• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Kajian Pustaka

2. Kedudukan Mahar

Kedudukan mahar merupakan syarat sah terjadinya perkawinan begitupun dengan uang belanja yang merupakan pemberian kepada pihak perempuan dari pihak laki-laki sebagai biaya perkawinan. Kendala-kendala dalam perkawinan terkait dengan mahar(sompa) dan uang belanja itu permintaan pihak wanita terlalu besar dan biasanya tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak , dan dari kendala-kendala tersebut biasanya berakibat perkawinan yang telah direncanakan sebelumnya bisa tertunda atau bahkan pembatalan perkawinan, karena tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.

Meskipun demikain, bila setelah menerima mahar si istri memberikan lagi sebagian dari mahar tersebut kepada suaminya secara sukarela, suami boleh mengambilnya, hal ini dapat di pahami secara jelas dari ayat 4 surat an-Nisa.

Walaupun mahar itu disepakati kedudukannya sebagai syarat sah perkawinan, namun sebagaian ulama diantaranya ulama Zhahiriyah menyatakan tidak mestinya mahar tersebut disebutkan dan diserahkan ketika akad nikah berlangsung. namun dalam masa ikatan perkawinan mahar itu harus sudah diserahkan .17

Berdasarkan andi nugraha sebagai mana yang telah dikemukakan sebelumya menyatakan bahwa mahar (sompa) merupakan salah satu hak istri yang wajib hukumnya, serta dalam pemberian mahar (sompa) tersebut harus berdasarkan keikhlasan dari suami atau dengan kata lain pemberian mahar tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan suami.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana kedudukan mahar (sompa) dalam perkawinan masyarakat, perlu diketahui pemahaman dan pengetahuan masyarakat di tempat tersebut akan hal-hal yang terkait dengan persyaratan pernikahan, seperti meminang, mapettu ada penentuan hari atau berapa banyakmahar yang ingin diberikan mempelai pria kepada calon mempelai wanita, maka sepatutnya terlebih dahulu mengetahui dan memahami apakah faktor penting dalam perkawinan, dan apakah sompa merupakan faktor penting dalam perkawinan.

Proses perkawinan tiap-tiap daerah selalu menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas, baik dari segi latar belakang budaya perkawinan tersebut, maupun dari segi kompleksitas perkawinan itu sendiri. Oleh karena itu dalam perkawinan yang terjadi bukan sekedar menyatukan dua orang yang saling mencintai. Lebih dari itu, ada nilai yang tidak lepas untuk dipertimbangkan dalam perkawinan, seperti status

17Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan),(Jakarta :kencana, 2017), Hlm 87.

sosial, ekonomi, dan nilai-nilai budaya dari masing-masing keluarga laki-laki dan perempuan. Kompleksitas perkawinan pada masyarakat bugis merupakan nilai-nilai yang tak lepas untuk dipertimbangkan dalam perkawinan.

Mahar sangat penting kedudukannya dalam perkawinan dan merupakan salah satu syarat sah adanya suatu perkawinan berbeda dengan doi balanca dimana doi balanca hanyalah perintah adat yang harus di lengkapi dalam perkawinan namun dalam hukum islam doi balanca tidak termaksud syarat wajib untuk melangsungkan pernikahan.

Golongan maliki mengatakan bahwa mahar bukanlah mutlak milik istri, oleh karena itu, ia tidak berhak membelanjakan untuk kepentingan dirinya, atau untuk mengambil sabagian untuk belanja dan menggunakan sedikit dengan cara –cara yang baik, atau untuk membayar utang.18

Dalam hal barang atau harta bawaan antara suami istri, pada dasarnya, istri tidak mempunyai hak atas harta bawaan tersebut, harta istri tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya. Harta atau barang bawaan dari kedua belah pihak serta harta yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan hallain dalam perjanjian perkawinan.

Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri. Harta bersama tersebut dapat berupa benda tidak bergerak, benda bergerak dan surat-surat berharga, sedangkan yang tidak terwujud berupa hak atau kewajiban. Keduanya dapat dijadikan jaminan oleh salah satu pihak, tidak diperbolehkan menjual atau memindakan harta bersama tersebut,

18

Tihami dan Sohari Sahrani,Fikih Munakahat (kajian fikih nikah lengkap),(Depok: RajaGrafindo Persada, 2014), h. 178.

dalam hal ini. Baik suami maupun istri, mempunyai pertanggung jawaban untuk menjaga harta bersama.

33 A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif yaitu data yang berbentuk kata kata, skema dan gambar. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala gejala, fakta fakta atau kejadian kajadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat sifat popular atau daerah tersebut.

Metode penelitian kualitatif digunakan karena dapat melihat bagaimana proses terbentuknya pemaknaan dan tindakan orang-orang yang ada didalam dunia tersebut. metode ini lebih mampu menemukan defenisi sosial dan gejala sosial dari subjek, prilaku motif-motif subjektif, tindakan, persepsi, perasaan dan emosi orang yang yang diamati secara holistik.

Selain itu metode kualitatif dapat meningkatkan pemahaman peneliti terhadap cara subjek memandang dan menginterpretasikan kehidupannya, karena hal tersebut berhubungan dengan subyek dan dunia sendiri, bukan dalam dunia yang tidak wajar yang diciptakan oleh peneliti. Analisis deskripsi digunakaan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

Analisis ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian dengan mengumpulkan data data yang deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesa, membuat prediksi, mampu mempelajari implikasi, dan

kesimpulan yang diberikan selalu dasar faktualnya sehingga semuanya dapat dikembalikan langsung pada adat yang diperoleh.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakaan pendekatan fenomenologi dan pendekatan sosiologi.

Menurut Edmud Husseri dalam jurnal penelitian komunikasi dan opini publik, pendekatan fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri ciri intrinsic fenomena fenomena sebagaimana fenomena fenomena itu sendiri menyingkapkan diri dari kepala kesadaran.Penelitian harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadaran dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni”.1 Fenomenologi membantu peneliti memasuki sudut pandang orang lain dan berupaya memahami mengapa mereka demikian. Metode ini tidak saja melihat sisi perspektif para partisipan saja melainkan berusahan memahami kerangka yang telah dikembangkan oleh masing masing individu, dari waktu ke waktu, sehingga membentuk tanggapan mereka terhadap peristiwa dan pengalaman dalam kehidupannya.Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan sosiologi ini digunakan oleh penelitian untuk mengetahui dan menjawab semua permasalahan yang sedang diteliti.