• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perseroan memiliki portofolio rokok unggulan di Indonesia, dengan tujuh kelompok merek, dimana lima dari kelompok merek tersebut merupakan bagian dari sepuluh kelompok merek rokok terlaris di Indonesia. Perseroan memproduksi lima kelompok merek (termasuk empat dari sepuluh kelompok merek rokok terlaris), sedangkan sisanya, termasuk Marlboro, didistribusikan oleh Perseroan (tanpa diproduksi). Perseroan memproduksi baik SKM maupun SKT, sedangkan rokok non-kretek yang dijual oleh Perseroan, termasuk Marlboro, dikenal sebagai “putih” atau SPM. Perseroan merupakan pemimpin pasar di Indonesia, berdasarkan volume, pada ketiga segmen tersebut, dengan pangsa sekitar 39,0% di segmen rokok lintingan tangan, 29,9% di segmen rokok buatan mesin dan 79,8% di segmen rokok putih pada tahun 2014, menurut perkiraan Perseroan. Dalam segmen SKM, Perseroan memproduksi varian penuh rasa dengan tingkat tar di atas 20 miligram, SKM FF, dan SKM LTLN, yang mengandung tingkat tar yang sama dengan atau di bawah 20 miligram. SKT memiliki kadar tar dan nikotin yang lebih tinggi dibandingkan SKM yang sebagian besar dikarenakan oleh kandungan tembakau yang lebih tinggi dari rokok putih biasa dan rokok tanpa filter.

Tabel berikut menunjukan volume penjualan Perseroan dan kategori produk untuk tahun/periode yang disajikan.

Jumlah penjualan rokok domestik ... 107.718 111.332 109.694 54.134 55.343

Ekspor1) ... 1.164 933 1.193 530 868 Jumlah ... 108.882 112.265 110.887 54.664 56.211 ______________________

Catatan:

(1) Perseroan mengekspor rokok kretek, Cigarillos dan/atau rokok roll-your-own ke 11 (sebelas) negara, terutama di Asia Tenggara

Tabel berikut menunjukan volume penjualan Perseroan untuk segmen SKM, SKT dan SPM sebagai persentase dari total penjualan rokok di Indonesia untuk periode yang disajikan, menurut perkiraan Perseroan.

Tabel berikut menunjukkan volume penjualan SKM, SKT dan SPM Perseroan sebagai persentase dari total penjualan rokok di masing-masing segmen untuk periode yang disajikan, menurut perkiraan Perseroan.

Tahun yang berakhir pada 31 Desember

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30

Juni

2012 2013 2014 2014 2015

(dalam persentase) SKM

SKM LTLN ... 47,7 48,7 48,7 48,1 49,8 SKM FF ... 2,1 3,5 5,3 4,6 7,3 Jumlah SKM ... 28,1 29,5 29,9 29,3 30,8 SKT ... 45,4 44,0 39,0 39,3 37,9 SPM ... 71,7 77,7 79,8 79,9 81,1

Perseroan menjual hampir seluruh rokoknya di Indonesia, meskipun Perseroan mengekspor sebagian kecil rokok kretek, cerutu kecil dan/atau rokok-linting-sendiri ke sebelas negara, terutama di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, SKM memberikan kontribusi sebesar 62,9% terhadap total penjualan domestik Perseroan berdasarkan volume, dibandingkan dengan 56,8% pada tahun 2013, sementara SKT memberikan kontribusi sebesar 22,4% pada tahun 2014, dibandingkan dengan 28,7% pada tahun 2013, dan SPM memberikan kontribusi sebesar 14,7% pada tahun 2014 dan 14,5% pada tahun 2013.

Peningkatan yang proporsional dari penjualan rokok buatan mesin yang seiring dengan penurunan yang proporsional dari penjualan rokok lintingan tangan mencerminkan tren pasar Indonesia yang selama sepuluh tahun terakhir telah mengalami perubahan permintaan perokok dewasa dari rokok lintingan tangan ke rokok buatan mesin, serta perkembangan preferensi perokok dewasa untuk rokok dengan tar dan nikotin yang rendah. Selama periode tersebut, preferensi perokok dewasa Indonesia juga perlahan mengalami perubahan ke segmen harga menengah dan premium di pasar, dimana hal tersebut sesuai dengan portofolio Perseroan.Perseroan secara aktif melakukan investasi pada pasar rokok buatan mesin dan segmen harga menengah dan premium untuk menangkap pertumbuhan ini.Berikut adalah kelompok merek terkemuka Perseroan:

 Sampoerna A, merupakan SKM dengan pangsa pasar terbesar di pasar rokok Indonesia. Salah satu produk unggulan dari merek ini adalah A Mild;

 Dji Sam Soe, secara historis merupakan rokok SKT andalan Perseroan dengan pangsa pasar terdepan di segmen SKT, yang mencakup rokok kretek lintingan tangan tradisional Dji Sam Soe;

 Sampoerna U, merupakan kelompok SKM dan termasuk U Mild, adalah produk terkemuka dalam kelompok merek ini;

 Sampoerna Kretek, merupakan merek lokal SKT; dan

 Marlboro, merupakan merek rokok internasional terlaris di dunia dan pemimpin dalam segmen SPM, yang didistribusikan oleh Perseroan di Indonesia.

Tabel berikut menunjukkan rincian volume penjualan Perseroan berdasaran tipe produk dan kelompok merek untuk periode yang disajikan (termasuk merek yang diluncurkan dan yang dihentikan selama periode tersebut).

Tahun yang berakhir pada 31 Desember

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni

2012 2013 2014 2014 2015

(dalam jutaan rokok) Penjualan Domestik

SKM

Sampoerna A ... 41.869 44.378 45.366 22.202 23.482 Sampoerna U ... 9.933 13.467 16.858 8.430 7.871 Dji Sam Soe Magnum(1) ... 1.788 3.235 6.724 2.726 4.790

Tahun yang berakhir pada 31 Desember

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni

2012 2013 2014 2014 2015

(dalam jutaan rokok)

Jumlah ... 56.588 63.268 68.969 33.378 36.143 SKT

Dji Sam Soe ... 21.906 17.614 13.142 6.544 6.211 Sampoerna Kretek ... 13.665 13.274 10.653 5.576 4.710

Panamas Kuning ... 1.040 1.038 824 448 343

Jumlah ... 36.611 31.926 24.619 12.568 11.264

Jumlah rokok kretek terjual ... 93.199 95.194 93.588 45.946 47.407

SPM

Marlboro ... 14.519 16.138 16.106 8.188 7.936

Peter Jackson ... 0,0 0,0 0,0 0,0

Jumlah Rokok Terjual Domestik ... 107.718 111.332 109.694 54.134 55.343

Ekspor ... 1.164 933 1.193 530 868

Jumlah ... 108.882 112.265 110.887 54.664 56.211 ______________________

Catatan:

(1) Dji Sam Soe Magnum merupakan perpanjangan dari kelompok merek Dji Sam Soe ke sub-segmen SKM FF dan SKM LTLN.

Secara historis, fokus awal Perseroan adalah rokok kretek (di mana rokok lintingan tangan merupakan mayoritas produksi Perseroan). Sebagai hasil dari perubahan preferensi perokok dewasa terhadap rokok buatan mesin, Perseroan telah memproduksi rokok buatan mesin lebih banyak daripada rokok kretek lintingan tangan sejak tahun 2009. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah penjualan rokok lintingan tangan. Perseroan mengelola tren ini dengan mendukung produk SKT melalui penguatan kualitas dan loyalitas merek, sementara investasi di produk SKM untuk menangkap pangsa pasar yang lebih besar. Dengan berubahnya preferensi perokok dewasa ke arah rokok buatan mesin, Perseroan berkeyakinan bahwa pangsa pasar yang relatif kecil dalam sub-segmen SKM FF memberikan kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan pengakuan merek yang ada dan pada kemampuan distribusinya untuk memperluas jangkauan pasarnya di segmen SKM FF.

Produksi

Fasilitas Produksi

Perseroan memiliki dua fasilitas produksi SKM, satu di Karawang dan satu di Sukorejo, dan lima fasilitas produksi SKT,dengan tiga fasilitas di Surabaya dan satu fasilitas masing-masing di Malang dan Kraksaan. Semua proses produksi primer Perseroan berlangsung di pabrik Karawang dan Sukorejo.

Fasilitas produksi Karawang dan Sukorejo memiliki operasi yang terintegrasi baik dari kemampuan produksi primer maupun produksi sekunder, termasuk di fasilitas pencetakan utama Perseroan. Mesin utama yang digunakan dalam fasilitas produksi diimpor dari Jerman dan Italia. Fasilitas produksi Karawang dan Sukorejo masing-masing memiliki 11 dan 34 lini pengolahan. Mesin terbaru Perseroan mampu menghasilkan 600 bungkus rokok per menit. Perseroan mengoperasikan fasilitas produksi 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Perseroan telah menutup dua fasilitas produksi rokok lintingan tangan pada tahun 2014 sebagai akibat dari penurunan penjualan SKT yang timbul dari preferensi perokok dewasa yang beralih ke SKM.

Kapasitas Produksi

Tabel di bawah ini menyajikan informasi mengenai kapasitas produksi dan volume Perseroan, termasuk melalui Mitra Produksi Sigaret ("MPS") dalam periode yang disajikan.

Keterangan 2012 2013 2014

(dalam miliar unit, kecuali dalam presentase) SKM

Kapasitas ... 66.343 82.955 83.951

Volume produksi ... 58.950 63.156 70.618

Tingkat utilisasi(1) ... 88,9% 76,1% 84,1%

SKT(2)

Kapasitas ... 28.399 30.322 24.500

Volume produksi ... 36.730 31.744 24.722

Tingkat utilisasi ... 129,3% 104,7% 100,9%

___________________

Catatan:

(1) Tingkat utilisasi adalah rasio total output aktual dari total kapasitas produksi standar.

(2) Angka SKT termasuk kapasitas dan volume produksi dimana Perseroan memiliki akses melalui 38 TPO-nya. Kapasitas produksi rokok SKT untuk tahun tersebut dihitung sebagai produk dari (i) output standar per jam, (ii) jumlah rol tangan-, (iii) 40 jam kerja per minggu dan (iv) 52 minggu per tahun.

Penjualan dan Distribusi

Jaringan distribusi nasional Perseroan merupakan faktor utama dalam posisi bersaing dan keberhasilan sisi operasional secara keseluruhan. Jaringan tersebut memungkinkan Perseroan untuk menghindari situasi dimana Perseroan bergantung pada grup distribusi yang tidak terafililiasi dan juga untuk menghilangkan ketidakpastian yang terkait dengan jadwal distribusi, ketersediaan, rute dan faktor distribusi lainnya.

Jaringan distribusi Perseroan terdiri dari enam pusat distribusi dan 81 gudang distribusi yang berlokasi pada titik-titik penjualan dan 25 pusat titik distribusi yang lebih kecil yang menyediakan layanan kepada pulau-pulau terpencil di Indonesia. Produk-produk fasilitas produksi Perseroan dan MPS dikirim terlebih dahulu ke gudang distribusi atau pusat titik distribusi dimana Perseroan dapat melakukan penghematan biaya. Produk tersebut kemudian dikirim baik melalui salah satu pusat titik distribusi perantara atau langsung ke para agen penjualan, grosir, pengecer, pengecer utama dan gerai modern independen.

Jaringan distribusi Perseroan terdiri lebih dari 550 orang dan armada transportasi lebih dari 450 truk dan van. Untuk penjualan internasional, ekspor dikapalkan dari pabrik Perseroan ke afiliasi internasional yang terdapat di negara ekspor. PT Serasi Logistik, PT Adi Sarana Armada Tbk dan PT Puninar Jaya menyediakan sebagian besar transportasi untuk semua barang Perseroan yang membutuhkan pengiriman darat jarak jauh dan juga untuk rokok dari fasilitas produksi ke pusat-pusat distribusi, daerah gudang distribusi, dan pusat distribusi. Supir menggunakan tenaga lepas yang disediakan oleh penyedia layanan pihak ketiga.

Jaringan penjualan Perseroan memiliki cakupan luas yang juga mencakup tenaga penjual dari Perseroan serta personil penjualan yang diperkerjakan oleh distributor yang memiliki hubungan dengan Perseroan melalui program STAR Sampoerna Task Force atau “Program STAR”. Perseroan menyediakan insentif tertentu untuk staf penjualan dari distributor, seperti penyediaan sepeda motor untuk digunakan dan miliki atas pencapaian target tertentu. Pada tanggal 30 Juni 2015, tenaga penjualan Perseroan terdiri dengan 2.665 orang dan lebih dari 990 orang untuk bagian dari tenaga penjualan berkontrak, yang termasuk dalam program STAR.

Melalui jaringan penjualan, Perseroan melakukan penjualan kepada para distributor, agen, pengecer seperti toko-toko umum, pengecer utama, dan gerai dagang modern independen (minimart). Pada tahun 2014, Perseroan menjual menjual 84% rokok (berdasarkan volume) untuk distributor, 6% untuk agen dan 10% untuk gerai umum dan modern. Melalui jalur distribusi tersebut, rokok Perseroan tersedia untuk pembelian di sekitar 2,4 juta tempat penjualan di seluruh Indonesia. Usaha Perseroan tidak bergantung pada satu pelanggan atau pelanggan yang signifikan.

Key Accounts terdiri dari rangkaian toko perdagangan modern baik nasional maupun internasional di seluruh Indonesia, yang sangat penting untuk usaha Perseroan. Persentase kontrak key account yang dipegang Perseroan sebagai bagian dari keseluruhan terus mengalami peningkatan.

Melalui program SRC, yang merupakan salah satu program penjangkauan masyarakat, Perseroan menuntun toko-toko umum untuk membantu meningkatkan kualitas toko serta kinerja penjualan.

Dalam program ini, Perseroan berinvestasi dengan jumlah yang dianggarkan untuk renovasi toko dan pelatihan kepada pemilik toko terkait dengan kegiatan logistik tertentu seperti penempatan barang dagangan di rak, pengendalian stok persediaan dan perencanaan pengelolaan keuangan. Pada tanggal 30 Juni 2015, Perseroan telah membantu 9.985 gerai ritel di seluruh Sumatera, Jakarta, Jawa dan Indonesia Timur dengan program SRC ini. Meskipun tidak ada persyaratan sebagai bagian dari program sehingga pemilik gerai harus menjual atau memegang produk Perseroan, gerai-gerai SRC telah terbukti menjadi titik penjualan produk Perseroan yang kuat.

Perseroan memberikan persyaratan kredit kepada pihak ketiga hingga satu minggu atau tunai pada saat pengiriman untuk pembayaran produk, tergantung pada jenis pembelinya.

Perseroan memiliki persediaan yang wajar atas produk jadi di depot di seluruh Indonesia. Pada tahun 2014 dan untuk enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2015, turn over persediaan Perseroan rata-rata setiap 16,2 hari dan 20,7 hari.

Perseroan mendistribusikan produk-produknya yang dijual di luar Indonesia melalui pengaturan kontrak manufaktur dengan afiliasi di Negara tujuan ekspor. Produk tersebut dijual oleh afiliasi di negara ekspor, yang kemudian mendistribusikan produk di negara ekspor tersebut.

Perpajakan

Produsen rokok dikenakan cukai pada setiap bungkus rokok yang dijual di Indonesia. Suatu pita cukai, yang disebut dengan "banderol", yang harus ditempelkan kepada setiap bungkus. Setiap pita cukai memiliki nilai nominal yang menunjukkan nilai cukai yang dibayarkan per unit dan harga jual eceran per bungkus pada bungkusnya. Nilai cukai yang harus dibayarkan pada bungkus rokok yang dijual di Indonesia ditentukan oleh (i) jenis rokok (yaitu SKM, SKT atau SPM), (ii) produksi tahunan keseluruhan produse+n untuk jenis rokok tersebut sebagaimana dibandingkan dengan ambang batas volume tertentu, dan (iii) harga banderol sebagaimana dibandingkan dengan ambang batas harga tertentu. Harga banderol terendah ditentukan oleh Pemerintah untuk setiap tingkatan pajak.

Harga banderol tersedia dalam nilai nominal berapapun yang setara dengan atau lebih tinggi dari tingkatan pajak harga banderol terendah dikalikan Rp.25,0. Pada saat ini, harga banderol digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak pertambahan nilai. Apabila harga jual sebenarnya untuk bungkus rokok di pasar lebih dari 5% di atas harga jual eceran yang tertera pada banderol, maka produsen diwajibkan untuk meminta penyesuaian harga banderol.

Sebagian besar produk Perseroan dikenakan tingkat cukai tertinggi untuk jenis rokok tertentu berdasarkan produksi keseluruhan tahunan Perseroan untuk produknya dan harga banderolnya. Untuk tahun 2015, Perseroan dikenakan jumlah tingkat cukai (termasuk pajak daerah) sebesar Rp.456,5 per rokok untuk produk A Mild, U Mild dan Dji Sam Soe Magnum, Rp.319,0 per unit pada SKT Dji Sam Soe, Rp.242,0 untuk Sampoerna Kretek, Sampoerna PAS dan Panamas Kuning dan Rp.467,5 per unit pada setiap produk Marlboro yang dijualnya. Tingkat cukai pada saat ini yang ditetapkan oleh Pemerintah menguntungkan produsen yang lebih kecil dan produsen yang menggunakan metode produksi lintingan tangan.

Cukai rokok merupakan sumber pendapatan Pemerintah yang signifikan. Tingkat cukai di Indonesia ditinjau secara umum oleh Pemerintah secara tahunan menjelang akhir tahun. Penyesuaian tarif cukai terbaru di Indonesia diberlakukan pada bulan Januari 2015 sehingga menghasilkan peningkatan masing-masing sebesar 11,3%, 6,7% dan 11,8% untuk SKM, SKT dan SPM yang dijual di Indonesia

dibandingkan dengan tahun 2014, berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang. RAPBN untuk tahun 2016, yang mana disampaikan pada bulan Agustus 2015, memproyeksikan pendapatan cukai tembakau sebesar sekitar Rp.148,9 triliun, walaupun tidak mencakup rincian apapun mengenai waktu peningkatan pajak tersebut atau apakah, selain dari peningkatan, ada kemungkinan mengenai pengenaan cukai terhadap jenis rokok yang berbeda.

Selain cukai, produsen rokok juga harus membayar pajak pertambahan nilai sebesar 8.4% dari harga eceran dan pajak rokok daerah sebesar 10% dari tariff cukai.

Tabel berikut ini menunjukkan tarif cukai untuk rokok SKM, SKT dan SPM (per unit tidak termasuk pajak daerah) yang dijual di industri Indonesia berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk jangka waktu yang ditunjukkan.

(Rupiah per unit, tidak termasuk pajak rokok daerah)

SKM ... 336 354 354

Tabel berikut ini menunjukkan tarif cukai untuk rokok SKM, SKT dan SPM (per unit termasuk pajak daerah) yang dijual di industri Indonesia berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk jangka waktu yang ditunjukkan.

(Rupiah per unit, termasuk pajak rokok daerah)

SKM ... 336 354 390

Tabel berikut ini menunjukkan tarif cukai untuk rokok SKM, SKT dan SPM (per unit termasuk pajak daerah) yang dijual di industri Indonesia berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk jangka waktu yang ditunjukkan.

(Rupiah per unit, termasuk pajak rokok daerah) SKM

SKM LTLN... 318,3 339,1 380,5 456,5

SKM FF... 355,0 375,0 412,5 456,5 SKM rata-rata ... 346,1 364,6 402,6 456,5

Tahun yang berakhir pada 31 Desember

Enam bulan yang berakhir pada tanggal 30

Juni

2012 2013 2014 2015

(Rupiah per unit, termasuk pajak rokok daerah)

SPM ... 365,0 380,0 418,0 467,5

Ketentuan pembayaran kepada Pemerintah untuk pembelian eceran adalah pada umumnya 2 bulan dari tanggal pembelian apabila perusahaan rokok tersebut diberikan fasilitas kredit dari kantor pajak dan cukai. Namun, sejak bulan Februari tahun 2015, berdasarkan suatu peraturan baru, Pemerintah mensyaratkan bahwa setiap pembelian eceran yang dilakukan antara tanggal 1 November sampai dengan tanggal 31 Desember setiap tahun harus dilunasi paling lambat pada tanggal 31 Desember pada tahun tersebut.

Harga

Perubahan harga produk-produk Perseroan dimulai dari perubahan perpajakan yang ditetapkan Pemerintah Indonesia dan inisiatif Perseroan dalam meningkatkan pendapatan dan profitabilitas.

Dalam menentukan harga untuk produk tertentu, Perseroan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk positioning merek atau produk dalam pasar, nilai yang dirasakan terhadap produk, harga produk saingan dan pertimbangan terkait dengan pertahanan struktur harga yang wajar sehubungan dengan para grosir dan pengecer, untuk mencapai keseimbangan antara potensi dampak pada volume penjualan dan keuntungan harga terhadap pendapatan dan laba. Harga Produk Perseroan ditetapkan untuk mendapatkan segmen harga yang berbeda dan secara terutama ditujukan kepada pasar menengah dan atas. Karena Perseroan memiliki brand equity yang kuat dan kualitas produk yang dianggap terbaik oleh konsumen seperti merek Dji Sam Soe dan Sampoerna A, Perseroan dapat memberikan harga premium untuk produk-produknya.

Perseroan menetapkan harga distribusi untuk masing-masing merek, yang merupakan harga per bungkus yang dibayarkan kepada Perseroan oleh para distributor, agen, pengecer, pengecer-pengecer utama dan pembeli lainnya. Harga distribusi merupakan pendorong utama dari sisi profitabilitas, dan pendapatan kotor dari produk rokok Perseroan mencerminkan volume penjualan untuk setiap merek dengan harga distribusi yang relevan. Harga eceran untuk produk Perseroan diatur oleh pengecer individu sehubungan dengan harga distribusi merek tersebut. Walaupun Perseroan tidak menetapkan harga eceran untuk produknya, Perseroan dengan cara teratur memantau harga eceran produknya di pasar dan membuat penyesuaian harga distribusi. Perseroan melakukan evaluasi harga distribusi secara bulanan.

Tabel di bawah ini menyajikan harga eceran rata-rata dari merek utama Perseroan untuk periode yang disajikan. Harga eceran rata-rata dihitung sebagai rata-rata harga jual eceran yang sederhana untuk tahun masing-masing dan enam bulan berakhir pada 30 Juni berdasarkan data dari Nielsen Retail Audit.

SKU 2012 2013 2014

Periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 (dalam Rp. per bungkus)

Dji Sam Soe 12 ... 11.259 12.015 12.936 13.615

Sampoerna Kretek 12 ... 7.375 7.766 8.690 9.683

A Mild 16 ... 12.315 13.438 14.881 15.889

U Mild 16 ... 8.345 9.053 10.219 11.458

Dji Sam Soe Magnum 12 ... 11.607 11.968 12.111 12.311

Dji Sam Soe Magnum Blue 16(1) ... N/A N/A 12.123 12.341

U Bold 12(2) ... N/A N/A N/A 10.050

Marlboro Red 20 ... 13.334 14.646 16.154 17.571

___________________

Catatan:

(1) Diluncurkan pada tahun 2014.

(2) Diluncurkan pada tahun 2015..

Sebagai contoh pada penetapan harga Perseroan yang lalu, pada tahun 2010 sampai 2014 harga jual eceran Dji Sam Soe 12 meningkat dari sekitar Rp.10.000 menjadi sekitar Rp.13.000 per bungkus (6,8% CAGR), harga jual eceran rata-rata A Mild 16 meningkat dari sekitar Rp.10.500 menjadi sekitar Rp.15.000 per bungkus (9,3% CAGR) dan harga jual eceran rata-rata U Mild 16 meningkat dari sekitar sebesar Rp.7.500 menjadi sekitar Rp.10.000 per bungkus (7,5% CAGR). Untuk SKT Dji Sam Soe 12, sebagai tanggapan terhadap perubahan preferensi perokok dewasa dari lintingan rokok kretek, strategi harga Perseroan adalah untuk meningkatkan harga secara perlahan untuk memperlambat penurunan penjualan rokok kretek. Untuk SKM A Mild 16, perubahan preferensi konsumen terhadap rokok kretek buatan mesin memungkinkan Perseroan untuk mengadopsi strategi harga yang relatif lebih agresif. Untuk U Mild 16, mesin buatan kretek harga menengah, Perseroan menerapkan strategi harga yang moderat. U Mild berada di tingkat cukai rendah pada tahun 2010.

Namun karena Perseroan memproduksi U Mild lebih banyak, tingkat dan tarif cukai meningkat, sehingga meningkatkan biaya produksi untuk rokok tesebut. Namun, Perseroan tidak menaikkan harga secepat naiknya tarif cukai agar mendapatkan pangsa pasar untuk U Mild.

Karyawan

Per tanggal 30 Juni 2015, tenaga kerja Perseroan dan entitas anak terdiri dari 29.800 karyawan.

Sekitar 999 orang dari karyawan-karyawan ini terlibat dalam manajemen dan administrasi Perseroan.

Sisanya terlibat dalam kegiatan produksi, penjualan dan pemasaran, pencetakan dan distribusi. Sekitar 15.977 karyawan dibayar berdasarkan hasil jumlah batang rokok yang dilinting dan bekerja di produksi rokok linting.

Sebagian besar tenaga kerja Perseroan berasal dari 1 (satu) serikat pekerja dan seluruh hubungan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan peraturan Pemerintah. Perjanjian kerja bersama untuk serikat Perseroan telah diperbaharui pada tahun 2014 untuk jangka waktu dua tahun.

Perseroan belum mengalami demonstrasi mogok kerja, penghentian atau gangguan tenaga kerja lain yang bersifat material beberapa tahun terakhir ini.

Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh Perseroan dan entitas anak per tanggal yang ditunjukkan.

Per 31 Desember Per 30 Juni

Unit 2012 2013 2014 2015

Manajemen ... 1.005 1.107 1.008 999

Penjualan dan Pemasaran ... 4.647 4.792 5.267 5.478

Operasional ... 22.456 27.147 23.037 22.887

Usaha Non-tembakau ... 449 468 462 436

Jumlah ... 28.557 33.514 29.774 29.800

Pada tahun 2013, jumlah tenaga kerja di unit operasi Perseroan meningkat sebagai akibat dari pembukaan 2 fasilitas produksi baru untuk rokok SKT. Akan tetapi, kedua fasilitas produksi tersebut

pengurangan tenaga kerja dalam jumlah besar. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja di unit operasi Perseroan menurun pada tahun 2014 dan kemudian stabil dengan sedikit kenaikan sejak tahun 2013.

Per 30 Juni 2015, MPS yang bekerjasama dengan Perseroan secara kolektif memperkerjakan lebih dari 48.000 karyawan.

Kekuatan dan Prospek Masa Depan

Dari tahun 2010 sampai 2014, penjualan bersih disesuaikan Perseroan (bukan berbasis PSAK) meningkat dengan laju pertumbuhan majemuk tahuan (CAGR) sebesar 13,6%. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan volume yang kuat di pasar rokok Indonesia sebesar 23,3% dari tahun 2010 hingga 2014 atau setara dengan CAGR sebesar 5,4% di periode tahun yang sama. Hal ini merupakan hasil dari peningkatan pendapatan per kapita Indonesia seiring dengan pertumbuhan populasi kelas menengah. Selain itu, selama periode tersebut, Perseroan juga menghasilkan pertumbuhan pangsa pasar dengan CAGR sebesar 3,3% melebihi pertumbuhan volume industri, yang didasari oleh beberapa faktor yaitu segmentasi produk, peluncuran produk baru, dan hubungan jangka panjang yang baik dengan grosir, pengecer dan agen. Selain itu, dengan kenaikan harga rata-rata produk Perseroan, yang sebagian dipengaruhi oleh perubahan komposisi produk sehingga kontribusi keseluruhan dari komposisi harga terhadap pertumbuhan penjualan bersih disesuaikan adalah sebesar 4,9% per tahun dari tahun 2010 sampai 2014. Ditambah dengan peningkatan beban pokok penjualan disesuaikan yang memberikan kontribusi negatif sebesar 0,8% per tahun terhadap pertumbuhan laba kotor, Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba kotor dengan CAGR sebesar 12,8% pada tahun 2010 sampai 2014. Biaya penjualan dan beban umum dan administrasi juga mengalami peningkatan, yang memberikan kontribusi negatif sebesar 0,6% terhadap pertumbuhan EBIT per tahun dan mencatatkan pertumbuhan EBIT dengan CAGR sebesar 12,2% dari tahun 2010 sampai 2014.

Bagan berikut ini merupakan profil pertumbuhan dari tahun 2010 sampai 2014:

Bagan berikut ini merupakan profil pertumbuhan dari tahun 2010 sampai 2014:

Dokumen terkait