• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Ekstrakurikuler Keagamaan

2. Kegiatan Keagamaan

46

d. Membiasakan sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

e. Menumbuhkan akhlak Islami yang mengedepankan hubungan dengan Allah, Rasul, manusia, alam semesta bahkan diri sendidri.

f. Mengembangkan sensitifitas peserta didik menghadapi

persmasalahan sosial keagamaan agar dapat menjadi insan yang

proaktif terhadap permaslahan sosial dan dakwah. 40

2. Kegiatan Keagamaan

Agama merupakan hal yang paling utama sebagai dasar dari tujuan hidup manusia. Manusia memiliki beberapa keinginan yang tidak lepas dari tujuan sebenarnya dari hakikat kehidupan. Seseorang yang sudah menemukan tujuan dari hidupnya maka batinnya akan merasa tenang dan tentram. Begitu halnya dengan orang yang beragama dan taat dalam menjalankan ajaran agamanya hatinya akan merasa tenang karena segala sesuatu yang terjadi ia serahkan kepada sang pencipta. Adapun setiap kesulitan atau tantangan yang ada akan dihadapi dengan sabar. Sebaliknya orang yang tidak beragama atau tidak menjalankan ajaran agamanya dengan baik akan cenderung memiliki hati yang gelisah. Hal tersebut dikarenakan kebahagiaan

40

Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), 9-10.

47

yang ia miliki tidak dapat mencapai tujuan sejati dari hidupnya. Seorang yang beragama dan patuh dalam menjalankan perintah dalam agamanya akan memiliki tatanan hidup yang lebih baik dari pada seorang yang tidak memiliki agama atau keyakinan dalam hidupnya. Oleh karena itu pemahaman agama harus ditanamkan terhadap peserta didik. Penanaman nilai-nilai agama bisa dilaksanakan dengan beberapa kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai agama terhadap siswa.

Adapun pengertian agama secara bahasa berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata “a” yang berarti “tidak” dan "gam” yang berarti “kocar kacir atau tidak teratur”. Apabila digabungkan menjadi “agama” yang berarti tidak kocar kacir atau menjadi teratur. Sedangkan secara istilah agama berarti keyakinan tentang adanya sesuatu.41

Memiliki sikap yang baik sebagai makhluk yang beragama merupakan tujuan dari diselenggarakannya pendidikan. Hakikat dari pendidikan yaitu pembentukan kepribadian manusia sebagai makhluk

sosial, makhluk individu dan makhluk beragama.42 Keyakinan akan

agama yang dimiliki dapat memberikan beberapa pengaruh positif

41

Ahmad Azhar Basyir, Manusia Kebenaran Agama dan Toleransi (Yogyakarta, Perpustakaan Pusat UII, 1982), 15.

42

48

bagi pemeluknya. Adapun pengaruh positif dari keyakinan beragama adalah :

a. Dapat memberikan kebahagiaan dan kegembiraan yakni seorang yang beragama akan diliputi oleh ketenangan dan ketentraman dalam hatinya.

b. Mampu mewujudkan masyarakat yang harmonis karena disertai dengan kerukunan serta terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera karena pemeluk agama yang baik akan menerapkan keadilan dalam masyarakat.

c. Mampu memberikan pemahaman pada pemiliknya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sesuai dengan kehendak sang pencipta sehingga dia dapat menerima segala sesuatu yang menimpanya baik itu berupa hal yang manis maupun hal yang pahit.43

Beberapa macam kegiatan disekolah dilaksanakan agar dapat menunjang aktifitas belajar siswa. Berbagai macam pendekatan dilaksanakan terutama pendekatan berbasis keagamaan. Pendekatan agama berfungsi untuk memperluas jiwa agama yang dimiliki oleh siswa agar tidak terkikis oleh pengaruh buruk yang diterimanya sehingga dapat dipahami terlebih dahulu kemudian dihayati melalui

43

Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama (Bandung : Mizan, 1992), 92.

49

hati dan pikiran serta diamalkan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.44

Adapun konsep pendekatan terpadu menurut Depag yang merupakan bagian dari pembelajaran berbasis agama meliputi :

a. Keimanan, yaitu memberikan perkembangan pengetahuan akan adanya Tuhan sang pencipta yang merupakan penguasa alam semesta ini.

b. Pengamalan, yakni memberikan pembelajaran terhadap peserta didik berupa praktik ibadah serta beberapa kegiatan yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, yaitu memberikan pemahaman terhadap peserta didik agar membiasakan memiliki sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan norma-norma yang diajarkan oleh agama. d. Rasional, yakni memberikan kesempatan terhadap peserta didik

untuk menggunakan akal (rasio) agar dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

e. Emosional, yakni memancing perasaan atau naluri siswa dalam menghayati suatu perilaku yang sesuai dengan norma-norma agama.

44

Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 69.

50

f. Fungsional, yakni menyajikan materi-materi agama sesuai dengan tingkatan dan kemampuan siswa serta menjelaskan manfaat atau kegunaan yang ada dari materi-materi yang diajarkan tersebut g. Keteladanan, yakni menjadikan seorang guru atau pendidik

menjadi figur yang patut ditiru oleh siswa. Tidak hanya guru saja tetapi setiap orang yang ada di lingkungan sekolah juga harus menjadi teladan yang patut ditiru oleh siswa bahkan orangtua

siswa pun juga harus menjadi contoh yang baik.45

Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala aktifitas belajar dan berkembang siswa didasari oleh konsep agama seperti menanamkan keimanan terlebih dahulu setelah itu baru kemudian mengamalkan praktik-praktik ibadah. Setelah melakukan praktik ibadah secara terus menerus barulah akan timbul kebiasaan yang tidak bisa lepas karena sudah terbiasa melakukannya.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan berupa pembiasaan yang dilakukan di sekolah akan sangat beguna bagi peserta didik terutama kegiatan keagamaan. Dengan diadakannya kegiatan keagamaan di sekolah akan dapat meningkatkan keimanan peserta didik sehingga dapat mengerjakan amal ibadah dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan.

45

Abdul Majid, Perncanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), 134-135

51

Pada saat keimanan peserta didik meningkat ditambah dengan mempraktikkan amal ibadah dan kemudian membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari maka akan timbul pemikiran peserta didik secara rasional yakni dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan adanya pemahaman terhadap mana yang baik dan mana yang buruk akan membuat peserta didik dapat menjalankan amal ibadah dengan sungguh-sungguh. Pada tahap selanjutnya siswa akan menggunakan nalurinya atau perasaannya dalam memahami prinsip-prinsip agama sehingga tidak hanya sebatas dalam akal atau rasio saja melainkan dapat masuk ke dalam hati sanubari. Dari hal-hal tersebut akan timbul manfaat bagi dirinya sehingga hidupnya membawa keselamatan bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Dokumen terkait