• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

C. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan membuat Pola Batik

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat pola batik dalam kegiatan inti meliputi metode yang digunakan dalam kegiatan inti pembelajaran keterampilan membuat pola batik, aktivitas siswa reguler dan siswa tunagrahita kategori ringan dalam pembelajaran keterampilan membuat pola batik juga pendekatan yang dilakukan oleh guru pada siswa reguler dan pada siswa tunagrahita kategori ringan di kelas 2.

Metode selanjutnya yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan membuat pola batik adalah metode pemberian tugas, penggunaan metode ini adalah inti dari muatan lokal batik di kelas 2, penugasan secara langsung diberikan kepada seluruh siswa termasuk siswa tunagrahita ringan agar siswa dapat ikut serta membuat dan lebih memahami motif yang satu dengan yang lainnya.

Siswa reguler langsung mengerjakan tugas yang diberikan dalam pembelajaran keterampilan membuat pola batik karena sebagian besar siswa reguler di kelas 2 sudah faham dengan tahapan-thapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran keterampilan membuat pola batik, siswa reguler langsung mengeluarkan alat-alat mewarnai, penggaris dan pensil untuk menebalkan/ meniru pola juga menyiapkan penghapus.

Pemberian intruksi dalam metode pemberian tugas harus lebih ditekankan pada siswa tunagrahita kategori ringan, karena kedua siswa

tunagrahita ringan di kelas 2 termasuk siswa yang sulit memahami intruksi yang diberikan, sehingga perlu bimbingan lebih jika dibandingkan dengan teman-teman sekelas lainnya. Misalnya ketika guru selesai membagikan lembar kertas tugas mempbuat pola batik kepada siswa, berbeda dengan siswa reguler lainnya yang langsung menyiapkan alat-alat untuk segera mengerjakan tugas tersebut melainkan siswa tunagrahita kategori ringan hanya menyiapkan pensil tanpa persiapan seperti pensil warna, penghapus, penggaris dan sebagainya.

Tahapan pendahuluan dijelaskan bahwa guru juga melakukan pengkondisian dengan mengubah posisi tempat duduk siswa tunagrahita kategori ringan di kelas 2 disatukan dengan siswa reguler yang dirasa mampu untuk membantu siswa tunagrahita di kelas 2. Hal tersebut bertujuan supaya melatih siswa reguler untuk membantu kesulitan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dan siswa tunagrahita dapat merasa nyaman karena dibantu langsung oleh teman sebangkunya (tutor teman sebaya). Tutor teman sebaya ini juga ditunjukan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan yaitu pada pengamatan ke-2, siswa reguler N yang duduk sebangku dengan siswa DA membantu DA untuk meniru pola kawung dengan memegang pensil dan tangan DA kemudian digerakan sehingga membentuk pola kawung yang sesuai. Deskripsi langkah-langkah pembelajaran keterampilan dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut

Tabel 3

Deskripsi langkah-langkah pembelajaran keterampilan membuat pola batik pada anak tunagrahita kategori ringan kelas 2 Langkah-langkah

pembelajaran

Siswa PA Siswa DA

Penelitian 1

Menebalkan garis-garis putus pada pola

-(siswa tidak masuk sekolah karena sakit)

DA dapat menebalkan pola batik parangkusumo dengan sedikit bantuan Mencontoh atau meniru bentuk

pola batik

-

-Mewarnai pola - DA dapat mewarnai pola batik, awalnya pewarnaan rapi, namun setelah 1 menit tahapan mewarnai, DA selalu langsung

memblok pola dengan satu warna, sehingga pola batik yang dibuat

sebelumnya tidak terlihat. Penelitian 2

Menebalkan garis-garis putus pada pola

PA dapat menebalkan garis dalam pola kawung dengan rapi dan mandiri

DA dapat menebalkan garis pola kawung dengan sedikit bantuan

Mencontoh atau meniru bentuk pola batik

PA dapat mencontoh pola kawung dengan mandiri

DA dapat mencontoh pola kawung dengan mandiri meskipun hasilnya kurang rapi Mewarnai pola PA dapat mewarnai pola kawung dengan

mandiri

Pola tidak terlalu rumit, maka tahapan mewarnai pun dilakukan DA dengan teliti

Langkah-langkah pembelajaran

Siswa PA Siswa DA

Penelitian 3

Menebalkan garis-garis putus pada pola

-(guru kurang mempersiapkan materi sehingga tidak ada tahapan menebalkan pola)

-Mencontoh atau meniru bentuk pola batik

PA kesulitan untuk meniru pola Sekar Jagad yang dicontohkan guru di papan

tulis

DA dapat mencontoh pola sekar jagad di papan tulis dengan mandiri Mewarnai pola PA dapat mewarnai pola sekar jagad

dengan rapi namun dengan bimbingan dari guru

DA dapat mewarnai pola batik, awalnya pewarnaan rapi, namun setelah 1 menit tahapan mewarnai, DA selalu langsung

memblok pola dengan satu warna, sehingga pola batik yang dibuat

sebelumnya tidak terlihat. Penelitian 4

Menebalkan garis-garis putus pada pola

PA dapat menebalkan garis dalam pola batik bertema hewan dengan tingkat

kesulitan tinggi terlebih dahulu.

DA dapat menebalkan pola batik bertema hewan yaitu kupu-kupu dengan mandiri. Mencontoh atau meniru bentuk

pola batik

PA dapat mencontoh pola batik tema hewan dengan mandiri.

DA dapat mencontoh pola batik bertema hewan dengan bimbingan dari guru Mewarnai pola PA mewarnai pola batik tema hewan

dengan mengerjakan dari yang sulit ke mudah.

DA dapat mewarnai pola batik, awalnya pewarnaan rapi, namun selanjutnya DA

Sesuai tabel deskripsi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan inti yaitu proses pelaksanaan dalam membuat pola batik yang juga dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan pada pembelajaran mata pelajaran batik yaitu meliputi beberapa tahapan: 1) menebalkan garis-garis putus pada pola, 2) mencontoh atau meniru bentuk pola dan 3) mewarnai pola supaya menarik. Beberapa materi yang diajarkan dalam 4 kali penelitian di lapangan adalah pola batik parangkusumo, kawung, pola batik sekar jagad, pola dengan tema hewan yaitu kupu-kupu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran keterampilan membuat pola batik di kelas 2 pada anak tunagrahita ringan didapatkan data bahwa selesai menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi pola batik yang akan diajarkan pada hari tersebut maka selanjutnya guru menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat pola batik dengan menggunakan metode pemberian tugas. Pengamatan pertama, kedua dan keempat guru menyiapkan tugas untuk dikerjakan oleh siswa, namun untuk pertemuan ketiga guru kurang mempersiapkan materi untuk pembelajaran sehingga tugas untuk pembelajaran membuat pola batik hanya meniru dari contoh yang dikerjakan guru di papan tulis.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diperoleh bahws interksi sosial atau hubungan antara siswa reguler dengan siswa tunagrahita kategori ringan baik dan saling mendukung satu sama lain, hal ini dibuktikan dengan adanya ‘tutor teman sebaya’ yang dilakukan oleh

siswa reguler kepada siswa tunagrahita kategori ringan di kelas 2. Juga berdasarkan hasil pengmatan ditemukan data bahwa siswa DA masih memiliki motorik yang kurang dalam menebalkan dan meniru contoh pola batik, hal ini berbeda dengan siswa PA yang mampu untuk menebalkan dan meniru contoh pola batik dengan sesuai. Tahapan mewarnai, siswa DA teliti dalam mewarnai hanya jika didampingi oleh guru, namun jika tidak didampingi, DA akan memblok semua pola dengan menggunakan satu warna sehingga pola batik tidak terlihat jelas. Sedangkan tahapan mewarnai untuk siswa PA, PA sudah mampu mewarnai dengan rapi karena kemampuan motoriknya juga sudah baik. Namun seringkali kendala yang muncul pada siswa PA yaitu PA lebih sering kesulitan untuk berkonsentrasi dan mudahnya beralih perhatian ketika mengerjakan tugas yang diminta oleh guru.

Apabila perhatian PA mulai beralih dari tugas yang diberikan, maka guru langsung memberikan teguran atau ajakan seperti: “PA, ayo segera

selesaikan tugas membuat pola batiknya!!.” Ajakan ini bertujuan untuk mengaktifkan kembali siswa sehingga kembali melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru. Selanjutnya dalam kegiatan inti juga terdapat strategi atau pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran membuat pola batik di kelas 2 pada anak tunagrahita kategori ringan yaitu guru selalu memberikan reinforcement positif berupa pujian untuk siswa tunagrahita kategori ringan di kelas. Seperti pada pengamatan ke 4 yaitu

dalam pembuatan pola dengan tema hewan yaitu kupu-kupu, DA memanggil guru untuk memperlihatkan hasil menggambar dan membuat pola nya, respon yang diberikan guru adalah guru memberikan pujian berupa “Bagus sekali DA, dilanjutkan gambarnya yang lebih rapi lagi!!“, begitupun dengan reinforcement positif yang diberikan guru pada siswa PA.

Peran tutor teman sebaya yang dilakukan oleh siswa reguler kepada siswa tunagrahita kategori ringan sangat membantu dan sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran di sistem pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi termasuk dalam mata pelajaran keterampilan membuat pola batik, karena dengan adanya tutor teman sebaya ini maka siswa reguler berlatih untuk mengajarkan atau membantu teman yang masih belum mampu seperti siswa tunagrahita kategori ringan, juga untuk berlatih empati dan peduli kepada teman yang masih belum dapat mengerjakan. Keuntungan dari tutor teman sebaya untuk siswa tunagrahita kategori ringan sendiri adalah guna untuk menghilangkan rasa minder dan meningkatkan rasa percaya diri karena tidak perlu malu ketika tidak bisa menjawab atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, juga siswa tunagrahita dapat lebih terbuka berkaitan dengan masalah atau kesulitan yang dialaminya berkaitan dengan pembelajaran membuat pola batik.

Gambaran tutor teman sebaya sesuai dengan pengamatan ke-2 dimana siswa tunagrahita kategori ringan DA merasa kesulitan untuk meniru atau mencontoh pola kawung, dan meminta bantuan langsung kepada guru, namun karena guru sedang mengamati proses peserta didik lain, maka guru meminta N untuk membantu DA membuat pola. N memposisikan tangan dengan menggenggam tangan DA yang memegang pensil kemudian N menggerakan tangan DA di kertas untuk emmbuat pola sehingga terbentuk pola yang diinginkan.

Selama pembelajaran keterampilan membuat pola batik di kelas 2 berlangsung, guru selalu mengawssi dan melakukan pendekatan dan bimbingan secara intensif kepada DA yang selalu membutuhkan bimbingan dalam menyelesaikan tugas membuat pola batik, berbeda dengan PA yang cukup untuk dinasehati saja dan dilakukan bimbingan dari jauh dengan diberikan teguran atau intruksi ulang.

Selain dalam bentuk pemberian reinforcement positif berupa pujian diberikan pada siswa tunagrahita kategori ringan oleh guru pada saat pembelajaran keterampilan membuat pola batik, guru juga selalu memberikan pengarahan, intruksi, atau gerakan yang dapat mengisyaratkan siswa untuk kembali melakukan sesuatu atau dalam hal ini yaitu untuk kembali menyelesaikan tugas keterampilan membuat pola batik yang ditugaskan guru. Seperti pada pengamatan pertama, guru menjadikan satu siswa sebagai model dalam mengerjakan proses

mewarnai pola batik pada DA, “liat gambar punya ‘N’ gambarnya bagus

berwarna-warni, besok DA gambarnya juga menggunakan warna bermacam-macam supaya lebih berwarna-warni ya!!”, atau pada penelitian ketiga, yaitu guru memberikan PA model yaitu DA karena dapat menyelesaikan tugas membuat pola batik dengan mandiri.

Penelitian ketiga juga PA diberikan intruksi berupa teguran karena PA keluar dari tema membuat pola batik, sehingga guru memberikan teguran dengan “ PA nanti bapak gak berikan kamu nilai kalo pekerjaanmu belum selesai, selesaikan dulu tugas pola batiknya nanti gambar yang lain!”, kemudian PA kembali melanjutkan proses mewarnai pola sekar jagad yang sedang dikerjakannya.

Berdasarkan wawancara kepada guru pendamping kelas (GPK) yang pernah mendampingi DA dan PA dalam pembelajaran keterampilan membuat pola batik, kemampuan DA dan PA sudah dapat dikatakan bagus jika dibandingkan dengan kemampuan DA dan PA dalam menyelesaikan keterampilan membuat pola batik pada semester 1. Sebelumnya siswa masih membutuhkan bantuan penuh dari GPK untuk menyelesaikan pola batik terutama siswa DA. Namun selama penelitian dilakukan pemberian bantuan pada siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran keterampilan membuat pola batik sudah tidak dalam bentuk bantuan penuh. Guru hanya sesekali mendampingi dengan berdiri di samping DA dan mengawasinya saja, hal tersebut membuat DA menjadi lebih teliti dalam mengerjakan

pola batik. Apabila konsentrasi PA mulai beralih, maka guru cukup menghampiri siswa PA dan PA kembali mengerjakan tugas pola batik dengan lebih teliti.

Dokumen terkait