• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Untuk mengembangkan potensi seorang siswa, tidak cukup jika hanya dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar disekolah. Perlu adanya waktu tambahan yang disediakan oleh pihak sekolah yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler agar siswa mampu menyalurkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Menurut Muhaimin, dkk (2009: 74) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat siswa melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah. Menurut Oemar Hamalik (2009: 242) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran diluar kegiatan intrakurikuler yang diselenggarakan secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Sedangkan menurut Zainal Arifin (2011: 173) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri

berdasarkan kebutuhan. Kegiatan ekstrakurikuler mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam kurikulum (Suryobroto, 2005: 58).

Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai fungsi: 1) pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas siswa sesuai dengan potensi, bakat dan minat siswa, 2) sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa, 3) rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siswa yang menunjang proses perkembangan, 4) persiapan karier, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk kesiapan karier siswa (Muhaimin, dkk, 2009: 75). Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Suryobroto, 2009: 288), tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

(2) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.

(3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, ketrampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler dan program kokurikuler (Suryobroto, 2009: 288).

Menurut Muhaimin, dkk (2009: 75), proses pelaksanaan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui prinsip- prinsip sebagai berikut: 1) individual, yaitu prinsip

kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat siswa masing- masing, 2) pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela siswa, 3) keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan siswa secara penuh, 4) menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan siswa, 5) etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat siswa untuk bekerja dengan baik dan berhasil, 6) kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan menurut Oteng Sutisna dalam Suryobroto (2009: 291), prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

1. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program.

2. Kerja sama dalam tim adalah fundamental.

3. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan. 4. Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil.

5. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua siswa.

6. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah. 7. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya pada nilai-nilai

pendidikan di sekolah dan efisiensi pelaksanaan-nya.

8. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menmyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid. 9. Kegiatan ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral

dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekadar tambahan atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.

Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler menurut Muhaimin, dkk (2009: 76- 78) adalah kelompok ilmiah remaja (KIR), palang merah remaja (PMR), pramuka, seni bela diri, seni baca Alquran, seni musik, drum band, pencita alam, bimbingan baca kitab kuning, jurnalistik, remaja masjid, latihan kepemimpinan

dasar, olimpiade training center, pendidikan kesehatan sekolah, olahraga dan lain-lainnya. Sedangkan Suryobroto (2009: 290) menyimpulkan bahwa jenis- jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

(1) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan terus-menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu yang lama.

(2) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu saja. Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sangatlah penting bagi pengembangan program ekstrakurikuler yang dibuat oleh sekolah (Suryobroto, 2009: 294). Suryobroto (2009: 297) juga menyimpulkan bahwa ada beberapa manfaat partisipasi yang penting bagi keberhasilan tujuan organisasi, yaitu: 1) lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, 2) pengembangan potensi diri dan kreativitas, 3) adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan aanya perasaan diperlukan, 4) melatih untuk bertanggung jawab dan mendorong untuk membangun kepentingan bersama. Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler menurut Suryobroto (2009: 302) ditentukan oleh:

a. Tingkat kehadiran dalam pertemuan. b. Jabatan yang dipegang.

c. Pemberian saran, usulan, kritik, dan pendapat bagi peningkatan organisasi.

d. Kesediaan anggota untuk berkoraban. e. Motivasi anggota.

Selain partisipasi siswa, tersedianya sarana, dana, dan jadwal untuk kegiatan ekstrakurikuler juga berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan tersebut.

Setiap kegiatan ekstrakurikuler akan berjalan lancar apabila ditunjang dengan sarana yang memadai (Suryobroto, 2009: 306). Ketersediaan dana berguna untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (Suryobroto, 2009: 306). Jadwal kegiatan ekstrakurikuler bagi guru akan menjadi pegangan dalam melaksanakan tugas pembina, bagi siswa dapat menjadi pedoman dalam merencanakan dan mengikuti program ekstrakurikuler, bagi administrator dapat mempermudah dalam memberikan dukungan sarana prasarana yang diperlukan dan bagi kepala sekolah dapat mempermudah dalam mengadakan supervisi (Suryobroto, 2009: 307).

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan sekolah yang dilaksanakan di luar jam pelajaran, yang didalamnya mempunyai prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya dan mempunyai fungsi serta tujuan dalam menyalurkan dan mengembangkan minat, bakat dan potensi siswa dalam berbagai bidang studi dan jenis serta bentuk kegiatannya bermacam-macam seperti: karya ilmiah remaja, palang merah remaja, pramuka, olahraga, seni, pecinta alam, rohis, jurnalistik dan lain sebagainya. Kemudian hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler disekolah dapat ditentukan melalui partisipasi siswa, ketersediaan sarana prasarana dan dana, serta kegiatan administrasi seperti penjadwalan kegiatan.

Dokumen terkait