• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Kegiatan Pemuatan (Loading)

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memuat kayu ke dalam truck yang akan membawa kayu produksi ke pabrik pembuatan kertas. Kayu yang telah ditumpuk dipinggir jalan yang akan dimuat ke dalam alat angkut. Muatan kayu juga harus sesuai dengan kapasitas alat angkut dan muatan kayu disusun dengan rapi agar memudahkan dalam membawa muatan. Ukuran masing-masing alat angkut (truck) berbeda-beda sehingga kubikasi dan waktu yang didapat saat pemuatan juga berbeda. Beberapa hal yang diperhatikan dalam proses pemuatan (loading) adalah sebagai berikut:

Pemuatan kayu di atas truck harus rapi.

Pemuatan di atas truck tidak boleh bercampur dengan ranting, cabang, tanah, daun, plastik, dan lain sebagainya.

• Kayu muatan harus diikat dengan menggunakan dua rantai/pengikat. • Tempat penumpukan (TPn) harus bersih dari kayu tinggal.

Ukuran alat angkut (truck) yang terdapat di lokasi penelitian memiliki ukuran yang berbeda-beda. Jadi, masing-masing truck dapat dimuat dengan kubikasi yang berbeda juga. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak tiga buah truck dalam pengambilan data, yaitu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kegiatan pengerjaan pemuatan (loading).

Truck ke- Waktu Kerja (menit) Volume truck (m3) Memuat Merapikan 1 57,18 31 48,16 2 63,35 43 57,79 3 63,18 40 52,34 Total 183,71 114 158,29 Rata-Rata 61,24 38 52,76

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu yang digunakan oleh operator dengan alat untuk memuat yaitu excavator adalah 1 jam 1 menit 14,4 detik. Rata-rata waktu yang digunakan untuk merapikan adalah 38 menit. Jadi, rata-rata waktu yang digunakan untuk proses memuat kayu ke dalam truck adalah total dari waktu memuat dengan waktu merapikan adalah selama 1 jam 39 menit 14,4 detik. Volume rata-rata alat angkut (truck) adalah sebesar 52,76 m3. Volume kayu tual terbanyak yang dapat diangkut oleh truck pada Tabel 5 adalah pada truck ke-2, yaitu sebanyak 57,79 m3 (panjang 11,50 m; lebar 2,50 m; tinggi 3 m) dan yang terendah adalah pada truck ke-1, yaitu sebanyak 48,16 m3 (panjang 11,50 m; lebar 2,50 m; tinggi 2,50 m)

Pemuatan (loading) yang dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat excavator KOMATSU dengan type PC130 yang memiliki kapasitas tangki minyak 250 liter. Dari beberapa sampel yang diambil didapat bahwa waktu yang dipergunakan untuk memuat satu truck adalah selama 1 jam 39 menit. Dengan rincian excavator memuat dan merapikan kayu yang sudah dimuat di atas truck.

Terhitung waktu untuk memuat satu truck adalah 1,5 jam (1 jam 30 menit) sehingga jika dalam satu hari waktu kerja produktif adalah 10 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 7 truck/unit kayu yang dapat dimuat. Produktivitas Pada Setiap Kegiatan

Produktivitas pemanenan kayu yang dilakukan di hutan tanaman industri pada PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pemanenan kayu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produktivitas setiap kegiatan pemanenan.

Kegiatan Waktu Kerja

(jam) Volume (m

3

) Produktivitas (m3/jam)

Penebangan (Felling) 0,27 20,01 74,13

Pembagian Batang (Bucking) 0,66 12,30 18,72

Penumpukan (Pre-Bunching) 0,95 20,01 21,01

Pengupasan (Debarking) 0,89 20,01 22,61

Penyaradan (Extraction) 3,38 56,98 16,84

Pemuatan (Loading) 4,96 156,20 31,48

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa produktivitas tertinggi terdapat pada bagian kegiatan pemanenan kayu di bagian penebangan (Felling), yaitu sebesar 74,13 m3/jam dan produktivitas terendah terdapat di bagian penyaradan, yaitu sebesar 16,84 m3/jam. Pada bagian dari kegiatan penebangan (Felling) operator hanya menebang pohon sampai tumbang dan jarak dari satu pohon ke pohon lainnya tidak terlalu jauh, sehingga penebangan dapat dilakukan dengan waktu yang tidak terlalu lama dan dapat menumbang pohon yang cukup banyak. Sedangkan pada bagian dari kegiatan penyaradan (Extraction) operator terlebih dahulu harus masuk ke dalam (in field) dengan membawa pontoon yang

kosong dengan menggunakan excavator dan harus memulai penyaradan (Extraction) dari ujung menuju ke tempat penumpukan (TPn). Selain itu, pada bagian ini operator juga harus mengisi pontoon dengan excavator sekaligus menarik pontoon yang berisi ke tempat penumpukan (TPn).

Analisis Biaya

Pernyataan Elias (1987) dalam Rakhman (2004) mendefinisikan biaya sebagai jumlah uang yang harus dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan. Biaya juga merupakan nilai yang harus diberikan terhadap penggunaan peralatan dalam mendukung berlangsungnya kegiatan. Jadi, dalam penelitian ini analisis biaya yang diterangkan adalah biaya dari tiap kegiatan pemanenan di atas.

Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau yang digunakan oleh setiap kegiatan pemanenan. Tetapi, perhitungan dilakukan dengan menggunakan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk keseluruhan alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan adalah chainsaw, excavator, debarker, dan pontoon. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini juga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, seperti upah operator, upah kupas manual. Biaya-biaya inilah yang dianalisis dalam penelitian ini untuk kegiatan pemanenan kayu di hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I sektor Sei Kebaro.

Hasil dari penelitian tentang biaya yang digunakan pada kegiatan pemanenan kayu di hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I,

Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Analisis biaya dalam pemanenan kayu di hutan tanaman industri.

Uraian Biaya Chainsaw (Rp/jam) Excavator (Rp/jam)

Debarker

(Rp/jam)

STIHLL NEW WEST

I. Biaya Mesin

A. Biaya Tetap Mesin

1. Penyusutan 6.750 1.395 67.500 77.400

2. Asuransi 375 77,50 12.000 13.760

3. Bunga Modal 1.350 279 37.800 43.344

4. Pajak 375 77,50 12.000 13.760

Jumlah-A 8.850 1.829 129.300 148.264

B. Biaya Variabel Mesin

1. Pemeliharaan 1.100 1.800 1.300 1.775

2. Pelumas / Oli 7.687,50 9.609,38 30.750 30.750

3. BBM 6.075 6.682,50 116.640 184.680

Jumlah-B 14.862,50 18.091,88 148.690 217.205

Biaya mesin (A + B) 23.712,50 19.920,88 277.990 365.469

II. Upah Tenaga Kerja

1. Operator 15.625 15.625 20.833,33 20.833,33

Jumlah Upah 15.625 15.625 20.833,33 20.833,33

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa biaya tetap untuk alat chainsaw adalah sebesar Rp 10.679/jam dan biaya tidak tetap sebesar Rp 32.954,38/jam. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan harga pada kedua merk chainsaw yang digunakan untuk melakukan penebangan. Harga chainsaw merk STIHLL lebih mahal dari pada harga merk NEW WEST. Harga dari alat chainsaw dapat mempengaruhi biaya tetap dan biaya variabel dari alat tersebut di atas. Biaya mesin untuk chainsaw merk STIHLL lebih tinggi dari chainsaw merk NEW WEST, yaitu secara berurutan adalah Rp 23.712,50/jam dan Rp 19.920,88/jam. Hal ini disebabkan tingginya biaya tidak tetap yang digunakan oleh chainsaw merk NEW WEST, yaitu biaya pemeliharaan, biaya oli/pelumas, dan biaya bahan

bakar. Spesifikasi kedua merk dari kedua alat tersebut juga mempengaruhi besarnya biaya variabel.

Biaya tetap untuk alat excavator dan alat debarker secara berurutan adalah sebesar Rp 129.300/jam dan Rp 148.264/jam. Biaya tidak tetap untuk excavator dan debarker adalah sebesar Rp 148.690/jam dan Rp 217.205/jam. Perbedaan biaya antara excavator dengan debarker disebabkan oleh harga alat tersebut. Sehingga biaya mesin untuk alat excavator dan debarker secara berurutan adalah sebesar Rp 277.990/jam dan Rp 365.469/jam. Seperti pada alat chainsaw, besarnya biaya mesin untuk alat excavator dan debarker daipengaruhi oleh spesifikasi dari alat tersebut serta harga dari kedua alat. Semakin tinggi atau bagus spesifikasi alat maka harga alat akan semakin tinggi. Sehingga biaya mesin dari alat juga semakin tinggi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap.

Berdasarkan Tabel 6 dapat juga diketahui bahwa biaya mesin tertinggi terdapat pada alat pengupas (debarker), yaitu sebesar Rp 365.469/jam dan biaya

mesin terendah terdapat pada alat chainsaw merk NEW WEST, yaitu sebesar Rp 19.920,88/jam. Hal ini juga disebabkan oleh harga alat serta besarnya biaya

yang dikeluarkan untuk biaya operasional alat. Biaya operasional merupakan biaya tidak tetap.

Upah tenaga kerja yaitu upah operator dan yang tertinggi terdapat pada upah operator alat excavator dan debarker. Hal ini karena kemampuan dari operator untuk menggunakan alat excavator dan debarker harus yag lebih mahir untuk kelancaran kegiatan.

Tabel 8. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap alat pemanenan

No.

Jenis Alat Kegiatan Jumlah Alat (Unit)

Bm + Upah (Rp/jam)

Biaya Alat (Rp/jam)

1. Chainsaw Penebangan (Felling) 45 74.883,38 3.369.752,10 Pembagian Batang (Bucking)

2. Excavator

Penumpukan (Pre-Bunching)

32 298.823,33 9.562.346,56

Penyaradan (Extraction) Pemuatan (Loading)

3. Debarker Pengupasan (Debarking) 10 386.302,33 3.863.023,30

Total 87 760.009,04 16.795.121,96

Biaya yang terlalu banyak harus dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan negara atau devisa negara di bagian produksi kayu dari hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia. Menurut Elias (2002), hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia dibangun dengan tujuan meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku industri pengolahan kayu.

Tabel 8 menunjukkan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan oleh PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebesar Rp 16.795.121,96/jam dengan total unit alat yang digunakan adalah sebanyak 87 unit. Dengan jumlah dana yang yang harus dikeluarkan oleh PT. Sumatera Riang Lestari untuk hutan tanaman industri tempat lokasi penelitian sebesar yang disebut di atas, maka produksi kayu yang dihasilkan harus melebihi dari biaya yang harus dikeluarkan.

Berdasarkan Tabel 8 biaya yang tertinggi terdapat pada kegiatan yang menggunakan alat excavator, yaitu pada kegiatan penumpukan (Pre-Bunching), penyaradan (Extraction), dan pemuatan (Loading) sebesar Rp 9.562.346,56. Sedangkan yang terendah terdapat pada kegiatan yang menggunakan alat chainsaw, yaitu pada kegiatan penebangan (Felling) dan pembagian batang (Bucking) sebesar Rp 3.369.752,10. Hal disebabkan oleh besarnya biaya mesin alat yang terdapat pada alat excavator.

Tabel 9. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap kegiatan pemenan.

No. Nama Kegiatan Produktivitas (m3/jam)

Biaya

Produktivitas (Rp) Jumlah Alat

1. Penebangan (Felling) 74,13 52.753.720

chainsaw

2. Pembagian Batang (Bucking) 18,72 13.317.460

3. Penumpukan (Pre-Bunching) 21,01 14.951.840

excavator

4. Penyaradan (Extraction) 16,84 11.980.240

5. Pemuatan (Loading) 31,48 22.404.300

6. Pengupasan (Debarking) 22,61 16.085.740 debarker

Tabel 9 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi terdapat pada kegiatan penebangan, yaitu sebesar 74,13 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 52.753.720 sedangkan produktivitas terendah terdapat pada kegiatan penyaradan, yaitu sebesar 16,84 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 11. 980.240. Alat yang digunakan untuk mencapai produktivitas yang ditunjukkan pada Tabel 9 ada tiga jenis alat, yaitu chainsaw, excavator, dan debarker.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan alat chainsaw dapat dihasilkan kayu sebanyak 92,85 m3/jam, dengan menggunakan alat excavator dapat dihasilkan kayu sebanyak 69,33 m3/jam, dan dengan menggunakan alat debarker dapat dihasilkan kayu sebanyak 22,61 m3/jam. Dari besarnya produktivitas yang dihasilkan tiap alat pada tiap kegiatan pemanenan didapat bahwa produktivitas terbesar terdapat pada alat chainsaw.

Berdasarkan hasil yang didapat dari Tabel 9, sebaiknya alat chainsaw dapat ditambah untuk lebih memperbesar produktivitas dengan biaya alat yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan untuk alat excavator dapat dikurangi jumlah alat untuk mengurang biaya pengeluaran alat.

ILO (1983) dalam Rahman (2001), menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan, industri, dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas pemanenan dapat dihitung dengan cara besarnya produksi kayu yang dibawa ke tempat pengolahan kayu dikurangi dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Besarnya produktivitas produksi kayu per hari dapat diketahui dari besarnya produktivitas pemuatan (loading) dan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 10. Produktivitas pemanenan di hutan tanaman industri (HTI).

Dalam Satuan Nilai

m3/jam 31,48

m3/hari 314,80

m3/bulan 7.555,2

Setiap kegiatan dalam pemanenan dapat menghasilkan produktivitas masing-masing dengan menggunakan alat chainsaw, excavator, dan debarker untuk mempermudah pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas pemanenan. Pada Tabel 9 ditunjukkan bahwa dalam kegiatan penebangan dan pembagian batang dengan menggunakan alat chainsaw dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 92,85 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 3.369.752,10 sedangkan dalam kegiatan penumpukan, penyaradan, dan pemuatan dengan menggunakan alat excavator dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 69,33 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 9.562.346,56 dan dalam kegiatan pengupasan dengan menggunakan alat debarker dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 22,61 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 3.863.023,30.

Berdasarkan Tabel 10 produktivitas pemanenan dapat diketahui dengan melihat besarnya produktivitas pemuatan (loading) dengan menggunakan alat

excavator, yaitu sebesar 31,48 m3/jam. Sehingga per hari produktivitas pemanenan adalah sebesar 314,80 m3/hari. Jika dihitung dalam satuan ton maka produktivitas pemanenan adalah sebesar 286,47 m3/hari.

Produktivitas pemanenan kayu bukan merupakan jumlah dari produktivitas yang didapat dari setiap kegiatan pemanenan, yaitu penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan. Karena beberapa kegiatan dalam pemanenan menggunakan alat yang sama dan ada pula yang berbeda. Sehingga produktivitas yang didapat juga berbeda disetiap kegiatan dalam pemanenan.

Tabel 10 menunjukkan bahwa produktivitas pemanenan yang didapat per hari adalah sebesar 314,80 m3/jam dan jika dihitung dalam satuan rupiah dengan harga per ton kayu berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 12 tahun 2012 adalah sebesar Rp 782.000/ton, maka pendapatan per hari PT. Sumatera Riang Lestari –Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebesar Rp 246.173.600/hari. Nilai ini merupakan kisaran biaya pendapatan yang didapat dari produksi kayu per hari dari produktivitas yang dihasilkan dalam tiap kegiatan dalam pemanenan.

Produktivitas pemanenan pada hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari –Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilakukan peningkatan dengan melakukan penambahan alat potong seperti chainsaw dengan type alat yang lebih tinggi spesifikasinya.

Dokumen terkait