• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan pengendalian tumbuhan yang tidak diinginkan kehadirannya atau tumbuhan yang kehadirannya sudah mulai merusak atau merugikan terhadap tanaman yang dibudidayakan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma yang dilakukan difokuskan pada piringan, jalan pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan gawangan mati. Gulma yang umum ditemui di lahan yaitu gulma jenis rerumputan, paku-pakuan, teki dan anak kayu. Contoh gulma yang sering ditemui di lapangan yaitu Paspalum conjugatum, Axonupus compresus, Ageratum conyzoides, Asistasia intrusa, Elaeis guinensis (kentosan), Melastoma malabathricum dan Gleichenia linearis. Selain itu kacangan (Mucuna bracteata) yang merupakan tanaman berguna untuk penutup tanah juga sering menjadi gulma karena pertumbuhannya yang begitu cepat, sehingga perlu pengendalian dengan dilakukannya tarik goloran. Pengendalian gulma dilakukan apabila taraf gulma sudah mulai merugikan dan mengganggu proses pekerjaan panen.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma manual dilakukan oleh tim perawatan. Pengendalian difokuskan pada piringan, gawangan mati dan jalan pikul seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pekerjaan yang dilakukan yaitu garuk piringan, tarik goloran, babat gulma dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma manual yaitu cados, parang, dan garukan. Pengendalian gulma manual lebih difokuskan pada keadaan gulma berat atau yang sudah tidak ekonomis lagi apabila dilakukan pengendalian kimia. Gulma yang sering dikendalikan secara manual yaitu Elaeis guinensis (kentosan), Melastoma malabathricum dan Mucuna bracteata (MB). Kentosan merupakan kelapa sawit liar yang berasal dari brondolan yang tidak terkutip sehingga tumbuh menjadi gulma, sedangkan MB menjadi gulma apabila pertumbuhannya sudah mencapai piringan bahkan sampai melilit ke pokok tanaman. Prestasi kerja standar pengendalian gulma manual yaitu 0.5 ha/HK untuk kondisi gulma berat dan 2 ha/HK untuk kondisi gulma ringan.

7 Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma kimiawi dilakukan oleh tim semprot. Tim semprot terdiri dari mandor, pekerja semprot dan pekerja pengairan. Pengendalian difokuskan pada piringan, jalan pikul dan TPH. Gulma yang sering dikendalikan secara kimiawi yaitu Asistasia intrusa, Ageratum conyzoides, Axonopus compresus dan MB. Alat yang digunakan tim semprot yaitu alat pelindung diri (APD), knapsack sprayer kapasitas 15 liter dan nozzle. Alat pelindung diri berupa apron, sarung tangan, sepatu boot, masker, topi dan kacamata seperti yang terlihat pada Gambar 2. Jenis nozzle yang digunakan yaitu jenis VLV (Very Low Volume) 100 dengan luas semprot 1.5-2 meter dan flow rate sebanyak 400-500 ml/menit. Bahan racun aktif penyemprotan yang dilakukan menggunakan

paraquat dicampur metaprima dengan dosis 0.3 liter/ha paraquat dan 120 gram/ha

metaprima, kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Herbisida lain yang digunakan adalah glifosat dengan dosis 0.25 liter/ha yang dicampur dengan metaprima dengan dosis 120 gram/ha kemudian dilakukan pengenceran dengan perbandingan 1:1. Prestasi kerja standar pengendalian kimiawi yaitu 2-3 ha/HK.

Gambar 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi di Divisi 5 SBHE Pelaksanaan pengendalian gulma. Pekerja terlebih dulu diarahkan oleh mandor mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan dan dilakukan pembagian hanca untuk setiap pekerja. Pengendaian gulma manual maupun kimia dikoordinir oleh satu orang mandor. Pelaksanaan di lapangan terkadang tidak berjalan sesuai arahan dan SOP apabila pengawasan dari mandor menurun, misalnya pekerja perawatan tidak melakukan dongkel anak kayu (DAK) pada anak kayu atau kentosan yang seharusnya dilakukan DAK. Pengendalian gulma secara kimiawi jarang terjadi pekerjaan yang diluar arahan, akan tetapi para pekerjanya sering mengabaikan mengenai APD seperti tidak mengenakan sarung tangan, masker, kacamata, atau apron yang tidak lengkap. Hal tersebut terjadi karena mandor tidak memberikan teguran lanjutan karena alasan para pekerja yang menjadi sulit bekerja, misalnya pekerja tidak mengenakan masker karena sulit bernafas atau pekerja tidak mengenakan kacamata karena merasa pusing jika memakai kacamata.

8

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang memiliki pengaruh besar pada budidaya kelapa sawit, selain untuk mendukung pertumbuhan dan produksi pada tanaman, pemupukan juga memerlukan biaya yang cukup besar. Tim pupuk terdiri dari mandor, pemupuk, pekerja bongkar muat (BM) dan seorang supir truk pengangkut pupuk. Alat yang digunakan dalam pemupukan yaitu apron, sarung tangan, masker dan cepuk (alat penabur pupuk dari wadah plastik yang telah disesuaikan ukurannya). Rekomendasi pupuk masing-masing tanaman per blok per tahun disusun oleh Departemen Riset berdasarkan beberapa faktor seperti umur tanaman, kesuburan tanah, status hara tanaman, sejarah pemupukan, hasil produksi, curah hujan dan hasil percobaan.

Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan yaitu tandan kosong sisa pengolahan minyak dari pabrik dan potongan pelepah sisa panen yang dibiarkan membusuk di gawangan mati dan antar pokok. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu pupuk makro dan mikro. Pupuk makro terdiri dari Urea, Muriate of Potash (MOP), Rock Posphate (RP) dan Kieserite. Pupuk mikro terdiri dari High Grade Fertilizer Borate

(HFGD) dan Zincopper, namun pada tahun 2014 tidak dilakukan aplikasi Zincopper. Data rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekomendasi dosis pupuk Divisi 5 tahun 2014 Tahun Tanam Tahap Urea (kg/pokok) MOP (kg/pokok) RP (kg/pokok) Kieserit (kg/pokok) HGFD (kg/pokok) 1998 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2000 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2002 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2003 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2005 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2006 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2007 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10 2008 I 1.25 1.50 2.00 1.25 0.10 II 1.00 1.50 - - 0.10

Cara aplikasi pupuk. Cara aplikasi pupuk dilaksanakan sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Departemen Riset yang di antaranya sebagai berikut: 1. Pupuk Urea, Kieserite, atau MOP diaplikasikan dengan cara ditabur di pinggir

9 2. Pupuk RP diaplikasikan dengan cara ditabur di susunan pelepah untuk

memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

3. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5-1 m dari pokok (aplikasi Zincopper ditugal).

4. Jalan pikul tidak boleh diaplikasikan pupuk

Pelaksanaan pemupukan. Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk. Penguntilan adalah pengemasan ulang pupuk dari satu karung penuh dari pabrik menjadi seperempat karung sesuai kebutuhan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan. Penguntilan dilakukan pada hari sebelum pelaksanaan pemupukan. Jumlah setiap untilan disesuaikan dengan dosis pupuk yang akan diaplikasikan (biasanya 12-16 kg per until), setiap until dapat diaplikasikan untuk delapan pokok. Kegiatan selanjutnya yaitu pelangsiran untilan yang dilakukan pada pagi hari. Pelangsiran untilan pupuk dibantu oleh truk yang memuat pupuk dari gudang ke blok yang akan dipupuk. Bongkar muat pupuk akan menyusun untilan pada truk untuk diangkut menuju blok, kemudian untilan dilangsir di setiap titik jalan pikul sepanjang collection road (CR) sesuai perintah mandor pada tiap blok yang akan dipupuk. Pelangsiran dilakukan di jalan pikul sebelah kanan dan kiri CR. Pelaksanaan selanjutnya yaitu pengeceran dan penaburan pupuk seperti yang terlihat pada Gambar 3. Pengeceran dan penaburan pupuk dilakukan sendiri oleh pemupuk. Kantung untilan bekas pemupukan dikumpulkan sendiri oleh pemupuk dan dibawa pulang ke divisi setelah selesai memupuk. Prestasi kerja standar pemupukan yaitu 500 kg/HK. Pelaksanaan pemupukan menerapkan lima disiplin aplikasi pupuk, yaitu: 1) pemupukan dimulai dari jalan tengah; 2) pemupukan sesuai takaran; 3) pupuk harus ditabur secara merata; 4) setiap pokok wajib terpupuk, dan; 5) karung dikumpulkan untuk dihitung, disusun rapi dan dibawa pulang.

Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk di Divisi 5 SBHE

Pelaksanaan pemupukan di lapangan masih ada beberapa hal yang tidak sesuai. Penguntilan pupuk masih ada ditemukan untilan yang bobotnya tidak sesuai ketentuan, hal tersebut karena alat yang digunakan mengunakan jerigen yang dimodifikasi yang ukuran volumenya tidak presisi. Pelangsiraan pupuk sering terjadi tercecernya pupuk di titik pelangsiran karena ikatan untilan yang tidak kuat. Selain itu, pelaksanaan pengeceran dan penaburan juga masih ada yang tidak sesuai dengan disiplin aplikasi pemupukan. Pemupukan tidak dimulai dari jalan tengah,

10

akan tetapi dimulai dari titik pelangsiran pupuk sehingga terkadang ada pekerja yang membuang pupuk di dalam blok dan ada pokok yang tidak terpupuk. Kemudian masih ada juga pekerja yang tidak membawa pulang karung bekas untilan pupuk. Akan tetapi, penggunaan APD pemupukan dan cara aplikasi pupuk dipiringan telah berjalan sesuai SOP.

Pemanenan

Panen adalah pekerjaan pemotongan buah segar matang seperti yang terlihat pada Gambar 4, serta pengutipan seluruh brondolan yang kemudian dikumpulkan di TPH. Panen merupan pekerjaan yang sangat penting karena pekerjaan utama yang memberikan pemasukan kepada perkebunan. Kegiatan panen berhubungan langsung dengan kualitas hasil produksi minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilaksanakan dengan baik.

Gambar 4 Kegiatan pemotongan tandan buah di Divisi 5 SBHE

Angka kerapatan panen. AKP ditentukan untuk memperkirakan rata-rata tandan yang dipanen per pokok dan penyebaran tandan matang di blok yang akan dipanen. Penentuan AKP dilaksanakan sehari sebelum panen dilakukan oleh mandor 1 dan mandor panen setelah kegiatan apel sore. AKP adalah penting dalam taksasi hasil yang kemudian menentukan jumlah tenaga kerja dan truk pengangkut tandan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan panen.

Kriteria panen. Kriteria panen adalah pedoman untuk menentukan tandan buah yang layak untuk dipanen. Penentuan tandan buah layak panen dilihat dari jumlah brondolan yang lepas atau jatuh di piringan. Standar tandan buah yang matang berdasarkan peraturan perusahaan yaitu dua brondolan lepas per kg bobot tandan. Apabila rata-rata bobot tandan sebesar 15 kg maka tandan layak panen jika terdapat 30 brondolan lepas di piringan. Akan tetapi, penentuan kriteria panen di lapangan berbeda dengan peraturan perusahaan yang ditetapkan. Pemanen menentukan tandan layak panen apabila terdapat minimal lima brondolan lepas

11 Sistem panen. Sistem panen yang dilaksanakan yaitu panen hanca giring tetap. Hanca giring tetap yaitu pemanen serentak memanen di blok yang sama sesuai hancanya masing-masing, kemudian akan berpindah ke blok selanjutnya. Sistem panen berjalan dengan didukung pembagian seksi panen dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang dipanen pada hari yang sama, sedangkan pusingan panen adalah jumlah waktu yang dibutuhkan seorang pemanen untuk kembali pada hanca yang sama pada rotasi panen berikutnya. Seksi panen di Divisi 5 dibagi ke dalam 6 seksi dan pusingan panen yang ditetapkan adalah 7 hari. Rotasi panen yang diterapkan yaitu 6/7, sehingga terdapat 6 seksi panen di dalam tiap minggunya

Basis dan premi panen. Basis panen adalah standar jumlah minimum tandan buah yang dipanen oleh pemanen dalam satu HK. Premi panen adalah kelebihan upah yang dibayarkan sesuai dengan kelebihan hasil kerja pemanen. Jumlah basis panen ditentukan berdasarkan umur tanaman, bobot tandan rata-rata dan topografi lahan.

Transportasi buah. Transportasi pengangkutan buah dari blok ke pabrik menggunakan truk. Kebutuhan jumlah truk yang digunakan ditentukan oleh hasil taksasi panen hari sebelumnya. Kapasitas pengangkutan setiap truk yaitu 7-7.5 ton sekali angkut. Truk yang digunakan yaitu truk milik perusahaan dan atau truk dari luar perusahaan (kontraktor). Kelancaran transportasi pengangkutan buah ditentukan oleh beberapa faktor seperti kondisi jalan, kondisi truk dan jumlah truk yang tersedia pada saat panen tinggi. Kelancaran transportasi pengangkutan buah sangat berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen, karena buah harus bisa terkirim pada hari yang sama dengan pelaksanaan panen agar tidak terjadi buah restan. Akan tetapi, pelaksanaan di lapangan terkadang tidak berjalan lancar. Kondisi jalan sering kali tidak memungkinkan untuk dilewati truk apabila sebelumnya telah turun hujan yang cukup lebat, kemudian ada juga truk yang mengalami masalah ketika buah telah diangkut karena kondisi truk yang tidak layak jalan sehingga pengangkutan buah menjadi terhambat dan menyebabkan terjadinya buah restan.

Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen terbagi dalam dua kemandoran. Setiap kemandoran memiliki hanca tetap masing-masing. Panen pada tanaman tua diharuskan untuk memotong pelepah, sedangkan pada tanaman muda panen dilakukan tanpa memotong pelepah agar pokok dalam keadaan jumlah pelepah yang optimal. Alat panen yang digunakan yaitu egrek, dodos, kampak, gancu dan angkong. Pelaksanaan panen di lapangan perlu diperhatikan untuk keselamatan para pekerjanya. Meskipun Asisten sering memperingatkan mengenai keselamatan kerja tapi masih ada pekerja yang tidak menggunakan peralatan yang lengkap untuk keselamatan diri seperti tidak menggunakan helm dan sepatu boot. Kemudian masih ada pekerja yang membiarkan pelepah sengkleh ketika melakukan potong buah. Hal tersebut biasanya terjadi karena pekerja ingin cepat menyelesaikan hancanya. Penunasan

Manajemen penunasan dalam mempertahankan jumlah pelepah perlu dilaksanakan agar mendapatkan jumlah pelepah yang optimal. Pelaksanaan penunasan yang baik adalah penunasan yang tidak terjadinya keadaan pokok yang

over pruning maupun under pruning dari jumlah pelepah optimal yang ditetapkan. Over pruning adalah terbuangnya pelepah yang masih produktif secara berlebihan.

12

Kondisi over pruning dapat menyebabkan pokok tanaman menjadi stres dan juga mengurangi areal fotosintesis pada pokok. Under pruning adalah terlalu banyaknya jumlah pelepah yang terdapat pada pokok sehingga pokok menjadi gondrong. Kondisi under pruning menyebabkan pelaksanaan panen menjadi terganggu karena buah yang matang menjadi susah terlihat, pelepah yang gondrong menyebabkan brondolan yang telah lepas tersangkut pada ketiak pelepah, kemudian pekerjaan potong buah menjadi berat dan lama karena pekerja harus menurunkan pelepah yang gondrong di bawah tandan buah yang akan dipanen. Selain itu, jumlah pelepah yang terlalu banyak menyebabkan pelepah paling bawah mendapat intensitas cahaya lebih rendah, sehingga bersifat negatif karena laju respirasi lebih besar dari pada laju fotosintesis.

Kegiatan penunasan yang dilakukan di SBHE menggunakan sistem tunas korektif. Penunasan korektif merupakan penunasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan panen. Ketika pemanen melaksanakan potong buah, pemanen juga berkewajiban untuk menjaga jumlah pelepah yang yang optimal pada pokok di hancanya masing-masing. Penunasan korektif diterapkan pada tanaman remaja (TM 3-4) sampai tanaman tua (TM >4). Kegiatan penunasan korektif dilakukan oleh para pekerja panen dan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen. Pelepah yang telah diturunkan disusun rapi diantara pokok dan gawangan mati sehingga membentuk pola huruf U yang mengitari pokok dengan jarak pelepah 1.5 m dari pokok. Manfaat dari penyusunan pelepah dengan pola U tersebut adalah sebagai berikut: pekerja panen tidak mudah melakukan pencurian buah dari hanca pekerja lainnya, menekan pertumbuhan gulma, menjaga struktur tanah, menjaga kelembaban tanah dan sebagai bahan pupuk organik.

Keadaan pokok di lapangan menunjukan masih ada pokok yang mengalami

over pruning dan under pruning seperti yang terlihat pada Gambar 5. Untuk tanaman umur 16 tahun, dikatakan over pruning karena terdapat buah yang tanpa pelepah di bawahnya (Gambar 5a), dan dikatakatan under pruning karena terdapat lebih dari satu pelepah di bawah buah (Gambar 5b). Rendahnya tingkat disiplin pemanen dan juga seringnya produksi yang tinggi pada waktu tertentu menyebabkan pelaksanaan penunasan tertinggal dari pekerjaan panen karena pekerja lebih fokus pada buah yang banyak, sehingga pekerjaan penunasan akan dikerjakan pada waktu lain seperti hari minggu.

13 Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Kegiatan mandor yaitu membuat rencana kerja harian pada waktu apel sore untuk hari berikutnya, membagi pekerjaan kepada karyawan di kemandorannya masing-masing pada saat apel pagi, mengawasi pekerjaan di lapangan, membantu mengatasi masalah yang terjadi di lapangan, serta membuat laporan harian mandor. Mandor 1. Mandor 1 memiliki tugas untuk membantu pekerjaan asisten divisi dalam mengkoordinir semua pekerjaan lapangan dan administrasi yang ada di divisi. Mandor 1 memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinasikan tim supervisi. Kegiatan mandor 1 diantaranya yaitu : membuat rekapitulasi taksasi potong buah, memeriksa hanca dan mutu buah, mutu semprot, mutu pemupukan, serta membantu dalam membuat laporan harian asisten divisi.

Mandor panen. Tugas mandor panen adalah membagi hanca panen pekerja potong buah, mengawasi pekerjaan pemanenan, mengarahkan dan membina pekerja, serta meminimalkan kecelakaan. Mandor panen melakukan pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah, kemudian melaporkannya kepada asisten divisi. Mandor panen juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Mandor pupuk. Tugas mandor pupuk adalah melaksanakan program pemupukan yang telah ditetapkan, menghitung kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan di setiap blok, membagi hanca pemupukan, mengawasi pekerjaan pemupukan, menjaga kualitas pekerjaan pemupukan seperti ketepatan dosis dan ketepatan penaburan pupuk pada pokok, serta melaporkan hasil pekerjaan kepada asisten divisi. Mandor pupuk juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah membagi hanca pekerja, memastikan alat yang digunakan dalam kondisi baik, memastikan dosis racun yang sesuai dengan SOP, mengawasi proses pekerjaan, serta melakukan quality check

penyemprotan. Mandor semprotjuga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor, selain itu mandor semprot juga wajib mengisi buku ketersedian bahan dan alat.

Mandor perawatan. Tugas mandor perawatan adalah mengatur pekerja dalam beberapa jenis pekerjaan seperti perawatan jalan, pengendalian gulma manual, serta pemeliharaan tanaman, termasuk membagi hanca tiap pekerja dan mengawasi selama proses pekerjan. Mandor perawatan juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Kerani divisi. Tugas kerani divisi adalah membuat laporan harian dan bulanan, mengabsen serta merekap daftar absensi karyawan, menginput laporan ke dalam server pusat perusahaan, membuat bon penerimaan barang, membuat surat usulan permintaan alat atau bahan, serta mengarsipkan surat-surat yang berkaitan dengan divisi.

Kerani panen. Tugas kerani panen adalah menghitung jumlah buah yang dipanen oleh setiap pekerja sebelum diangkut oleh unit, melakukan grading buah di TPH, serta mengisi notes buah. Hasil grading dan jumlah buah yang dihitung tersebut dicatat pada buku penerimaan buah. Kerani panen juga berkewajiban untuk membuat laporan harian termasuk hitungan premi potong buah pekerja.

Kerani transport. Tugas kerani transport adalah mengatur dan mengkoordinir unit angkut buah dan pekerja bongkar muat, mencatat jumlah buah

14

yang diangkut unit ke pabrik, mengisi surat pengantar buah, serta memastikan buah di TPH terangkut seluruhnya ke pabrik dan menghindari terjadinya buah restan. Kerani transport juga berkewajiban untuk membuat laporan harian.

Pendamping Asisten Divisi

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi dilaksanakan selama dua bulan. Selama menjadi pendamping asisten divisi, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut: mengelilingi divisi untuk melihat memeriksa kondisi lapangan yang ada di seluruh divisi, mengecek kualitas hanca dan mutu buah yang telah dan atau sedang dipanen, membantu mengawasi pekerjaan harian seperti pemupukan dan pengendalian gulma, membantu merapikan administrasi kantor divisi, membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di divisi, serta membantu dalam membuat Rencana Kerja Bulanan.

PEMBAHASAN

Sistem Penunasan

Sistem penunasan yang diterapkan di Sungai Bahaur Estate (SBHE) yaitu sistem penunasan korektif, karena pada umumnya tanaman yang ada di SBHE merupakan tanaman dengan umur TM 3 ke atas. Rotasi penunasan korektif yang diterapkan yaitu sebanyak 3 kali per tahun atau sebanyak 1 kali per 4 bulan. Penunasan yang dilakukan di Divisi 5 SBHE yang dilakukan terbagi ke dalam 4 seksi. Hal tersebut dilakukan karena pada pelaksanaannya kegiatan penunasan sering tertinggal dari pekerjaan panen akibat rendahnya disiplin pemanen dalam menjaga jumlah pelepah optimum, serta sering nya produksi buah yang tinggi pada pokok pada waktu tertentu.

Sistem penunasan korektif menyebabkan kebutuhan tenaga penunas sama dengan jumlah tenaga pemanen, karena setiap pemanen memiliki kewajiban untuk menjaga jumlah pelepah optimal di hancanya masing-masing. Perhitungan tenaga kerja panen yang didasarkan pada luas areal TM divisi 5 yang memiliki luasan sebesar 901.83 ha dengan luas hanca masing-masing pemanen 3 ha adalah sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja = Total luas TM (ha)

jumlah seksi panen × luas hanca per pemanen (ha)

= 901.83 ha 6 × 3 ha

= 50.1 ; dibulatkan menjadi 51

Jumlah pemanen Divisi 5 yang ada yaitu sebanyak 52 pemanen, jadi tenaga kerja pemanen di Divisi 5 sudah memenuhi kebutuhan.

Pembayaran pelaksanaan penunasan dibayarkan setelah pengerjaan penunasan dari rotasi tiap seksi tersebut terselesaikan. Upah pengerjaan penunasan yaitu sebesar Rp 500,00/pokok untuk setiap rotasi. Total biaya pelaksanaan

15 Jumlah Pelepah yang Dipertahankan

Jumlah pelepah memiliki hubungan dengan nisbah seks dan jumlah tandan buah pada pokok. Menurut Fauzi et al (2012), dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18-25 pelepah seiring dengan pertambahan umur tanaman. Namun hanya 8-22 pelepah daun yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan bunga atau buah. Prosedur operasional baku BGA mengenai jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah pelepah dipertahankan per umur tanaman sesuai SOP BGA Umur Tanaman Menghasilkan (TM ) Kebijakan Jumlah Pelepah Dipertahankan Jumlah Pelepah per Spiral

Songgo Rotasi per

Tahun TM1-TM2 (Muda) Penunasan Periodik 48-56

Pelepah 6-7 Pelepah 3 1.3 kali TM3-TM4 (Remaja) Penunasan Korektif 48-56 Pelepah 6-7 Pelepah 3 Sesuai kebutuhan jumlah pelepah ideal yang harus dipertahan kan >TM4 (Tua) Penunasan Korektif 40-48 Pelepah 5-6 Pelepah 2

Sumber : Prosedur Standar Operasional Agronomi Kelapa Sawit (BGAAGRKS-SOP-01 Jilid 3; BGAAGRKS-SOP-PTKS-KMK) 2010.

Pelaksanaan di lapangan pada pokok kelapa sawit tinggi yang pekerjaan

Dokumen terkait