• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................. 9-35

J. Kedudukan Anak Angkat Menurut UU NO.23 Tahun 2002

Pembahasan hak dan kewajiban anak dalam Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 terdapat pada Bab III, dari pasal 4 sampai pasal 19. Hak anak

dalam UU tersebut meliputi :36

1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).

2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan (Pasal 5).

3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan

berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua (Pasal 6).

35

Adi Bahari, Prosedur Gugatan Cerai.pustaka yustisia. cit, h. 34. 36

Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial, h. 16-20.

a. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

b. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin

tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal 7 ).

4. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8).

(a) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam

rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(b) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi

anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus (Pasal 9).

5. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima,

mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan (Pasal 10).

6. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,

bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri (Pasal 11).

7. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,

bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (Pasal 12).

8. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana

pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :

a. Diskriminasi;

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. Penelantaran;

d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. Ketidakadilan; dan

f. Perlakuan salah lainnya (Pasal 13).

9. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman (Pasal 13).

10. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir (Pasal 14).

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari : a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; e. Pelibatan dalam peperangan (Pasal 15).

1. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

2. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

3. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan

apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (Pasal 16).

4. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang

objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum (Pasal 17).

1. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang

berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan (Pasal 17)

2. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak

mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya (Pasal 18).

3. Setiap anak berkewajiban untuk :

a. Menghormati orang tua, wali, dan guru;

b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;

c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;

d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan

e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. (Pasal 19).

Untuk membandingkan hak dan kewajiban yang ada dalam UU Perlindungan Anak maka di bawah ini Penulis kemukakan hak dan kewajiban terhadap anak dalam hukum Islam antara lain sebagai berikut : Anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Islam melarang orang tua untuk membunuh anak-anak mereka dengan tujuan apapun. Perlindungan untuk hidup, tumbuh dan berkembang tersebut diberikan Islam sejak masa dalam kandungan. Adapun hadist di bawah ini adalah:

Nabi Muhammad saw pun memerintahkan supaya umatnya berlaku adil

terhadap anak-anaknya dan tidak berlaku diskriminasi. Dari An-Nu‟man bin Basyir

radhiallahu „anhuma dia berkata:

َدِه ْشُج َّتََّح َضَ ْرَأ َلَ َةَحاَوَر ُتْنِب ُةَرْ َعَ يِّمُأ ْتَلاَقَف ِ ِلِاَم ِضْعَبِب ِبَِأ َّ َلََع َقَّد َصَث

ُهَدِه ْشُيِل ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع ُ َّللَّا َّلَّ َص ِّ ِبَّنلا َلَِا ِبَِأ َقَلَطْناَف ََّلََّسَو ِهْيَلَع َُّللَّا َّلَّ َص ِ َّللَّا َلو ُسَر

َلاَق ْمِهُِّك َكِ َلََوِب اَذَه َتْلَعَفَأ ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع َُّللَّا َّلَّ َص ِ َّللَّا ُلو ُسَر ُ َلِ َلاَقَف ِتَِقَد َص َلََّع

َةَق َد َّصلا َ ْ ِث َّ َرَف ِبَِأ َ َ َرَف ْ ُ ِ َلَ ْوَأ ِ اوُلِدْعاَو َ َّللَّا اوُقَّثا َلاَق َلَ

Ayahku pernah memberikan sebagian hartanya kepadaku, lantas ibuku yang

bernama „Amrah bintu Rawahah berkata, “Saya tak akan rela akan hal ini sampai kamu

meminta Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam sebagai saksinya. ”Maka ayahku pergi menemui Nabi shallallahu „alaihi wasallam utk meminta beliau menjadi saksi atas pemberian tersebut, akan tetapi Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah

kamu berbuat demikian kepada semua anak-anakmu?” dia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-anakmu.” Kemudian ayahku pulang & meminta kembali pemberiannya kepadaku.”37

Sebagaiman kita ketahui bahwa hak dan kewajiban anak menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam perspektif Islam memiliki persamaan dan keselarasan. Sebagian besar pasal yang terdapat dalam pasal 4 sampai pasal 19

UU a quo memiliki keselarasan dengan hukum Islam dan tidak bertentangan dengan

kandungan hukum Islam. Hanya saja dalam definisi tentang anak, UUPA tidak sama dengan definisi hukum Islam. Definisi anak dalam UUPA dimulai sejak anak dalam usia kandungan sampai usia 18 tahun, sedangkan dalam hukum Islam anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia baligh. Perbedaan selanjutnya terdapat dalam

pasal 7 UUPA tentang “anak berhak mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri”. Dalam teks secara tertulis memang tidak ada hal yang dianggap bertentangan dengan Islam akan tetapi, dalam pelaksanaannya anak-anak sering tidak memperoleh haknya untuk mengetahui siapa orang tua sesungguhnya, hal ini disebabkan karena berlakunya undang-undang yang secara substansial bertentangan dengan pemberlakuan UUPA.

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait