• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J Kasimo

BAB II LATAR BELAKANG I.J KASIMO MENGEMBANGKAN

C. Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J Kasimo

I.J. Kasimo adalah seseorang yang sangat gemar membaca. Karena kegemarannya ini, ia menjadi seseorang yang mempunyai pikiran yang sangat luas dan menjadi bekalnya dikemudian hari untuk turut serta membangun bangsa Indonesia. Kegemaran membacanya ini sebenarnya ia peroleh sejak kecil. Sewaktu kecil ia sering meminjam buku-buku milik ayahnya, Ronosentiko. Setiap malam ia selalu membaca buku tentang babad Ramayana.

Sewaktu sekolah di Muntilan, I.J. Kasimo mempunyai lebih banyak waktu untuk membaca. Jika ada waktu luang di sekolah, ia selalu menggunakann waktu tersebut untuk membaca. Keadaan ini sangat berbeda sewaktu ia masih tinggal dengan keluarganya. Setiap hari ia harus membantu ibunya untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Keadaan itu membuat kesempatannya untuk membaca hanya didapatkan sewaktu malam hari saja.

Kesempatan membaca yang banyak membuat minat membacanya makin berkembang di Muntilan, terlebih karena ia sudah lancar berbahasa Belanda. Hal ini membuat wawasannya semakin luas karena ia bisa mempelajari buku-buku yang menggunakan bahasa Belanda. Di Muntilan, ia selalu membaca majalah

Sworo Tomo19 dan banyak membaca buku yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan ekonomi dan sosial. Akan tetapi kadang-kadang ia juga tertarik dengan buku-buku lain, seperti buku-buku tentang ilmu sosiologi, agama serta roman.20

Kegemaran membacanya ini ternyata sangat bermanfaat ketika I.J. Kasimo menjadi anggota klub diskusi di sekolahnya. Pada waktu itu setiap murid kelas IV harus mengikuti klub diskusi yang dipimpin oleh Mas Soejoet, guru bahasa Jawa. Setiap hari miggu tertentu mereka berkumpul dan salah seorang harus menyampaikan pidato atau pendapat yang mengomentari suatu masalah yang yang dianggap yang paling menarik. Pada waktu itulah nampak benar bagaimana ketekunan I.J. Kasimo dalam membaca memberikan sumbangan yang besar terhadap kemampuannya untuk menyampaikan argumentasi. Dukungan kekayaan pengetahuan umum serta bacaan yang luas yang mencakup segala masalah, sangat membantunya dalam mengutarakan pendapat maupun dalam menyanggah pendapat orang lain. Ditambah lagi dengan kelincahannya berbicara, I.J. Kasimo waktu itu tampil sebagai anggota yang paling menonjol dan disegani oleh yang lain.21

Dari kegemarannya ini, banyak buku-buku yang sangat mempengaruhi I.J. Kasimo untuk menjadi seorang yang nasionalis. Seperti buku karangan de Bruijn yang berjudul Sociologische Beginselen (Prinsip-prinsip Sosiologi). Di dalam

19

Sworo Tomo adalah sebuah terbitan yang semula merupakan sebuah forum komunikasi untuk

alumni Kolese Xaverius Muntilan. Tujuan Sworo Tomo adalah sebagaimana terumus dalam terbitan No.34/IV, September 1926 berbunyi, antara lain: Untuk menjelaskan ajaran Katolik guna melawan ajaran-ajaran lain yang mengaburkan.

20

Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 14.

21 Ibid

buku ini dikatakan bahwa pemerintah yang terbaik sebaiknya berasal dari masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan anggota masyarakat yang bersangkutan jauh lebih mengenal masyarakatnya sendiri daripada orang lain yang datang dari luar masyarakat itu sendiri.22

Sebuah buku lain yang sangat mempengaruhi pemikirannya adalah buku

Katholieke Maatschappijleer (Ajaran Sosial Katolik), terjemahan oleh Dr. Drieschen dari buku karangan seorang imam Karmelit, Dr. Llovera. Ia mengatakan bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk mencapai kemerdekaan dan persatuan.23 Buku ini memberikan landasan idiil kepada Kasimo untuk

memperjuangkan kemajuan sosial ekonomi yang memang sudah lama menjadi minat dan perhatiannya.

Kemudian ada artikel yang dibuat oleh Pastor van Lith yang tentunya sangat berpengaruh besar bagi I.J. Kasimo. Artikel ini berjudul De Politiek Van Nederlands ten Opzinchte Van Nederlands Indie (politik Negeri Belanda terhadap Hindia Belanda). Dalam artikel ini Romo van Lith mempunyai pandangan mengenai perkembangan politik yang akan terjadi di negeri ini. Dalam seruannya kepada orang-orang Indo-Belanda misalnya, Romo van Lith mengatakan,

“ Berlalulah sudah zaman penjajahan oleh bangsa kulit putih. Seorang kulit putih tidak akan bertahan untuk selama-lamanya menghadapi 100.000 orang Asia. Orang bermain dengan api jika dengan tinggi hati ingin menjajah orang Jawa, hanya dengan alasan karena ia seorang Jawa. Akuilah hak-hak golongan pribumi, jika kalian ingin agar hak-hakmu diakui. Di dalam gereja kristus tidak ada orang Jahudi, orang Romawi, orang Junani, orang Belanda atau orang Jawa. Dan apa yang ada di dalam gereja sejak semula sudah merupakan hukum, kini kita harus dijadikan hukum pula di luar gereja. Orang Belanda. orang Indo, orang Jawa mulai saat ini harus

22

Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 185.

23

hidup rukun seperti saudara. Jika tidak maka dalam waktu dekat pasti akan terjadi perpecahan. Banyak orang di negeri Belanda tidak melihat keadaan di Hindia Belanda seperti kenyataannya. Mereka mengira bahwa keadaan akan tetap berlangsung seperti sekarang, akan tetapi mereka salah. Apa yang berlangsung sekarang tidak akan tetap demikian, yang lemah menjadi kuat dan yang kuat menjadi lemah. Apa yang sekarang berjalan akan berhenti dan apa yang sekarang tegak akan jatuh. Zaman baru dan dunia baru akan tiba dan siapa yang bijaksana akan mempersiapkan diri.”24

Artikel tersebut dipahami sebagai ancaman Pastor van Lith kepada pemerintah Belanda untuk segera mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi yang telah hilang akibat keserakahan bangsa Belanda. Artikel tersebut juga membenarkan bahwa perlawanan dari kaum pribumi sebenarnya adalah hal yang wajar dilakukan. Bahkan Pastor van Lith meyakini jika Belanda tidak segera mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi, mereka akan bersatu untuk mengusir bangsa Belanda dari bumi Indonesia.

Artikel Pastor van Lith ini sangat penting artinya untuk I. J. Kasimo. Artikel tersebut memberikan pedoman kepada I. J. Kasimo dalam tahun-tahun pertamanya mengenai perjuangan politiknya di Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh hidupnya merupakan jawaban terhadap seruan Romo van Lith tersebut.

Pengalaman-pengalaman inilah yang menumbuhkan jiwa kerakyatan pada diri I.J. Kasimo. Ia semakin yakin dan berani untuk membela rakyat yang tertindas akibat kebijakan-kebijakan dari bangsa penjajah. Pengalaman-pengalamannya tersebut juga mendorongnya untuk selalu berjuang bagi kepentingan rakyat kecil.

24

Di samping itu, pengalaman ini juga menyebarkan benih nasionalisme yang akan nampak berkembang dalam periode hidup yang berikutnya.

BAB III

Dokumen terkait