• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rumah Sakit Umum H. Adam Malik

4.3.2 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan

4.3.2.1Pemilihan

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh Pokja Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi sudah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium nasional, standar pelayanan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran. Pemilihan obat di Rumah Sakit merujuk kepada Formularium Nasional (Fornas), Daftar Plafon Harga Obat (DPHO).

4.3.2.2Perencanaan

Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan Pokja Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi Mutu bertujuan untuk menghindari kekosongan sediaan farmasi di Rumah Sakit namun kenyataannya masih dijumpai kekosongan obat di apotik dan depo. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah pasien akibat telah dilaksanakannya program pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan Nasional, per tanggal 1 Januari 2014 jaminan kesehatan dialihkan dari Askes ke BPJS, selain penjaminannya juga diperluas kepada seluruh masyarakat. Dilain pihak, berdasarkan SK Menkes Nomor 502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP. H. Adam Malik merupakan Pusat

Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Kebijakan ini juga berpengaruh terhadap ketersediaan obat di Rumah Sakit.

4.3.2.3Pengadaan

Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan dengan menggunakan sistem e-catalogue yang dibuat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP).

4.3.2.4Penerimaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk diantar ke IFRS, untuk diterima, diperiksa dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan Surat Pengantar Barang (SPB) dan SP oleh Pokja perbekalan, kemudian di

entry data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk ke SIRS.

4.3.2.5Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Pokja Perbekalan bertanggung jawab terhadap penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus aman dalam hal kestabilan dan terhindar dari kehilangan, suhu dimana ruangan penyimpanan 15-30ºC dan lemari pendingin 2-8ºC serta kelembaban ruangan 40-60%. Penyimpanan untuk obat berkewaspadaan tinggi (High Alert) diberi label atau penandaan khusus berwarna merah. Penyimpanan untuk bahan berbahaya, terpisah dari Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang lainnya. Penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) diberi jarak antara satu dengan yang lainnya dan diberi tanda atau label LASA berwarna hijau. Penyimpanan psikotropika dilakukan di dalam lemari khusus dan terkunci. Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus dengan sistem double lock, kunci disimpan oleh dua orang yang berbeda dan pencatatan langsung dengan kartu stok dan disusun secara alfabetis

dengan sistem first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO).

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang perbekalan Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik belum sepenuhnya sesuai dengan persyaratan penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruangan untuk menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang datang dalam jumlah besar serta masih menggunakan sistem dua arah antara Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan didistribusikan.

4.3.2.6Pendistribusian

Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk kedalam paket pelayanan atau tindakan yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor stock. Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk kebutuhan pasien rawat inap dilakukan dengan sistem one day dose dispensing. Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan. Distribusi Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor stock, resep perseorangan dan one unit dose dispensing. Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stock (paket) dan one unit dose dispensing.

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di unit-unit pelayanan seperti:

a. Depo rawat inap terpadu A (Rindu A), Depo rawat inap terpadu (Rindu B), Depo IATI, Depo IBP, Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD), Apotek I, Apotek II dan CVCU.

b. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.

4.3.2.7Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Barang yang mendekati expare date (3-6 bulan) ditarik kembali oleh Instalasi Farmasi. Apabila Obat masih bisa digunakan oleh pasien digunakan terlebih dahulu dan apabila tidak bisa digunakan lagi, Obat dikumpulkan untuk dikembalikan ke PBF. Penarikan dilakukan untuk produk yang izin edarnya telah dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik sudah mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan pemusnahan dan penarikan tersebut.

4.3.2.8Pengendalian

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sudah berjalan dengan semestinya seperti dengan melakukan

Stok opname sebulan sekali di Apotek dan Depo farmasi. Setiap tiga bulan di gudang perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai .

4.4 Pelayanan Farmasi Klinik

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan apotik II. Apoteker melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah Obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontraindikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kemudian resep ditelaah oleh Apoteker, untuk resep yang tidak tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan oleh farmasi klinis saat visite

kepada pasien. Data penggunaan obat pasien diperoleh dari wawancara dengan pasien/keluarga pasien dan dari data rekam medik.

c. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat sudah dilakukan di RSUP. H. Adam Malik dengan mengkarantinakan obat yang di bawa pasien dari luar rumah sakit, ini telah sesuai

dengan rekonsilasi obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 tahun 2014. Pencegahan ini bertujuan untuk mencegah kesalahan obat seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh Apotek I, Apotek II serta Pokja Farmasi Klinis. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan Instalasi PKRS. Kemudian setiap bulan laporan PIO didokumentasikan oleh Apotek I, Apotek II dan depo farmasi serta Pokja Farmasi Klinis.

Pelayanan informasi obat mengenai interaksi obat belum dilakukan terhadap praktisi klinis lainnya sebelum dilakukan peresepan untuk mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya jumlah obat dipasaran yang saling berinteraksi satu sama lainnya.

e. Konseling

Pelaksanaan konseling belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling hanya dilakukan pada pasien geriatri, pediatri dan pasien dengan penyakit degeneratif. Sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan konseling juga belum tersedia dengan baik, ruangan konseling kurang nyaman, terlalu ribut karena bersebelahan dengan jalan dan tempat keluar masuk pegawai dari Apotek II. Pencatatan data pasien dan data penggunaan obat belum dilaksanakan secara

kontinu sehingga belum diperoleh informasi perkembangan pasien setelah intervensi pengunaan obat.

f. Visite

Visite dilakukan oleh Apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multisiplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama Obat dan kegunaannya, aturan pemakaian dan dosis Obat yang diberikan dan efek samping Obat.

Kegiatan visite belum dilakukan secara menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan jumlah Apoteker di pokja Farmasi Klinis masih kurang sehingga diperlukan penambahan tenaga Apoteker. Perbandingan jumlah pasien rawat inap dengan Apoteker belum sebanding yakni 1 apoteker melayani 30 pasien, sehingga perlu ditambah lagi tenaga apoteker. Optimalisasi penyampaian informasi kurang tercapai akibat obat yang akan diberikan tidak tersedia dihadapan pasien.

g. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite, namun belum dilakukan secara berkesinambungan.

h. Monitoring Efek Samping Obat

Kegiatan MESO di RSUP. H. Adam Malik sudah dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di RSUP. H. Adam Malik dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan efek samping obat yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja farmasi klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang efek samping obat yang

jarang dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir MESO dan selanjutnya dikirimkan ke Pusat MESO Nasional.

i. Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi penggunaan obat ditandai dengan stempel review oleh farmasi. Hal ini sudah dilakukan bersamaan dengan visite dan sudah didokumentasikan tetapi belum maksimal.

j. Dispensing sediaan steril

Dispensing khusus di RSUP H. Adam Malik meliputi pencampuran obat kemoterapi dan pencampuran obat suntik KCI. Pencampuran obat suntik KCI di RSUP H. Adam Malik dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi di depo farmasi dan jika diluar jam kerja akan dilakukan di depo farmasi IGD, kecuali di ruang ICU, OK, HDU, HCU dan IGD dilakukan oleh perawat. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan KCI di ruang tersebut dibutuhkan segera sehingga akan memakan waktu lebih lama jika harus ditangani oleh Instalasi Farmasi, yang akan berpengaruh pada keselamatan pasien. Selain itu, perawat yang berada di ruang tersebut telah mendapat pelatihan mengenai prosedur pencampuran obat suntik yang baik dan benar. Pendokumentasian pencampuran obat suntik KCl belum dilakukan.

Pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi. Ruangan pencampuran kemoterapi merupakan ruang clean room dan sudah terjaga baik, karena telah memiliki ruang pencampuran, ruang antara dan ruang administrasi yang berbeda. Pendokumentasian pencampuran obat kemoterapi juga sudah dilakukan dengan baik setiap bulan.

k. Pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar Obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik belum dilakukan karena tidak ada permintaan.

Dokumen terkait