• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KONDISI UMUM KEPULAUAN SERIBU

5.1 Demografi Kepulauan Seribu

5.1.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu

5.2.1.1 Kegiatan Perikanan

Mata pencaharian utama penduduk Kepulauan Seribu adalah sektor perikanan, baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil perikanan. Seperti halnya kondisi yang terjadi di perikanan Laut Jawa pada umumnya, potensi sumberdaya perikanan di kawasan Kepulauan Seribu cenderung mengalami ancaman tangkap lebih (over-fishing). Oleh karenanya kegiatan budidaya perikanan semakin ditingkatkan pengembangannya untuk meningkatkan nilai tambah bagi nelayan. Budidaya perikanan yang dikembangkan diantaranya adalah ikan kerapu (Epinephelus

spp), rumput laut (Eucheuma sp), kerang mutiara (Pinctada sp), ikan baronang (Siganus sp), teripang (Holothuria sp dan Stichopodidae), dan berbagai jenis ikan demersal lainnya.

Sedang pengolahan hasil perikanan antara lain pengolahan rumput, pengasinan ikan, dodol, dan manisan rumput laut, kerupuk ikan dan pengolahan teripang. Selain itu berkembang pula industri pembuatan kapal kayu tradisional (kapal penangkapan ikan maupun kapal angkutan) dan pembuatan keripik sukun (pengolahan hasil tanaman kebun).

A. Perikanan Tangkap

Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan umumnya penangkapan ikan karang (ikan demersal) untuk konsumsi dan ikan hias. Lokasi penangkapan terletak di perairan Kepulauan Seribu hingga laut lepas yaitu di perairan Laut Jawa sekitar Pulau Bawean, perairan Kalimantan, perairan Pulau Natuna dan perairan Pulau Bangka Belitung.

Alat yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan yaitu jaring muro-ami, bubu, jaring insang, jaring kongsi, bubu, dan jaring cebur. Sedangkan pengeboman masih digunakan di beberapa tempat, sehingga mengakibatkan rusaknya hamparan terumbu karang yang merupakan habitat ikan hias dan biota laut lainnya.

Jaring muro-ami (drive-in net) yang bentuknya seperti "trawl" dengan sepasang sayap panjang dan dilengkapi dengan kantong, dioperasikan di sekitar terumbu karang dengan cara menempatkan jaring tersebut pada suatu lokasi yang tepat kemudian beberapa orang nelayan perenang dan penyelam melakukan proses penggiringan ikan menuju ke arah jaring.

Jaring insang, bubu dan pancing juga digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang hidup di sekitar terumbu karang baik ikan konsumsi seperti ekor kuning dan kerapu maupun ikan hias seperti ikan kepe-kepe (Chaetodon sp.), kakatua (Scarus sp.), dan betok hitam (Pomacentrus brachianis). Selain alat tangkap tersebut, untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil seperti tembang dan teri, digunakan jenis alat tangkap seperti bagan tancap (bamboo-flatform liftnet) dan payang (boat-seine).

Jaring muro-ami banyak ditemui di Kelurahan Pulau Tidung, jaring insang, bubu dan pancing banyak ditemui di Kelurahan Pulau Panggang, payang banyak ditemui di Pulau Kelapa, sedangkan bagan tancap banyak ditemui di Kelurahan Pulau Pari. Dari hasil pengamatan lapang di sekitar perairan Kelurahan Pulau Untung Jawa, alat tangkap bubu banyak digunakan oleh nelayan setempat. Namun di dalam buku Laporan Monografi Kelurahan Pulau Untung Jawa, data penggunaan alat tangkap bubu belum tercatat.

Penangkapan ikan dengan alat bagan tancap banyak ditemui di sekitar perairan Pulau Lancang dan Gugusan Pulau Pari yang menyebar sepanjang perairan pantai dangkal. Berdasarkan pengamatan hasil lapang banyak ditemui bangunan bagan yang tidak digunakan lagi dan dibiarkan begitu saja di perairan. Keadaan ini jika terus berlangsung akan menimbulkan permasalahan tersendiri khususnya dapat mengganggu alur pelayaran pantai, hambatan bagi pengoperasian alat tangkap jenis jaring dan merusak estetika keindahan perairan pantai. Jumlah dan jenis alat tangkap di tiap Kelurahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu disajikan pada Tabel 5.5.

Selain kegiatan penangkapan ikan demersal, penangkapan ikan pelagis kecil seperti tembang (Sardinella fimbriata), teri (Stelophorus sp.) dan selar (Selar

crumenopthalmus) yang dilakukan dengan menggunakan bagan rakit (floated bamboo-flattform lift net) atau bagan perahu (boat lift net), payang (boat seine) dan jaring insang

hanyut (drift gill net).

Tabel 5.5. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di tiap Kelurahan Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu.

Jenis Alat Tangkap

Kelurahan Muroam

i

Jaring

Insang Payang Bagan Bubu Pancing

Pulau Panggang - 121 22 - 200 532

Pulau Harapan 5 42 - - 81 111

Pulau Kelapa 4 25 120 12 17 59

Pulau Tidung 19 10 - - 30 37

Pulau Pari - 27 28 71 28 55

Pulau Untung Jawa NA NA NA 131* NA NA

Sumber: Monografi Kelurahan di Kepulauan Seribu (2005). Keterangan : NA = data tidak tersedia

*)Termasuk bagan ikan dan kerang.

Perahu/kapal penangkapan yang digunakan umumnya jenis perahu motor dengan tenaga penggerak mesin dalam (inboard engine). Sebagian besar nelayan menggunakan

kapal motor berukuran kurang dari 15 GT. Walaupun perahu layar dan dayung masih dijumpai dan digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan, dengan jumlah yang relatif sedikit. Kapal motor banyak dijumpai di Kelurahan Pulau Kelapa, perahu motor banyak dijumpai di Kelurahan Pulau Panggang, perahu layar banyak dijumpai di Kelurahan Pulau Harapan, sedangkan perahu dayung banyak dijumpai di Kelurahan Pulau Tidung. Jumlah Perahu/Kapal Penangkapan Ikan di Kelurahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Kegiatan perikanan di Kepulauan Seribu banyak yang dikelola oleh pengusaha dari Jakarta. Di Kelurahan Pulau Harapan kegiatan penangkapan ikan dikelola oleh pengusaha lokal maupun pengusaha dari Jakarta.

Tabel 5.6. Jumlah Perahu/Kapal Penangkapan Ikan di Kelurahan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu.

Jenis Perahu/Kapal Penangkapan

Kelurahan Kapal Motor Perahu Motor Perahu Layar Speedboat Perahu Dayung Pulau Panggang 84 329 - 17 - Pulau Harapan 11 75 60 - - Pulau Kelapa 106 107 40 1 - Pulau Tidung - 167 2 - 25 Pulau Pari 5 53 42 3 15

Pulau Untung Jawa 94 - - - -

Persentase (%) 24,27 59,14 11,65 1,69 3,23

Sumber: Monografi Kelurahan di Kepulauan Seribu (2005).

Selain usaha penangkapan ikan juga dijumpai industri pembuatan perahu/kapal penangkap ikan dan pembuatan alat tangkap di Pulau Panggang. Pengamatan lapang menunjukkan bahwa pengrajin kapal ikan juga dijumpai di Kelurahan Pulau Tidung. Industri-industri tersebut tergolong ke dalam industri sedang, sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Industri Sedang yang Terdapat di Kelurahan Pulau Harapan No

.

Jenis Industri Jumlah Tenaga

Kerja

Produksi per Tahun

1. Pembuatan kapal 4 pengrajin 12 orang 4 unit

2. Pembuatan bubu 3

pengusaha 15-30 orang 1270-1800 unit

3. Penangkapan ikan dengan

Muro-ami

4

pengusaha NA 70-120 ton ikan

4. Penangkapan ikan dengan

Payang

1

pengusaha NA 51 ton ikan

5. Penangkapan ikan dengan

Bubu

1

pengusaha NA 37 ton ikan

Sumber: Monografi Ekonomi Kelurahan, Kantor Pembangunan Masyarakat Desa, Propinsi DKI Jakarta (2004)

Keterangan: NA = data tidak tersedia.

Menurut Raharjo (1990), unit usaha yang menggunakan perahu tanpa motor hanya akan menghasilkan produksi sekitar 35 % dari total produksi yang dihasilkan dengan menggunakan perahu bermotor. Penggunaan perahu bermotor ataupun kapal motor memungkinkan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan pada wilayah jelajah yang lebih luas dengan waktu perjalanan yang juga lebih panjang. Lokasi penangkapan ikan nelayan Kepulauan Seribu meliputi perairan Kepulauan Seribu hingga Bangka – Belitung.

Nelayan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, terbagi dalam dua status yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh (pekerja). Berdasarkan catatan dinas perikanan DKI Jakarta, 2001 nelayan Kepulauan Seribu terdiri dari nelayan asli dan nelayan pendatang. Tahun 2001 tercatat sebanyak 4.171 orang nelayan di kawasan Kepulauan Seribu seperti Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Kondisi Nelayan di Kepulauan Seribu Tahun 2002

Status Nelayan Nelayan

Penetap Nelayan Pendatang Jumlah Pemilik 864 35 899 Pekerja 2.342 930 3.272

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan Jakarta Utara, 2004

Berdasarkan Tabel 5.8. terlihat bahwa 21,55% berstatus nelayan pemilik dan 78,44% sebagai nelayan pekerja. Sedangkan nelayan penetap sebanyak 96,10% dan nelayan pendatang 1,94% yang umumnya datang dari daerah pesisir utara Jawa (Subang, Indramayu, Karimun Jawa serta dari Sulawesi) untuk keperluan bahan bakar dan perlengkapan kebutuhan penangkapan.

Armada penangkapan ikan tradisional dengan skala kecil seperti bubu, pancing dan bagan umumnya milik nelayan setempat. Sedangkan armada penangkapan ikan yang lebih maju dengan skala usaha sedang umumnya dimiliki oleh pengusaha dari Jakarta dan Bangka Belitung. Armada-armada penangkapan ini menggunakan alat tangkap payang dan muro-ami yang mempekerjakan penduduk setempat khususnya penduduk di Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Harapan dan Kelurahan Pulau Tidung sebagai anak buah kapal (ABK). Penghasilan yang diperoleh ABK didapat melalui sistem bagi hasil dengan pemilik kapal muro-ami sebagaimana yang dijumpai di Kelurahan Pulau Panggang dan Kelurahan Pulau Harapan. Sistem bagi hasil yang diterapkan berbeda dengan sistem bagi hasil pada umumnya, dimana nelayan menerima pendapatan berdasarkan hasil tangkapan yang dijual langsung ke pemilik dengan harga yang ditetapkan oleh pemilik armada penangkapan tersebut tanpa adanya pemotongan biaya operasi penangkapan. Umumnya harga tersebut dua sampai tiga kali lebih rendah dari harga di pasaran.

Di Kelurahan Pulau Tidung dilakukan sistem gaji dan pemberian jaminan hidup berupa beras kepada keluarga yang ditinggalkan. Nelayan penyelam memperoleh satu setengah bagian yang lebih besar dari nelayan yang bekerja di atas dek. Nelayan penyelam menerima sebesar Rp. 1. 250.000 per`empat bulan dan gaji nelayan yang bekerja di atas dek sebesar Rp. 750.000 per empat bulan operasi di laut. Sistem pembagian hasil kegiatan perikanan terutama penangkapan berbeda dari satu pulau ke pulau lainya.

Sistem pembayaran hasil produksi beragam mulai dari pembayaran kontan, cicilan, bayar kemudian maupun bayar sebelum kegiatan penangkapan dilakukan. Namun umumnya pembayaran hasil produksi dilakukan secara kontan. Sistem pembayaran hasil penangkapan di empat kecamatan Kepulauan Seribu (Tahun 1999), dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Sistem pembayaran pada beberapa kasus dilakukan dengan sistem kontrak. Nelayan Muroami di Pulau Tidung menerima sistem kontrak bulanan sebesar (Rp 200.000/bl), selama 4 bulan penangkapan di Perairan Bangka-Belitung. Selain itu mereka masih mendapatkan bonus dari hasil pengangkutan ikan yaitu sebanyak Rp 500/bakul. Sedangkan nelayan harian umumnya memberlakukan sistem pembagian hasil tangkapan.

Tabel 5.9. Sistem Pembayaran Hasil Penangkapan Ikan

Kelurahan Bayar Kontan Cicilan Bayar Kemudian Bayar di Awal Kel P Panggang 95.21 - 4.11 0.68 Kel P Tidung 95.24 - 0.95 3.81 Kel P Kelapa 94.49 1.57 0.74 0.58

Kel P Untung Jawa 91.18 0.74 - 8.08

Produksi tangkapan ikan oleh nelayan dipengaruhi oleh musim, jenis alat tangkap dan sarana transportasi yang digunakan. Sebagian besar produksi merupakan jenis ikan pelagis kecil dengan produksi tertinggi adalah ikan kembung yaitu sebesar 110.000 kg/tahun. Jenis ikan dasar yang tercatat adalah ikan kakap dengan produksi sebesar 18.552 kg/tahun.

Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan Kepulauan Seribu antara lain ikan ekor kuning, selar, kakap, kembung, tongkol, tenggiri, baronang, dan sebagainya. Jenis ikan ekor kuning yang paling banyak ditangkap, yaitu sebesar (26,6%), dan jenis ikan selar yang ditangkap sebesar 15,4 %. Persentase hasil tangkapan ikan lain, seperti ikan baronang, tongkol, tenggiri, dan ikan kembung mencapai 3 hingga 4 % dari total tangkapan nelayan Kepulauan Seribu.

Pemasaran hasil tangkapan nelayan Kepulauan Seribu, selama ini diperdagangkan di TPI Muara Angke. Selain itu juga banyak di antara penangkap ikan yang menjual hasil tangkapannya langsung ke restoran, rumah makan, pusat jajan ikan bakar serta ke hotel dan penginapan di Jakarta.

Untuk mendukung berkembangnya usaha kegiatan perikanan tangkap, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merencanakan membangun tempat pendaratan ikan di Kepulauan Seribu.

B. Perikanan Budidaya

Kegiatan budidaya perikanan di perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu saat ini adalah budidaya ikan kerapu (Epinephelus spp), rumput laut (Eucheuma

sp), kerang mutiara (Pinctada sp), ikan baronang (Siganus sp), teripang (Holothuria sp

Kegiatan budidaya kerapu di perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri dari kegiatan pembibitan (hatchery) dan pembesaran, yang dikembangkan dengan usaha skala kecil hingga besar. Lokasi budidaya ikan kerapu dan ikan baronang di perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sekitar Pulau Lancang, Pulau Kongsi, Pulau Tidung, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka. Pengembangan

hatchery dan pembesaran kerapu dengan investasi besar saat ini dilakukan di gosong

Pramuka, Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Usaha pembenihan dan pembesaran ikan Kakap Putih, Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Napoleon dikembangkan oleh PT. Vega Marikultur di Pulau Jukung. Sedangkan pembenihan jenis ikan bandeng dikembangkan oleh perusahaan milik Anton Saksono di Pulau Melintang.

C. Pengolahan Hasil Perikanan

Untuk memberikan nilai tambah pada produk hasil perikanan salah satunya dilakukan pengolahan dengan tujuan menghasilkan produk hasil perikanan yang lebih berkualitas. Dalam rangka meningkatkan pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada skala rumah tangga, saat ini dilakukan dengan sistem pengasinan dan pengolahan menjadi kerupuk ikan. Kegiatan pengolahan ini dijumpai di beberapa kelurahan sebagai berikut (Tabel 5.10.).

Tabel 5.10. Jumlah Pengolahan Ikan dan Rumput Laut di Kepulauan Seribu

Pengolahan ikan Budidaya laut

Kelurahan Pengasinan Kerupuk ikan Manisan Dodo l Jual Kering Kecamatan Kepulauan Seribu Utara

Kel. P. Panggang 3 - 3 1 15

Kel. P. Harapan 16 7 - - -

Kel. P. Kelapa 7 28 - - -

Kel. P. Untung Jawa 4 2 - - -

Kel. P. Tidung - 8 - 5 56

Kel. P. Pari 2 - 3 1 49

Sumber: Monografi Kepulauan Seribu, 2005

Produksi hasil pengolahan ikan menjadi kerupuk ikan, banyak ditemukan di kelurahan P. Kelapa yaitu 28 unit usaha rumah tangga (62% dari jumlah unit usaha rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu).

Sedangkan produksi ikan asin banyak ditemukan di Kelurahan Pulau Harapan yaitu 16 unit usaha rumah tangga (50% dari jumlah unit usaha rumah tangga yang memproduksi ikan asin di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Pengolahan hasil produksi rumput laut menjadi produk manisan dan dodol tidak menjadi kegiatan yang dominan, namun masyarakat lebih banyak menjual rumput laut kering. Produksi hasil pengolahan ikan dan rumput laut yang dikembangkan saat ini baru mencukupi kebutuhan masyarakat lokal, kecuali rumput laut kering biasanya dijual ke Jakarta dan Tangerang.

D. Peningkatan Penyediaan Air Tawar

Masalah air tawar merupakan masalah sangat kritis di Kep. Seribu. Saat ini penyediaan air tawar didatangkan dari P. Jawa atau Jakarta dan hanya untuk memenuhi keperluan minum dan memasak rumah. Kalau musim hujan, sebagian kebutuhan air tawar diperoleh dari penampungan air hujan. Beberapa pulau pemukiman telah mempunyai instalasi pengolahan air tawar, namun kapasitasnya belum mencukupi. Untuk keperluan lain masyarakat menggunakan air laut atau air sumur yang payau.

Untuk menunjang kebutuhan air tawar lain seperti untuk pariwisata atau industri dan pengembangan perikanan budidaya perlu dilakukan peningkatan penyediaan air tawar.

Beberapa pulau wisata umum juga menggunakan air sumur yang payau. Hal ini tentunya berkontribusi pada daya saing wisata Kep. Seribu.

5.2. Lokasi dan Pemukiman Kegiatan Sea Farming

Dokumen terkait