• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KAJIAN PUSTAKA

2.2. Kecerdasan Jamak

Istilah kecerdasan jamak diambil dari makna multiple intelligences yang dicetuskan oleh Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul frame of mindpada tahun 1983. Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan sebagai modalitas belajar. Kecerdasan (Intelligence) adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan dan menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda diantara para ilmuan.

11

Menurut Bainbridge (2010) dalam Yaumi (2013:9) bahwa kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak.

Menurut Thomas Armstrong memberikan pengertian bahwa kecerdasan itu merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Sedangkan menurut Gardner yang dikutip oleh Thomas R. Hoerr dalam Fadillah (2014:16) mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, kemampuan untuk belajar berpikir abstrak dan mampu menyelesaikan masalah dari pengalaman masa lalu.

Kecerdasan jamak (multiple intelligences) adalah sebuah teori yang menghadirkan model pemanfaatan otak relatif baru. Menurut teori ini kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika, dengan kata lain seseorang dapat memiliki kecerdasan sesuai dengan kebiasaan yang disukainya.

Kecerdasan jamak merupakan teori yang menggambarkan dan menjelaskan tentang berbagai kecerdasan yang memungkinkan untuk

12

dimiliki oleh seorang anak. Tetapi dalam hal ini, hanya ada satu atau dua kecerdasan saja yang sangat dominan bagi masing-masing anak.

Kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Howard Gardner ada delapan kecerdasan, yaitu:

1) Kecerdasan Verbal-Linguistik

Menurut Baum dkk (2005) dalam Yaumi (2013:13) kecerdasan verbal linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain.

Ciri-cirinya memiliki kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat.

2) Kecerdasan Logika Matematika

Menurut Kezar (2010) dalam Yaumi (2013:14) kecerdasan matematika adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur.

Ciri-cirinya memiliki kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang.

13

Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir logis serta memecahkan masalah.

3) Kecerdasan Visual-Spasial

Menurut Rettig (2005) dalam Yaumi (2013:15) ada tiga kunci dalam mendefinisikan kecerdasan visual-spasial, yaitu: (1) memersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indera, (2) visual-spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang, (3) mentransformasikan yakni mengalihbentukkan hal yang ditangkap mata ke dalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam, menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interpretasi tersebut ke dalam bentuk gambar, sketsa, kolase, atau lukisan.

Ciri-cirinya memiliki kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, membuat desain.

4) Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musik adalah kapasitas berpikir dalam musik untuk mampu mendengarkan pola-pola dan mengenal serta mungkin memanipulasinya. Menurut Snyder (1997) dalam Yaumi (2013:17) kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk musik yang meliputi (1) kemampuan memersepsi bentuk musikal seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi

14

berpola nada, (2) kemampuan membedakan bentuk musik, seperti membedakan dan membandingkan ciri bunyi musik, suara, dan alat musik, (3) kemampuan mengubah bentuk musik, seperti mencipta dan memversikan musik, dan (4) kemampuan mengekspresikan bentuk musik seperti bernyanyi, bersenandung, dan bersiul-siul.

Ciri-cirinya memiliki kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titinada, dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal.

5) Kecerdasan Kinestetik

Menurut Sonawat dan Gogni (2008) dalam Yaumi (2013:16) kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu.

Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti, koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas dan kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh atau motorik dan kemampuan untuk memanipulasi objek.

6) Kecerdasan Interpersonal

Menurut Gardner dan Checkley (1997:12) dalam Yaumi (2013:20) kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan dengan

15

indikator-indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukkan oleh anak dalam kecerdasan interpersonal sangat menyejukkan dan penuh kedamaian.

Ciri-cirinya memiliki kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginan orang lain. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, dan mempunyai empati yang tinggi. Dengan memiliki kecerdasan interpersonal seorang anak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud dan motivasi orang lain bertindak sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.

7) Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Komponen inti dari kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.

Menurut Sonawat dan Gogri (2008) dalam Yaumi (2013:19) individu yang cerdas dalam intrapersonal memiliki beberapa indikator-indikator kecerdasan, yaitu: (1) secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk

16

bermeditasi, merenung dan memikirkan berbagai masalah, (2) pernah atau sering menghadiri acara konseling atau seminar perkembangan kepribadian untuk lebih memahami diri sendiri, (3) mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan dengan tabah, (4) memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup, yang dipikirkan secara berkelanjutan, (5) menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran mandiri.

8) Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dalam melakukan kategorisasi dan membuat hierarki terhadap keadaan organisme seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan alam. Kecerdasan naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan mengategori spesies, baik flora maupun fauna dilingkungan sekitar, dan kemampuan mengolah dan memanfaatkan alam serta melestarikannya.

Ciri-cirinya memiliki keahlian membedakan anggota-anggota spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies, baik secara formal maupun non formal. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi dan identifikasi.

Dari delapan jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner ini, hanya ada satu kecerdasan saja yang menjadi fokus peneliti, yaitu kecerdasan logika matematika. Peneliti ingin mencari apakah permainan tradisional ini mempunyai hubungan dengan kecerdasan jamak logika matematika anak,

17

karena pada dasarnya permainan tradisional sangat erat hubungannya dengan kecerdasan kinestetik atau fisik motorik anak. Maka dari itu peneliti ingin mencari hubungan permainan tradisional dengan perkembangan anak yang lainnya, salah satunya yaitu kecerdasan jamak logika matematika.

Dokumen terkait