Fum arat (m g) W a k tu La rut G ra nul (d e ti k ) LR Basa LT Basa (a) (b)

Gambar 6. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap waktu larut

Berdasarkan gambar 6a dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, waktu larut granul akan semakin lama pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi. Kurva perubahan waktu larut granul lebih curam pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dengan nilai b sebesar 0,05 dibandingkan dengan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar ׀ -0,01 ׀. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut

granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi.

Berdasarkan gambar 6b dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, waktu larut granul akan semakin lama pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva waktu larut granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar 0,06 dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level tinggi.

Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar 9,54 yang berperan dalam meningkatkan waktu larut granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 7,11 yang berperan dalam meningkatkan waktu larut granul, dan efek interaksi sebesar | -10,77 | yang berperan dalam menurunkan waktu larut granul. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi waktu larut granul adalah efek interaksi karena efek interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat. Gambar 6a dan gambar 6b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar, hal ini juga

dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul.

3. Kandungan lembab

Pengukuran kandungan lembab dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada granul kering. Kandungan lembab granul dapat mempengaruhi sifat alir granul, dan stabilitas granul selama penyimpanan. Kandungan lembab yang terlalu rendah akan menghasilkan granul yang sangat rapuh, sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi menyebabkan granul sulit mengalir dan tidak stabil dalam penyimpanan (Voigt, 1984). Tetapi untuk granul effervescent kandungan lembab yang rendah justru memberikan keuntungan. Karena dalam granul

effervescent kandungan lembab yang cukup tinggi dapat mengakibatkan terjadi

reaksi effervescent dini.

Granul effervescent yang baik memiliki kandungan lembab 0,4%-0,7% (Dash, 2000). Pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini menggunakan

oven. Proses pemanasan dilakukan pada suhu 105º C, sampai bobot granul

konstan atau dalam penimbangan dua kali berturut-turut perbedaan kedua penimbangan tidak lebih dari 0,25%. Hasil pengukuran kandungan lembab granul dapat dilihat pada tabel VI. Dari hasil pengukuran tersebut hanya formula 1 yang kandungan lembabnya lebih dari 0,7%, sedangkan ketiga formula (a, b, dan ab) kandungan lembabnya berada pada range 0,4-0,7%.

Untuk melihat hubungan level eksipien dan respon kandungan lembab granul, dibuat grafik sebagai berikut:

Uji Kandungan Lem bab Granul 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 500 600 700 800 900 Natrium Bikarbonat (m g) K a nd un ga n Le m b a b G ra nu l (% ) LR camp.Asam LT camp.Asam

Uji Kandungan Lem bab Granul

0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 450 550 650 750 850

Cam puran Asam Tartrat-Asam Fum arat (m g) K a n du nga n Le m b a b Gr a n u l ( % ) LR Basa LT Basa (a) (b)

Gambar 7. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap kandungan lembab

Berdasarkan gambar 7a dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, kandungan lembab granul akan semakin menurun baik pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah maupun pada level tinggi. Kurva kandungan lembab granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar ׀ -3,4x10-4 ׀ dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada penggunaan campuran asam tartratasam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar ׀ -3,1x10-4 ׀. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kandungan lembab granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi.

Berdasarkan gambar 7b dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, kandungan lembab granul akan semakin menurun pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Kurva kandungan lembab

granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar 7,0x10-4 dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b sebesar 6,7x10-4. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kandungan lembab granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat pada level tinggi.

Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | - 0,11 | yang berperan dalam menurunkan kandungan lembab granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar | - 0,21 | yang berperan dalam menurunkan kandungan lembab granul, dan efek interaksi sebesar | 0,005 | yang berperan dalam meningkatkan kandungan lembab granul. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi kandungan lembab granul adalah efek campuran asam tartrat-asam fumarat karena menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek interaksi.

Prinsip perhitungan kandungan lembab granul berdasarkan pada jumlah lembab yang dilepaskan oleh bahan-bahan dalam granul dalam hal ini natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat. Bentuk hidrat dan anhidrat berpengaruh terhadap jumlah air yang terikat pada bahan, oleh karena itu natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam fumarat yang digunakan adalah dalam bentuk anhidrat. Lembab yang terdapat dalam bahan tersebut diperkirakan merupakan

kandungan lembab awal (sebelum formulasi) dari bahan-bahan tersebut. Kemungkinan kandungan lembab awal campuran asam tartrat-asam fumarat lebih kecil dibandingkan kandungan lembab awal dari natrium bikarbonat sehingga dalam pengujian kandungan lembab granul ini efek campuran asam tartrat-asam fumarat lebih dominan dalam menurunkan kandungan lembab granul.

Dokumen terkait