• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik

Dalam dokumen SKRIPSI ZULFIKAR NIM (Halaman 29-37)

Rataan daya cerna bahan kering dan daya cerna bahan organik pada silase limbah sayur dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 : Rataan Daya Cerna Bahan Kering dan Daya Cerna Bahan Organik Berdasarkan Perlakuan

Sumber : Diolah 2017

Kecernaan bahan keringmerupakan salah satu indikator untukmenentukan kualitas pakan. Rata-rata kecernaan bahan kering silase limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari) sebesar 60,92% dan kecernaan bahan organik pada perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari) sebesar 57,77% . Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan dosis cairan rumen dalam proses fermentasi cairan rumen tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik limbah sayur, sedangkan lama waktu fermentasi memberikan pengaruh nyata (P<0,05). Interaksi antara dosis cairan rumen dan lama waktu fermentasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan

Pengukuran Dosis

30 bahan kering dan kecernaan bahan organik. Rataan kecernaan bahan kering bervariasi antara 40,37% (Perlakuan A2B4) hingga 60,92% (Perlakuan A3B1).

Begitu pula dengan ragam tingkat kecernaan bahan organik ransum, bervarisi antara 31,17% (Perlakuan A3B4) hingga 57,77% (Perlakuan A3B1).

Perlakuan dosis cairan rumen tidak menunjukkan perbedaan tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik limbah sayur hasil fermentasi, demikian halnya dengan interaksi antara dosis cairan dan lama waktu fermentasi.

Sedangkan lama waktu fermentasi limbah sayur menunjukkan perbedaan. Hal ini memberi gambaran bahwa dari lama waktu fermentasi limbah sayur sudah terlihat pola artinya dengan lama waktu fermentasi 4 hari dosis 3% (30 ml) mikroba rumen mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Tingginya kecernaan bahan kering maupun kecernaan bahan organik pada perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari) disebabkan karena perlakuan tersebut mengandung dosis cairan rumen lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga mikroba dalam rumenmampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik hanya dengan lama waktu fermentasi 4 hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hal ini sejalan dengan (Suardin, 2014) menyatakan bahwa tingginya kecernaan bahan organik diduga karena kecernaan bahan kering juga menunjukan kecernaan bahan kering yang tinggi. Selanjutnya Sutardi (1980), menyatakan bahwa degradasi bahan organik erat kaitannya dengan degradasi bahan kering, karena sebagian bahan kering terdiri dari bahan organik. Darwis (1988) menyatakan bahwa penurunan kecernaan bahan kering mengakibatkan kecernaan bahan

31 organik menurun atau sebaliknya. Dijelaskan lebih lanjut oleh Crampton dan Harris (1969) bahwa kecernaan makanan tergantung pada aktifitas mikroorganisme rumen karena mikroorganisme rumen berperan dalam proses fermentasi, sedangkan aktifitas mikroorganisme rumen itu sendiri dipengaruhi oleh zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan makanan.

Nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang tinggi pada perlakuan A3B1 (dosis cairan rumen 3% dengan lama waktu fermentasi 4 hari menunjukkan kualitas limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen sebagai bahan baku pakan udang vannamei. Afriyanti(2008), menyatakan bahwa semakintinggi kecernaan bahan kering makasemakin tinggi pula peluang nutrisi yangdapat dimanfaatkan ternak untukpertumbuhannya

Rendahnya nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan organik pada perlakuan lainnya dibandingkan dengan perlakuan A2B2 disebabkan karena dosis yang diberikan lebih rendah sehingga mikroba pada cairan rumen tidak mampu mencerna serat pada limbah sayur mengakibatkan rendahnya kecernaan. Hal ini sejalan (Setiyaningsih, 2007), menyatakan bahwa mikrobia dalam cairan rumen tidak dapat memanfaatkan kandungan nutrisi hijauan karena inokulum sudah mati atau populasinya kurang dari 106 sehingga tidak mampu bekerja secara optimal.

Menurut McDonald dkk (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan. Nilai Kecernaan BO yang relatif sama antar perlakuan selain disebabkan oleh komponen BO dan BETN juga

32 diduga disebabkan oleh kandungan SK pakan perlakuan yang relatif sama. Hal ini diduga karena mikrobia tidak mampu untuk mencerna komponen SK yang terkandung dalam pakan secara optimal. Kandungan SK dalam pakan akan menyebabkan rendahnya nilai degradasi, karena SK yang berupa selulosa dan hemiselulosa sering berikatan dengan lignin dan akan sulit untuk dipecah oleh enzim pencernaan (Tillman dkk, 1998). Nilai Kecernaan Bahan Organik yang relatif sama selain dipengaruhi komponen Bahan Organik pakan perlakuan juga dipengaruhi oleh kandungan NDF pakan yang relatif sama. NDF (dinding sel) pada tanaman akan mempengaruhi kecernaan karena kurang dapat dicerna, kesamaan faktor pembatas memungkinan kecernaan pakan relatif sama.

33 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peningkatan dosis cairan rumen dari 1%, 2% sampai 3% dan interaksi antara dosis dengan lama waktu dalam proses fermentasi tidak memberikan manfaat yang signifikan dalam hal meningkatkan daya cerna bahan kering dan bahan organik limbah sayur, sedangkan peningkatan lama waktu fermentasi dari 4 hari, 6 hari, 8 hari, dan 10 hari memberikan manfaat yang signifikan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan ranges dosis cairan rumen yang lebih tinggi sehingga terlihat polanya.

34 DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi HR. 1995. NutrisiAnekaTernak .Jakarta.

Aslamyah, S. 2006. Mikroflora Saluran Pencernaan Ikan Gurame. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.

AOAC. 1970. Official Methods of AnalysisTheAssociation of OfficialAnanlytical Chemist. Washington: AOAC International.

AOAC. 2005. Official Methods of AnalysisTheAssociation of Official AnalyticalChemist. 18thed. Marylad: AOAC International. William Harwitz (ed).

Boisen S. and B.O. Eggum. 1991. Critical evaluation of in vitro methods for estimating digestibility in simple-stomach animal. Nutr. Res. Rev. 4:141-162.

Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Budiansyah, A., Resmi, Nahrowi, Wiryawan, K,G. Suhartono, M.T dan Widyastuti, Y. 2011. Hidrolisis Zat Makanan Pakan oleh Enzim Cairan Rumen Sapi Asal Rumah Potong. Jurnal Agrinak Vol.01 No. 1September 2011.

Fardiaz, S., 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Fitrailiyani I, Harris, E., Mokoginta, I, Nahrowi. 2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung daun lamtoro dengan penambahan ekstrak enzim cairan rumen domba untuk pakan ikan nila Oreochromis sp. BeritaBiologi 10(2) - Agustus 2010

Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hardjo, S., Indrasti N. S. dan Tajudin B., 1989. Biokonveksi Pemanfatan Limbah Limbah Industri Pertanian. Pusat antar Universtias Pangan dan Gizi. IPB.

Hernawati, Tatik, MirniLamid, HerryAgoesHermadi, SunaryoHadiWarsito. 2010.

Bakteriselulotikuntukmeningkatkankualitaspakankomplitberbasislimbahp ertanian. VeterinariaMedika, Vol.3 No. 3 November 2010. Surabaya.

205-208.

Honig, H., and M K.Woolford 1980. Changes in silage on exposure to air. p. 76-87. In: C. Thomas (ed.) Forage Conservation in the 80s. Occasional Symposium No. 11. British Grassland Society, Hurley, Berkshire, UK.

35 Kordi. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. Hal 180-181;182

Lee S.S., J.K. Ha and K.J. Cheng. 2000. Relativecontributions of bacteria.

protozoa and fungitoin vitrodegradation of orchard grass cellwalls and their interactions. Appl. Environ.Microbiol. 6(9): 3807 - 3813.

Lee S.S, C.H. Kim, J.K. Ha, Y.H. Moon, N.J. Choi, andK.J. Cheng. 2002. Distribution and activities ofhydrolytic enzyme s in the rumencompartements of hereford bulls fed alfalfabased diet.Asian-Aust. J. Anim.

Sci.15(12):1725 – 1731.

Mahesti, G, 2009. Pemanfaatan Protein pada Domba Lokal Jantan Dengan Bobot Badan dan Aras Pemberian Pakan yang Berbeda. Program Studi Magister Ilmu Ternak Program Pasca sarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Merry, R.J., K.F. Lowes, and A.L. Winters. 1997: Current and future approaches to biocontrol in silages. Forage conservation: 8th International Scientific Symposium, Pohořelice: Research Institute of Animal Nutrition. Czech Republic, pp. 17-27.

Muwakhid, 2005. Isolasi, Seleksi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat isolat sampah Organik. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Nalar, H.P, Herliani, Irawan, B., Rahmatullah, S.N., Askalani, Kurniawan, N.

M.A., 2014. Pemanfaatan Cairan Rumen dalam Proses Fermentasi Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Nutrisi Dedak Padi Untuk Pakan Ternak. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”. Banjar Baru 6- 7 Agustus 2014.

Purnomo hadi M. 2006. Peranan Bakteri SelulotikCairan Rumen pada Fermentasi Jerami PadiTerhadapMutuPakan. Jurnal Protein,Vol 13, No. 2 13(2).

Palupi, Rizky dan A.Imsya. 2011. Pemanfaatan kapang Trichoderma viridae dalam proses fermentasi untuk meningkatkan kualitas dan daya cerna protein limbah udang sebagai pakan ternak unggas. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Bogor. 672-677.

Rasyid, S.B, A.M. Liwa, L.A. Rotib, Z. Zakaria dan W.M. Waskito, 1981.

Pemanfaatan Isi Rumen Sapi Sebagai Subtitusi Sebagain Ransum Basal Terhadap Performan Ayam Broiler. Laporan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. 10–24.

36 Saono, S., 1976. Metabolisme dari Fermentasi. Ceramah Ilmiah Proceeding Lokakarya Bahan Pangan Berprotein Tinggi. LKN-LIPI, Bandung. Hal 5-7.

Santoso U., 1996. Efek Fermentasi Jerami padi Oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Penggemukkan Sapi Jantan Peranakan Ongole. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandunng

Susangka, I., Haetami, I., Andriani, Y. 2006. Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran produk Cara Pengolahan Berbeda dan Pengaruhnya terhadap pertumbuhan Ikan Nila. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Trinci A. P. J., D. R. Davies, K. Gull, M. L. Lawrence, B. B. Nielsen, A. Rickers and M. K. Theodorou. 1994. Anaerobic Fungi in Herbivorous Animals.

Myco.

Wahyuni, Siti.HS, Dwi Cipto Budinuryanto, Herry Supratman, Suliantari. 2011.

Respon broiler terhadap pemberian ransum mengandung dedak padi fermentasi oleh kapang Aspergillus ficuum. J. Ilmu Ternak, Juni 2011, No.10 Vol. 1. Bandung. 26-31.

Weinberg, Z.G. dan R.E. Muck, 1996. New trends and opportunities in the development and use of inoculants for silage. Fems Microbiol. Rev. 19:

53-68

Wina, Elizabeth. 2005. Teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminasia di Indonesia : sebuah review. Wartazoa Vol 15. No 4 Tahun 2005,. Bogor. 173-186

Winarno, F.G., 1980. Microbial Convertion of Lignocellulose into Feed Straw and Other Fibrous of Products as Feed Elsevier, Amsterdam, Oxford, New York.

37

A1 (dosis rumen 1%) A2 (dosis rumen 2%) A3 (dosis rumen 3%)

Dalam dokumen SKRIPSI ZULFIKAR NIM (Halaman 29-37)

Dokumen terkait