• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN LAIN

Dalam dokumen 8. Lapbul Agustus Sep ok 2017 (Halaman 34-39)

B. WORKSHOP LAYANAN DOKUMEN IMPOR PESTISIDA DAN PENINGKATAN

PELAYANAN PENDAFTARAN PESTISIDA

Selain itu, kesimpulan dan hasil dari workshop dapat menjadi bahan evaluasi dan identifikasi masalah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik Pusat PVTPP dan pihak terkait, khususnya untuk perizinan pestisida. Hadir sebagai narasumber dari Pengelola Portal Indonesia National Single Window (INSW), Direktorat Teknis Kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai, Direktorat Penindakan dan Penyidikan Ditjen Bea dan Cukai yang diwakili oleh Kantor Wilayah Yogyakarta, Direktorat Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), dan Tim Teknis Evaluasi Pendaftaran Pestisida.

Dalam melakukan kegiatan importasi pestisida, pelaku usaha harus mengetahui ketentuan terkait pengawasan atas barang larangan dan pembatasan (lartas) dan sistem klasifikasi barang yang diimpor dalam rangka menyelesaikan kewajiban kepabeanan. Terkait sistem klasifikasi barang ini, mengingat di tahun 2017 terdapat perubahan dari Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012 menjadi BTKI 2017, sosialisasi kepada pelaku usaha masih sangat perlu dilakukan. Pada kesempatan ini, Direktorat Teknis Kepabeanan menyampaikan penjelasan yang gamblang dan panduan yang terperinci sehingga diharapkan pelaku usaha dapat menghindari kesalahan dalam menentukan kategori barang yang diimpornya

Sekitar 100 pelaku usaha bidang pestisida yang hadir memperoleh pemaparan yang komprehensif mengenai Dukungan INSW terhadap Kegiatan Ekspor dan Impor di Indonesia, Ketentuan Impor Pestisida, Bertempat di Hotel Indoluxe Yogyakarta, Pusat PVTPP menyelenggarakan Workshop Layanan Dokumen Impor Pestisida dan Peningkatan Pelayanan Pendaftaran Pestisida pada Rabu (26/7). Acara dibuka oleh Kepala Pusat PVTPP yang diwakili oleh Kepala Bidang Perizinan Pertanian. Kepala Pusat dalam paparannya menyampaikan bahwa workshop ini dapat menjadi forum diskusi antara pelaku usaha dengan pengelola INSW dan kepabeanan untuk mencari solusi atas kendala yang ditemui pada proses dan prosedur ekspor maupun impor.

C. DIALOG INTERAKTIF HARMONISASI SISTEM PERIZINAN PERTANIAN

31 Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Ir. Hari Priyono, M.Si menyampaikan bahwa untuk mendapatkan perizinan bidang komoditas pertanian tidak mudah, proses di pelabuhan dan peredarannya masih sulit. Hal ini disampaikan pada Dialog Interaktif Menuju Pelayanan Perizinan Pertanian Prima yang dihadiri 200 pelaku usaha bidang pertanian, Selasa 22 Agustus 2017 di Auditorium Kementerian Pertanian Jakarta. Sekjen menyatakan bahwa pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam kehidupan dimana hampir 100 juta rakyat Indonesia masih bergantung pada sektor pertanian dimana sebagian besar wilayah petanian adalah kantong-kantong kemiskinan, sehingga komoditas pertanian menjadi indikator krusial pada industri pertanian dan merupakan sektor yang sensitif.

Untuk itu, perizinan pertanian memegang peranan kunci pada sektor industri pertanian dan diperlukan tangan Pemerintah untuk mengatur alur proses perizinan pertanian dan mencari harmonisasi antara sektor usaha dan pemerintah. Akan tetapi terkadang sektor usaha di bidang pertanian masih merasakan sulitnya mendapatkan izin atau prosesnya dirasakan sulit seperti adanya pungli. Seperti yang disampaikan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Justan Ridwan, Ak, M.Acc, CA, QIA bahwa 70 % kerugian negara ada pada pungli pada proses perizinan, sehingga diharapkan proses perizinan pertanian dilaksanakan secara online. Sekjen meminta seluruh penanggung jawab di Kementerian Pertanian yang berhubungan dengan perizinan paling lambat Oktober 2017 sudah menyediakan seluruh layanan perizinan secara online disertai dengan deregulasi peraturan yang terkait perizinan dan jenis layanan serta didukung infrastruktur dan SDM yang mumpuni. Untuk saat ini baru 14 layanan perizinan yang sudah dilakukan secara elektronik dan melalui Pusat PVTPP.

D. SOSIALISASI DAN WORKSHOP PERIZINAN BENIH HORTIKULTURA

Pusat PVTPP menyelenggarakan Sosialisasi dan Workshop Perizinan Benih Hortikultura pada tanggal 22-23 Agustus 2017 di HARRIS Hotel & Residences Riverview Kuta, Bali sebagai upaya meningkatkan pelayanan publik pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/HR.060/5/2017. Kegiatan ini diikuti oleh 75 peserta, terdiri dari pelaku usaha dan calon pelaku usaha perizinan benih tanaman, Dinas Pertanian lingkup Provinsi Bali, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Pusat Karantina Tumbuhan, dan Direktorat Jenderal Hortikultura.

Pembicara/narasumber sosialisasi dan workshop perizinan benih hortikultura disampaikan oleh Eselon II, III, dan IV Pusat PVTPP dengan materi Pelayanan Publik, Sistem Pelayanan Perizinan Pertanian, Syarat dan Tata Cara permohonan Pemasukan/Pengeluaran Benih Hortikultura. Materi lainnya yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/HR.060/5/2017 dan Mekanisme Teknis Penerbitan SIP di Lingkup Ditjen Hortikultura disampaikan oleh pembicara dari Ditjen Hortikultura, kemudian materi Prosedur Karantina terhadap Izin Pemasukan Benih Tanaman Hortikultura disampaikan oleh

pembicara dari Pusat Karantina Tumbuhan, Badan Karantina Pertanian. Selanjutnya, sesi workshop

aplikasi perizinan benih hortikultura secara online dipandu oleh Dr. Nugroho Setiabudi dari Pusat Data

E. BIMBINGAN TEKNIS PENDAFTARAN PUPUK SECARA ON-LINE

33 Dalam paparanya, Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim POLRI menyampaikan bahwa produsen pupuk agar tertib adminsitrasi (pupuk yang akan diedarkan harus memiliki izin peredaran) dan berproduksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, Dalam hal ini Bareskrim POLRI akan menindak tegas terhadap peredaran pupuk ilegal yang beredar diwilayah Republik Indonesia karena dapat merugikan petani. Beberapa point yang dapat disimpulkan dari kegiatan tersebut seperti 1) Sesuai dengan permentan 43 tahun 2011 tentang tatacara pendaftaran pupuk an-organik serta permentan 70 tahun 2011 tentang pupuk organik, pembenah tanah dan hayati bahwa dalam jangka 2 tahun pemegang pendaftaran tidak melaporkan laporan produksi dan laporan penyaluran pupuk akan dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran, 2) Dalam proses pendaftaran pupuk harus lulus uji mutu dan efektivitas, untuk itu produsen pupuk perlu memahami proses pembuatan pupuk yang dapat memenuhi standar mutu dan terjamin efektivitasnya 3) Dinas Pertanian secara rutin mengadakan bimbingan teknis pembuatan pupuk dan diharapkan para pelaku usaha yang memerlukan pendampingan dapat berkoordinasi dengan Dinas Pertanian.

Peserta kegiatan merespon positif dengan proses pendaftaran pupuk yang sudah dilakukan secara on-line, selain itu mereka berharap pembinaan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah agar intens dilakukan, sehingga mereka mampu memproduksi pupuk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Pusat PVTPP menyelenggarakan Bimbingan teknis pendaftaran pupuk secara online pada tanggal 30 Agustus 2017 di MG ETOS Hotel Semarang, Jawa Tengah dalam upaya meningkatkan pelayanan prima dan menyamakan persepsi antara pelaku usaha dengan pemerintah dan dengan niat yang sama agar produsen pupuk dapat memasarkan pupuk sesuai izin. Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta, terdiri dari produsen pupuk se-wilayah Jawa Tengah dan 5 (lima) pembicara dari lintas instansi pemerintah diantaranya pembicara dari Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim POLRI, Balai Penelitian Tanah, Balitbangtan, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Direktur Pupuk dan Pestisida dan Subdit Pengawasan Pupuk Direktorat Pupuk dan Pestisida.

Pusat PVTPP setiap hari melakukan survey kepada pengunjung ruang konsultasi dan pelayanan. Survey harian ini setiap bulannya dilaporkan kepada Kepala Pusat PVTPP untuk menjadi bahan perbaikan dan peningkatan layanan kami.

Dari hasil survey harian bulan Agustus, total reponden 664 dengan rincian sebagai berikut 547

responden menyatakan ‘puas” atau 82,4%, “cukup puas” 120 responden (18,07%) dan 1 reponden

yang “tidak puas”(0,15%), serta13 responden abstain (1,95%).

Dalam dokumen 8. Lapbul Agustus Sep ok 2017 (Halaman 34-39)

Dokumen terkait