• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4 Pembahasan

4.4.4 Keefektifan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap

Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan perhitungan statistik hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran snowball throwing efektif terhadap aktivitas belajar siswa dibandingkan pembelajaran konvensional, tetapi model pembelajaran snowball throwing kurang efektif jika dibandingkan dengan model pembelajaran talking stick. Aktivitas pembelajaran yang terjadi di kelas eksperimen 2 cukup efektif dibandingkan di kelas konvensional. Penggunaan model pembelajaran snowball throwing membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam berdiskusi. Siswa berpartisipasi aktif dalam membuat soal dan menjawab soal. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak begitu aktif dalam kelompok, tetapi dia masih mau mencatat soal dan jawaban yang teman satu kelompoknya buat. Hal ini membuktikan teori Hamalik (2015:171), bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menciptakan kerjasama antar siswa. Adanya kerjasama dalam kelompok diharapkan memberikan efek yang lebih baik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas pembelajaran di kelas eksperimen 2 rata-rata persentasenya sebesar 80,34% dengan kriteria sangat tinggi. Teori kognitif menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang efektif, siswa tidak sekedar merespon akan tetapi juga mampu mengolah dan mentransformasi informasi yang diterima. Dewey dalam Huda (2014b:4) menyatakan, jika interaksi antar siswa

berjalan baik maka siswa akan menerima umpan balik atas apa yang dilakukan siswa. Interaksi yang terjadi dalam pelam pembelajaran dengan model snowball throwing berupa kerjasama antar siswa dalam membuat soal dan menjawab soal dari kelompok lain. Model pembelajaran snowball throwing merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan komunikatif. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Huda (2014b: 215) bahwa pembelajaran komunikatif adalah pembelajaran yang berbasis komunikasi. Pembelajaran dengan model ini memungkinkan siswa untuk dapat menjawab dan menulis dengan baik, belajar dengan orang lain, menerima informasi dan sebagainya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen 2 yang menggunkan model pembelajaran snowball throwing memperoleh persentase kategori sangat tinggi. Aktivitas pembelajaran yang paling tinggi adalah aktivitas menulis. Aktivitas menulis memperoleh persentase sebesar 93, 50%. Aktivitas menulis memperoleh nilai tertinggi, karena pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing lebih menekankan bagaimana siswa mengemukakan pendapat yang ditulis di kertas. Hal ini membuktikan pendapat Shoimin (2014: 174-5) bahwa melalui penerapan model pembelajaran snowball throwing, siswa dapat menyampaikan pertanyaan dan permasalahannya dalam bentuk tulisan yang nantinya akan didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dengan cara ditulis dalam kertas. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan model snowball throwing, guru memberikan selembar kertas pada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru.

Setelah menulis pertanyaan di kertas, kemudian kertas tersebut dilemparkan kepada kelompok lain. Kelompok yang mendapat kertas berisi pertanyaan, harus menjawab dengan cara ditulis pada kertas tersebut.

Aktivitas pembelajaran di kelas eksperimen 2 yang memperoleh kategori paling rendah adalah aktivitas emosional. Aktivitas emosional yang diharapkan adalah siswa memiliki motivasi yang baik dalam pembelajaran, siswa percaya diri dalam pembelajaran, siswa menunjukkan ketenangan saat berbicara, dan siswa dapat menghargai pendapat siswa lain. Aktivitas emosional memperoleh persentase sebesar 67,50%. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa seringkali gaduh dan masih ada beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan. Siswa gaduh biasanya terjadi saat pencocokan jawaban. Siswa yang sedang menjawab pertanyaan biasanya tidak diperhatikan oleh siswa lain. Siswa yang tidak menjawab biasanya berbicara dengan teman satu kelompoknya membahas permasalahan di luar pembelajaran. Hal ini seperti dikemukakan oleh Shoimin (2014: 177), model pembelajaran snowball throwing memiliki kekurangan salah satunya yaitu siswa yang nakal cenderung berbuat onar dan kelas sering kali gaduh sendiri. Siswa cenderung gaduh bersama anggota kelompoknya sendiri. Ketenangan siswa dalam menyampaikan pendapat juga kurang begitu baik, karena siswa masih malu dalam menyampaikan pendapat. Aktivitas pembelajaran di kelas snowball throwing menunjukkan aktivitas yang lebih baik dibandingkan di kelas konvensional, akan tetapi aktivitas pembelajaran di kelas eksperimen 2 lebih berjalan dengan baik. Meskipun model pembelajaran snowball throwing dan talking stick merupakan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, tetapi model talking stick lebih baik dibanding snowball throwing.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing lebih tinggi dibanding kelas konvensional, akan tetapi model aktivitas pembelajaran snowball throwing lebih rendah dibanding kelas eksperimen 2. Pada Uji keefektifan aktivitas belajar antara model snowball throwing dengan talking stick menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (5,110 > 1,998) dan signifikansi kurang

dari 0,05 (0,00 < 0,05) sehingga Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar di kelas eksperimen 1 lebih baik dari pada kelas eksperimen 2. Jadi, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran snowball throwing efektif terhadap aktivitas belajar siswa dibandingkan kelas konvensional, tetapi aktivitas belajar model snowball throwing kurang efektif jika dibandingkan dengan model pembelajaran talking stick di kelas IV SD pada mata pelajaran PKn materi Globalisasi.

Rata-rata aktivitas pembelajaran di kelas yang menerapkan model snowball throwing memperoleh nilai lebih rendah dibandingkan di kelas eksperimen 1. Di kedua kelas guru sudah menggunakan bantuan media pembelajaran dalam penyampaian materi, dengan harapan siswa lebih memahami materi pelajaran. Di kelas eksperimen 2 guru sudah melakukan pembelajaran dengan maksimal. Hal ini terlihat dari nilai hasil pengamatan terhadap model snowball throwing yang dilakukan oleh guru. Guru sudah melakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pedoman observasi pelaksanaan model snowball throwing.

Perlakuan guru di kelas eksperimen 2 sudah dilaksanakan semaksimal mungkin akan tetapi berdasarkan perhitungan hasil pengamatan aktivitas belajar

siswa dan pedoman pelaksanaan pembelajaran snowball throwing untuk siswa memperoleh nilai lebih rendah daripada di kelas eksperimen 1. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen 2 kurang begitu aktif mengikuti jalannya pembelajaran. Hal ini terlihat dari pelaksanaan pembelajaran siswa mengikuti pembagian kelompok tetapi masih gaduh, siswa aktif menyususn pertanyaan dan membuat jawaban dalam kelompok tetapi masih ada siswa yang kurang aktif, siswa juga kurang percaya diri dalam menambahkan, serta siswa kurang antusias dalam menyampaikan kesimpulan di akhir pembelajaran.

Siswa kurang siap menerima pelajaran, karena saat proses belajar akan dimulai banyak siswa yang berangkatnya telat. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang begitu siap meneriman pelajaran dan perhatian akan materi menjadi kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2013:54-60), dalam proses belajar ada beberapa faktor yang memengaruhi yaitu faktor eksternal maupun internal. Faktor internal meliputi faktor jasmani, faktor psikologis dan kelelahan. Faktor psikologis yamg memengaruhi antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Siswa juga kurang Faktor eksternal yang memengaruhi antara lain keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor keluarga yang mencolok yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, karena anak kurang diperhatikan saat mereka akan berangkat ke sekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh yaitu kurangnya disiplin sekolah hal ini terlihat dari kurangnya teguran dari guru menanggapi anak yang telat berangkat. Hal ini ditambah guru kelas eksperimen 2 berangkatnya juga tidak tepat waktu. Ini membuktikan guru belum bisa menjadi panutan bagi siswa.

Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor yang menghambat siswa kurang maksimal dalam menerima pelajaran dengan penerapan model snowball throwing. Penerapan model pembelajaran snowball throwing sudah efektif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan di kelas konvensional, akan tetapi penerapan model snowball throwing kurang efektif jika di bandingkan dengan model talking stick terhadap pelajaran PKn materi Globalisasi di kelas IV SD.