• Tidak ada hasil yang ditemukan

MO

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

4. KEGIATAN BELAJAR 3

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

4.1. Uraian

Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional, pemerintah harus melaksanakan kegiatan-kegiatan. Kegiatan pemerintah disusun berdasarkan rencana kerja yang lengkap dan disertai dengan rencana keuangannya. Rencana keuangan yang disusun pemerintah disebut anggaran negara atau secara lengkap disebut dengan anggaran pendapatan dan belanja negara. Pendapatan diperlukan pemerintah untuk membiayai kegiatan dalam rangka pembangunan tersebut. Jadi pada dasarnya anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah perkiraan jumlah pengeluaran dan jumlah pendapatan untuk menutupi pengeluaran tersebut serta pembiayaan anggaran dalm rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pemerintah.

Landasan hukum anggaran negara tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap tahun pemerintah mengajukan anggaran pendapatan dan belanja kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.” Dan telah direvisi dalam Undang-Undang 1945 Amandemen Keempat, yaitu:

a. Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”;

b. Pasal 23 ayat 2 yang berbunyi “Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan Dewan Perwakilan Daerah”;

c. Pasal 23 ayat 3 yang berbunyi “Apabila Dewan Perwakilan tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

a. Siklus Pengelolaan APBN

Anggaran yang dijalankan pemerintah saat ini meliputi lima tahap, yaitu: tahap persiapan/perencanaan, tahap penyampaian RAPBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan pengesahan, tahap pelaksanaan anggaran oleh pemerintah, tahap pengawasan anggaran, tahap pengajuan perhitungan pelaksanaan anggaran kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

1) Tahap Perencanaan APBN

Pada tahap perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diuraikan sebagai berikut:

(a) Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, kementerian negara/lembaga menyusun Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan dan Menteri Keuangan. Rencana kerja ini memuat kebijakan, program dan kegiatan yang dilengkapi dengan sasaran kinerja dan menggunakan pagu indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Program dan kegiatan dalam rencana kerja kementerian negara/lembaga disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu.

(b) Pembahasan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga

Kementerian Perencanaan setelah menerima rencana kerja kementerian negara/lembaga melakukan penelaahan bersama Kementerian Keuangan. Pada tahap ini, perubahan-perubahan terhadap program kementerian negara/lembaga dapat disetujui oleh Kementerian Perencanaan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan berdasarkan usulan menteri/pimpinan lembaga terkait.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

(c) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Selambat-lambatnya pertengahan Mei, pemerintah menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal kepada DPR untuk dibahas bersama. Hasil-hasil pembahasan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tersebut akan menjadi kebijakan umum dan prioritas anggaran bagi presiden/kabinet yang akan dijabarkan oleh Kementerian Keuangan dalam bentuk Surat Edaran Pagu Sementara. Kementerian negara/lembaga setelah menerima Surat Edaran Pagu Sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni melakukan penyesuaian rencana kerja menjadi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan. Selanjutnya, kementerian negara/lembaga melakukan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dengan komisi-komisi di DPR yang menjadi mitra kerja kementerian negara/lembaga terkait.

Hasil pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juni. Kementerian Perencanaan akan menelaah kesesuaian antara Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan dengan Rencanan Kerja Pemerintah. Sementara Kementerian Keuangan akan menelaah kesesuaian antara Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan dengan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah ditetapkan.

(d) Penyusunan Anggaran Belanja

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan menjadi dasar penyusunan anggaran belanja negara. Belanja negara disusun menurut asas bruto di mana masing-masing kementerian negara/lembaga selain harus mencantumkan rencana jumlah pengeluaran,

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

harus mencantumkan juga perkiraan penerimaan yang akan didapat selama tahun anggaran yang bersangkutan.

(e) Penyusunan Perkiraan Pendapatan Negara

Tidak seperti penyusunan belanja negara, di mana dilakukan pembahasan antara Kementerian Keuangan, Bappenas selaku Kementerian Perencanaan dan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan, maka penentuan perkiraan pendapatan negara pada dasarnya ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dibantu Bappenas dengan memperhatikan masukan-masukan dari kementerian negara/lembaga lain. Misalnya dalam penentuan prakiraan maju penerimaan bukan pajak.

(f) Penyusunan Rancangan APBN

Setelah disusun perkiraan maju belanja negara dan pendapatan negara, selanjutnya Kementerian Keuangan menyusun RAPBN untuk dibahas dalam sidang kabinet yang dipimpin presiden. Dari hasil pembahasan pada sidang kabinet, selanjutnya disusun Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta dokumen pendukungnya terdiri dari Nota Keuangan dan himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga untuk disampaikan kepada DPR.

2) Tahap Penetapan UU APBN

Nota Keuangan dan himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang telah dibahas dalam sidang kabinet disampaikan pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Agustus. Pada tahap penetapan UU APBN melalui beberapa tingkat pembicaraan, yaitu: (a) Tingkat I

Pada tingkat I disampaikan keterangan atau penjelasan pemerintah tentang Rancangan Undang-Undang APBN. Pada kesempatan ini presiden menyampaikan pidato Pengantar Rancangan Undang-Undang APBN di depan Sidang Paripurna DPR.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

(b) Tingkat II

Dilakukan pandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR di mana masing-masing fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya mengenai RUU APBN dan keterangan pemerintah. Jawaban pemerintah atas pandangan umum tersebut biasanya diberikan kepada Menteri Keuangan.

(c) Tingkat III

Dilakukan pembahasan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, atau rapat panitia khusus. Pembahasan dilakukan bersama pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan.

(d) Tingkat IV

Diadakan Rapat Paripurna DPR yang kedua. Pada rapat ini disampaikan laporan hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir dari masing-masing fraksi DPR. Setelah menyampaikan pendapat akhir fraksi, DPR menggunakan hak budget untuk menyetujui RUU APBN. Kemudian DPR mempersilakan pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan untuk menyampaikan sambutannya berkaitan dengan keputusan DPR tersebut. Apabila RUU APBN telah disetujui DPR maka presiden mengesahkan RUU APBN menjadi UU APBN.

3) Tahap Pelaksanaan UU APBN

UU APBN yang sudah disetujui oleh DPR dan disahkan presiden, sudah disusun secara terperinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program kegiatan dan jenis belanja. Bila kemudian terdapat perubahan atas APBN maka harus mendapatkan persetujuan dari DPR dan pelaksanannya ditetapkan dengan keputusan presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam melaksanakan anggaran.

Keputusan presiden tentang pedoman pelaksanaan anggaran memuat hal-hal yang belum terperinci dalam UU APBN terutama alokasi anggaran untuk kantor pusat dan daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan kementerian negara/lembaga, serta memuat alokasi dana perimbangan untuk pemerintah daerah dan subsidi untuk badan/perusahaan yang menerima.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

Dalam rangka menertibkan administrasi penerimaan dan pengeluaran negara telah ditetapkan Inpres Nomor 4 Tahun 2004 tentang Penertiban Rekening Departemen dan Lembaga Non Departemen. Usaha pemantapan dan penertiban penerimaan dan pengeluaran negara tersebut kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara melalui penerapan sistem kas tunggal (treasury single account), di mana semua rekening pemerintah berada di satu otoritas, yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah dan dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah tersebut Menteri Keuangan membuka rekening kas umum negara (Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan).

4) Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN

Pengawasan atas pelaksanaan UU APBN dilakukan baik secara intern maupun secara ekstern. Pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh BPKP, Itjen masing-masing kementerian, sedangkan menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23E menyatakan lembaga pengawasan ekstern pemerintah adalah BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri. BPK mengadakan pemeriksaan/pengawasan atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pembukuan uang, barang, piutang/kekayaan dan hutang negara. BPK diberi wewenang untuk memeriksa pemerintah tetapi bukan berarti BPK lebih tinggi kedudukannya dari presiden, karena BPK tidak mempunyai wewenang lanjutan atas temuan pemeriksaan yang dilaksanakannya. BPK hanya diwajibkan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD untuk ditindaklanjuti sesuai dengan undang-undang.

BPK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. fungsi operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan atas tanggungjawab

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

2. fungsi yudikatif yaitu melakukan peradilan komptabel dalam hal tuntutan perbendaharaan;

3. fungsi rekomendasi yaitu memberi saran dan atau pertimbangan kepada pemerintah bilamana dipandang perlu untuk kepentingan negara atau hal lainnya yang berhubungan dengan keuangan negara.

Menurut cara melaksanakan pemeriksaan, sesuai dengan Pasal 4 UU Nomor 15 Tahun 2004, pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri atas 3 tipe utama yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pemeriksaan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pemeriksaan kinerja ini merupakan pemenuhan atas Pasal 23E UUD 1945 yang mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Bagi pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar pemeriksa keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu tersebut adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan (misalnya evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal atau SPI) dan pemeriksaan investigatif.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

Sebelum UU Nomor 15 Tahun 2004 diundangkan, BPK melakukan pemeriksaan melalui dua cara yaitu pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan setempat. Pemeriksaan dokumen adalah pemeriksaan atas dokumen yang diterima oleh Badan baik mengenai pengurusan uang, barang serta pertanggungjawabannya berupa laporan, berita acara pemeriksaan dll. Pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan ditempat objek pemeriksaan dimana terdapat uang dan barang milik negara beserta pembukuan dan penatausahanya.

Pemeriksaan atas pelaksanaan APBN mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pada hakekatnya, pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan atas penerimaan anggaran dan pemeriksaan atas anggaran belanja negara yang meliputi pengujian apakah pengeluaran uang negara terjadi menurut ketentuan APBN dan ketentuan-ketentuan tentang penguasaan dan pengurusan keuangan negara lainnya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Menurut tujuannya, pemeriksaan BPK terdiri atas:

1. pemeriksaan atas penguasaan dan pengurusan keuangan;

2. pemeriksaan atas ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku; 3. pemeriksaan atas kehematan dan efisiensi dalam penggunaan keuangan

negara;

4. pemeriksaan atas efektivitas pencapaian tujuan (pemeriksaan program). Selanjutnya, dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 15 tahun 2004 butir C dinyatakan bahwa dalam melakukan tugas pemeriksaannya, BPK memperhatikan dan memanfaatkan hasil-hasil pekerjaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Untuk keperluan itu APIP wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaannya kepada badan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. BPK juga diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.

Laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK atas pelaksanaan APBN pada unit organisasi kementerian/lembaga pemerintahan non departemen (LPND) diserahkan kepada menteri/kepala lembaga bersangkutan segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.

LHP Pemeriksaan Keuangan akan menghasilkan opini. LHP Pemeriksaan Kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sementara LHP pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.

LHP yang telah disampaikan kepada menteri/kepala lembaga, selanjutnya diproses lebih lanjut oleh menteri yang bersangkutan. LHP tersebut akan digunakan untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statement) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR. Setelah melalui mekanisme tertentu yang disebut pemutakhiran data antara menteri dan anggota badan, laporan yang mencakup seluruh hasil pemeriksaan badan dalam semester tertentu itu kemudian dihimpun dalam Buku Hasil Pemeriksaan Semester Badan (HAPSEM). Hasil Pemeriksaan Semester Badan atas kementerian/LPND selanjutnya diserahkan kepada DPR RI dan penyampaiannya kepada DPR RI dilakukan dalam Rapat Paripurna DPR RI.

Selain itu pemerintah membuat laporan semesteran kepada DPR yang mencantumkan prospek keuangan untuk semester berikutnya, hal ini diberlakukan agar DPR mengetahui agar bila pada semester selanjutnya terdapat kenaikan anggaran, sehingga DPR dapat mengantisipasi kemungkinan Anggaran Belanja Tambahan untuk semester berikutnya. Laporan semesteran pemerintah kepada DPR juga dimaksudkan untuk menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan anggaran tahun berjalan. Apabila dianggap perlu bersama laporan tahunan sementara ini disertai RUU

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

APBN Tambahan/Perubahan yang menggambarkan setiap perubahan rencana keuangan dari yang sudah disetujui DPR terdahulu. Karena laporan ini disusun setiap semester dan tahun anggaran masih berjalan maka angka-angka yang tertera yang tercantum di dalamnya merupakan angka-angka perkiraan. Adapun prosedur pembicaraan APBN Tambahan/Perubahan sama dengan pembicaraan APBN.

5) Tahap Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan UU APBN

Dalam Pasal 23E UUD 1945 disebutkan, “untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diberitahukan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan atau badan sesuai dengan undang-undang”. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Laporan keuangan tersebut disampaikan oleh presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir (Pasal 55 ayat 3 UU No. 1 Tahun 2004). Dalam menyusun laporan keuangan:

(a) menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan dilampiri laporan keuangan badan layanan umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing;

(b) laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir;

(c) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun laporan arus kas pemerintah pusat;

(d) Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Telah diuraikan di atas, bahwa APBN, dilihat dari segi hukum, merupakan mandat dari DPR RI kepada pemerintah untuk melakukan penerimaan atas pendapatan negara dan menggunakannya sebagai pengeluaran untuk tujuan-tujuan tertentu dan dalam batas jumlah yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran.

Mandat yang diberikan oleh DPR itu harus dipertanggungjawabkan. Sebelum terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN diwujudkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam menyusun PAN ini, Menteri Keuangan ditugasi untuk mempersiapkan PAN berdasarkan laporan keuangan kementerian-lembaga. Hal ini mengacu pada Pasal 69 ICW yang menyatakan bahwa pemerintah membuat suatu perhitungan anggaran dengan menyebutkan tanggal penutupannya. Setelah terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN berubah dari PAN menjadi laporan keuangan. Laporan keuangan ini disusun dengan menggunakan standar akuntansi pemerintahan yang mengacu pada international public sector accounting standard(IPSAS).

Landasan hukum tentang pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diatur dalam Pasal 30 UU Nomor 17 Tahun 2003 dan ketentuan dalam Undang-Undang APBN tahun anggaran bersangkutan. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa presiden berkewajiban untuk menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan keuangan.

Pemeriksaan atas laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban keuangan dari pemerintah atas pelaksanaan APBN, selain yang disebut di atas, diatur juga dalam Pasal 23E UUD 1945, Pasal 55 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004, dan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No.15 Tahun 2004.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa sesuai Pasal 55 dari Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal bertugas menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Sebelumnya menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sebagai entitas pelaporan, laporan keuangan kementerian negara/lembaga tersebut sebelumnya telah diperiksa BPK dan diberi opini atas laporan keuangan.

Oleh Menteri Keuangan laporan-laporan atas pertanggungjawaban pengguna anggaran/pengguna barang tersebut dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagai bagian pokok dari RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang akan disampaikan presiden kepada DPR. DPR melalui alat kelengkapannya yaitu komisi akan membahas RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dengan pihak pemerintah. Pembahasan dilakukan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan semester dan opini BPK. Berdasar hasil pembahasan tersebut, DPR memberikan persetujuannya dan menyampaikan persetujuan atas RUU tersebut kepada pemerintah untuk diundangkan.

Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi pemerintah sebagaimana ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang disusun oleh suatu komite yang independen, yaitu Komite Standar Akuntansi Pusat dan Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan untuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada pemerintah. Bentuk dan isi laporan keuangan sebagai pertanggjawaban pelaksanaan anggaran tersebut terdiri dari:

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

1. Laporan Realisasi APBN

Laporan realisasi APBN mengungkap berbagai kegiatan keuangan pemerintah untuk satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya yang dikelolanya.

Laporan realisasi anggaran akan memberikan informasi mengenai keseimbangan antara anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan dengan realisasinya. Selain itu juga disertai informasi tambahan yang berisi hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, dan daftar yang memuat rincian lebih lanjut mengenai angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Contoh laporan realisasi anggaran ditunjukkan dalam lampiran modul ini.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset baik lancar maupun tidak lancar, kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat pemerintah pusat merupakan konsolidasi dari neraca tingkat kementerian/lembaga. Dalam neraca tersebut harus diungkapkan semua pos aset dan kewajiban yang di dalamnya termasuk jumlah yang diharapkan akan diterima dan dibayar dalam jangka waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah uang yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu dua belas bulan. Contoh neraca ditunjukkan dalam lampiran modul ini.

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, dana cadangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama periode tertentu. Laporan arus kas ditujukan untuk memberikan informasi mengenai arus masuk dan arus keluar kas dari pemerintah dalam suatu periode laporan.

M

O

DU

L

P

E

N

GELOLA

A

N K

E

U

A

NGA

N

NEG

A

RA

Dokumen terkait