• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PRAKEK KERJA LAPANGAN

Dalam dokumen Laporan Praktek Kerja Lapangan Puskesmas (Halaman 33-49)

4.1 Kegiatan Kefarmasian

Kegiatan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati meliputi : 4.1.1 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :

a. Perkiraan jenis dan jumlah perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Perencanaan kebutuhan obat-obatan di Puskesmas Kecamatan kramat Jati dilakukan dengan sistem Botoom-up. Dimana dalam sistem tersebut, seluruh poli yang ada di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dan seluruh Puskesmas Kelurahan

kesehatannya. Seluruh rancangan perencanaan kebutuhan tersebut kemudian dirangkum dan dirancang sedemikian rupa oleh koordinator Farmasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati menjadi suatu dokumen perencanaan yang akan diajukan. Data yang diperlukan antara lain:

a. Data pemakaian obat satu tahun sebelumnya dari Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

b. Data penyakit

c. Frekuensi distribusi obat oleh gudang farmasi 4.1.2 Pengadaan

Tujuan pengadaan adalah memenuhi kebutuhan obat, alat kesehatan, reagent, serta film rongent yang dibutuhkan di Puskesmas. Kebutuhan ini dilakukan berdasarkan. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) yang telah dibuat. Sumber anggaran dana untuk pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berasal dari APBD dan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).

Maksud dan tujuan suatu sistem pengadaan yang dikelola secara baik untuk :

a. Memperoleh obat dengan jumlah dan jenis yang tepat (sesuai dengan kebutuhan).

b. Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu.

c. Optimalisasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan atau permintaan yang baik.

Pengadaan kebutuhan obat-obatan maupun alkes tersebut dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan yang telah dibuat dan pendanaannya berasal dari subsidi pemerintah daerah. Pengadaan di Puskesmas Kramat Jati dilakukan dengan cara:

a. Pengadaan langsung : Untuk pembelian obat-obatan maupun alkes yang nominalnya kurang dari 100 juta rupiah dengan membandingkan harga dan spesifikasi produk dari minimal 2 penyedia barang.

b. Lelang sederhana : Pengadaan obat, alat kesehatan, reagent ataupun kebutuhan rongent yang nominalnya 100 – 200 juta rupiah. Calon terpilih minimal tiga rekanan.

c. Lelang umum : Pengadaan obat, alat kesehtan, reagent ataupun kebutuhan rongent yang nilai nominalnya lebih dari 200 juta. Dan proses pelelangan dilakukan setiap 1 tahun sekali melalui media internet.

4.1.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam menerima obat-obatan baik dari pemasok maupun dari suatu unit pelayanan kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dari unit yang bersangkutan. Di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati penerimaan dilakukan oleh penanggung jawab gudang induk menggunakan sistem satu pintu, yaitu semua obat yang datang baik dari pembelian Puskesmas maupun bantuan dari instansi lain termasuk buffer stock diterima di gudang induk. Sebelum diterima obat-obatan tersebut diperiksa untuk disesuaikan dengan jenis dan jumlah obat yang dikirim. Selanjutnya dicatat di komputer dan kartu stock

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang sesuai dan aman.

Tujuan dari penyimpanan obat adalah : a. Memelihara mutu obat

b. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab c. Menjaga kelangsungan persediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Untuk menjamin mutu maka pengeluaran obat dari penyimpanan dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out). Obat golongan psikotropik dan narkotik disimpan terpisah di dalam lemari khusus dan terkunci.

Gudang penyimpanan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati terdiri dari :

a. Gudang Induk

Gudang untuk menyimpan obat dan alat kesehatan yang berasal dari pemasok dan bantuan dari instansi lain untuk selanjutnya didistribusikan ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dan seluruh Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Kramat Jati

b. Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan

Gudang untuk menyimpan obat-obat yang dibutuhkan oleh apotek Kecamatan Kramat Jati, apotek di pelayanan 24 jam serta RB dan ruang tindakan.

c. Gudang Apotek

Gudang untuk menyimpan obat yang diperlukan dalam pelayanan obat di apotek kecamatan. Persyaratan gudang obat antara lain :

2. Ada ventilasi agar ada aliran udara

3. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindari cahaya langsung

4. Menghindari pembuatan sudut lantai dinding yang tajam 5. Dinding dibuat licin

6. Mempunyai ruangan khusus untuk gudang dan pelayanan 7. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci

8. Ada lemari atau laci khusus untuk narkotika yang selalu terkunci

Persyaratan penyimpanan dan kesetabilan obat harus dijaga dan dihindari dari faktor-faktor sebagai berikut :

1. Kelembaban

Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehinga dapat mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :

• Ventilasi harus baik, jendela dibuka • Simpan obat sesuai petunjuk penyimpanan

• Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka • Pengaturan suhu yang tepat pada AC/Kipas Angin

2. Sinar matahari

Kebanyakan cairan, larutan, dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Cara mencegahnya dapat dilakukan sebagai berikut :

• Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka • Obat yang penting diletakkan dalam lemari • Jendela – jendela diberi gorden

3. Temperatur atau panas

Obat sangat sensitif terhadap pengaruh panas. Sediaan berupa salep, krim, suppositoria dapat meleleh, oleh karena itu hindari dari udara panas. Beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 – 8 ˚C seperti vaksin, insulin dll.

4. Kerusakan fisik

Untuk menghindari kerusakan fisik :

• Dos obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dos bagian tengah akan pecah dan rusak sehingga akan kesulitan dalam mengambil obat di dalam dos terbatas.

• Hindari kontak dengan benda tajam 5. Kontaminasi bakteri

Wadah obat harus selalu tertutup rapat, apabila wadah terbuka maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur. Sediaan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kematian bagi pasien.

6. Pengotoran

Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit dibaca, oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali, lantai disapu dan dipel, dinding rak dibersihkan.

4.1.5 Pendistribusian

Alur pendistribusian obat dan Alkes di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati:

a. obat-obatan maupun alkes yang disimpan di gudang penyalur/induk. Kemudian gudang penyalur/induk akan mendistribusikan obat-obatan tersebut ke gudang Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan. Pendistribusian obat dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun sedangkan alkes didistribusikan setiap bulan. Gudang induk juga menyimpan persediaan cadangan atau buffer stok, sehingga bila obat-obatan yang telah didistribusikan tersebut habis sebelum waktunya atau kurang karena pasien melonjak atau meningkatnya kejadian penyakit di masyarakat, maka Puskesmas kecamatan maupun kelurahan dapat melakukan permintaan dengan mengajukan dokumen permintaan ke gudang induk. Dengan demikian kebutuhan obat-obatan dapat terjamin pemenuhannya.

b. Obat maupun alkes yang didistribusikan dari gudang induk ke gudang Kecamatan, selanjutnya akan didistribusikan ke apotek Puskesmas Kecamatan, Pelayanan 24 jam, RB dan ruang tindakan tiap awal bulan atau bila terjadi kekurangan obat dapat mengajukan surat permintaan untuk didistribusikan kembali. 4.1.6Pelayanan Sediaan Farmasi di Apotek

Tujuan pelayanan sediaan farmasi adalah agar pasien mendapatkan obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat informasi bagaimana menggunakannya.

Pelayanan resep di apotek Puskesmas Kecamatan kramat Jati, dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Jumlah resep perhari rata-rata 300 – 500 lembar resep. Pelayanan resep yang masuk ke apotek akan melalui prosedur sebagai berikut :

Keterangan :

a. Penerimaan resep

Resep dibawa oleh pasien ke apotek. Selanjutnya pasien meletakkan resep di tempat yang telah disediakan.

b. Pemberian nomor

Resep yang telah diterima oleh petugas apotek, kemudian diberi nomor sesuai dengan urutan peletakan resep serta diberi cap paraf petugas.

c. Penulisan etiket

Resep diberi nomor dan cap (tanggal dan paraf

petugas)

Pasien menyerahkan resep

Penyerahan obat dan pemberian informasi obat

kepada pasien Pemeriksaan kembali obat

yang akan diserahkan Penyiapan obat sesuai resep

Resep yang telah diberi nomor lalu diserahkan pada bagian penyiapan obat untuk diberikan etiket. Penulisan etiket oleh petugas sesuai dengan keterangan cara pemberian yang tertera pada resep.

d. Penyiapan obat

Petugas mengambil resep beserta etiket untuk disiapkan obat – obatnya sesuai dengan yang tertera pada resep. Untuk peracikan obat seperti puyer, telah dipersiapkan terlebih dahulu dalam jumlah banyak oleh petugas yang bertanggung jawab pada penyiapan puyer. Sehingga petugas hanya perlu mengambil puyer tanpa harus meraciknya setiap kali menyiapkan obat, hal ini dapat mempercepat waktu penyiapan obat sehingga pasien tidak perlu menunggu lama.

Sediaan puyer yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati telah diformulasikan sesuai standar hasil perumusan dan kesepakatan semua dokter dan apoteker di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

Puyer standar terdiri dari :

• Puyer untuk batuk-pilek-panas : PDEX

• Puyer untuk diare : GEA

• Puyer turun panas : PTP e. Pemeriksaan obat

Obat yang telah disiapkan oleh petugas sesuai dengan resep dokter, kemudian diberikan kepada petugas bagian penyerahan beserta resepnnya untuk diperiksa kembali apakah obat yang telah disiapkan sesuai dengan yang tertera pada resep.

Setelah obat diperiksa dan sesuai dengan resep kemudian resep tersebut diparaf oleh petugas penyerahan obat.

f. Penyerahan obat

Obat kemudian diberikan kepada pasien atau keluarga yang bersangkutan dan diberikan informasi secukupnya tentang cara penggunaan obat. Hal ini dilakukan agar obat yang diberikan benar dan tidak tertukar dengan pasien lain.

4.1.7Pencatatan dan Pelaporan

Resep-resep yang masuk ke apotek setiap harinya divalidasi oleh petugas apotek sehingga pemakaian obat-obatan tersebut tercatat dan tersimpan dengan baik. Melalui hal tersebut maka dapat diketahui pemakaian obat harian, mingguan, bulanan, dan pemakaian obat tahunan. Dengan pencatatan tersebut selanjutnya dilakukan pelaporan. Farmasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati membuat laporan, antara lain :

Laporan bulanan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat) dari Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan Kramat Jati setiap bulan ke Sudin Kesehatan Jakarta Timur

Pemakaian Obat GAKIN setiap bulan ke Sudin Kesehatan Jakarta Timur Pemakaian Alkes setiap bulan ke Sudin Kesehatan Jakarta Timur

Pemakaian Narkotika dan Psikotropika setiap bulan ke Sudin Kesehatan Jakarta Timur

Pemakaian Methadon setiap bulan ke RSUP Fatmawati Jakarta

Persediaan obat dan alkes di gudang induk dan puskesmas kelurahan setiap tiga bulan ke Tata Usaha Puskesmas.

BAB V PEMBAHASAN

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada periode 20 Februari – 2 Maret 2012. Kegiatan PKL yang dilakukan meliputi kegiatan kefarmasian di apotek dan kegiatan di Program Terapi Rumatan Metadin (PTRM).

Kegiatan kefarmasian yang dilakukan selama PKL di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pencatatan dan pelaporan. Perencanaan dibuat setelah terkumpulnya usulan perencanaan dari 8 puskesmas kelurahan dan puskesmas Kecamatan Kramat Jati itu sendiri. Perencanaan dilakukan setiap satu tahun sekali. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas, perencanaan direalisasikan dalam bentuk kegiatan pengadaan obat. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem lelang melalui media internet dengan menggunakan dana subsidi dari Pemerintah dengan anggaran yang telah ditetapkan. Penerimaan obat dilakukan oleh petugas dengan melakukan pengecekan terhadap obat – obatan yang diterima seperti memeriksa dan meneliti kondisi barang (warna dan kemasan), jumlah barang, nama barang dan tanggal kadaluwarsa. Setiap penerimaan obat dicatat di komputer dan kartu stock.

Perbekalan farmasi yang telah diterima disimpan dalam gudang induk untuk obat selanjutnya disalurkan ke gudang kecamatan dan 8 gudang puskesmas kelurahan sebanyak empat kali dalam setahun. Obat yang disimpan di gudang kecamatan didistribusikan ke gudang apotek, pelayanan 24 jam, Ruang Bersalin, dan ruang tindakan tiap awal bulan. Obat disimpan di gudang penyimpanan disesuaikan dengan sifat-sifat obat tersebut dan dikeluarkan dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) untuk menjamin mutu obat. Suhu penyimpanan di gudang induk sebaiknya sejuk. Pada kenyataannya gudang induk yang dimiliki Puskesmas Kramat Jati tidak cukup sejukdan terasa pengap karena tidak memiliki Air Conditioner (AC) seperti di gudang kecamatan yang kondisinya sejuk. Untuk penyimpanan narkotik dan psikotropik harus didalam lemari khusus dan penyimpanannya sudah sesuai, baik di gudang induk, gudang kecamatan dan gudang apotek. Selain itu di gudang induk dan gudang Puskesmas Kecamatan Kramat Jati juga tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan suppositoria dan ovula. Namun, di gudang apotek tidak tersedia lemari pendingin untuk menyimpan sediaan suppositoria dan ovula.

Pendistribusian obat ke tiap Puskesmas Kelurahan sesuai usulan perencanaan Puskesmas Kelurahan. Setelah itu dibuat pendistribusian dan jadwal pengiriman obat. Apabila ada kekurangan sebelum ataupun sesudah dilakukan distribusi berikutnya, maka Puskesmas Kelurahan dan Puskesmas Kecamatan dapat mengajukan permintaan ke gudang induk. Hanya saja permintaan tersebut tidak bisa dilayani saat hari itu juga dikarenakan penanggung jawab gudang induk yang juga merangkap pekerjaan seperti di pelayanan apotek.

Untuk memudahkan pencatatan dan pelaporan setiap hari setelah pelayanan, lembar resep yang diterima apotek dikumpulkan, di validasi, kemudian disusun berdasarkan golongan pasien yaitu pasien Umum, Askes, Jamsostek, Gratis, dan Gakin. Resep yang tercantum obat penenang ikut dipisahkan. Kemudian resep yang telah dipisahkan dihitung, dicatat dan disimpan di tempat penyimpanan resep.

Adapun pencatatan yang dibuat oleh Apotek Kecamatan Kramat Jati antara lain : pencatatan jumlah resep dalam buku resep harian, pencatatan jumlah obat dalam kartu stok, dan validasi obat yang tertulis pada resep setiap hari. Sedangkan, kegiatan pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan pemakaian obat dalam formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang direkap tiap bulan oleh masing-masing puskesmas kelurahan dan puskesmas kecamatan untuk selanjutnya digunakan sebagai usulan perencanaan pada tahun berikutnya dan sebagai acuan untuk dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur.

Secara keseluruhan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati telah berjalan sesuai visi dan misinya. Hal ini tidak terlepas dari peran tenaga farmasi dan tenaga kesehatan untuk ikut berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Bentuk pelayanan farmasi yang lain adalah pelayanan di apotek puskesmas yang meliputi peneriman resep, pamberian nomor dan cap (tanggal dan paraf petugas), pengerjaan resep oleh petugas, pengecekkan kembali dan penyerahan obat kepada pasien yang disertai dengan memberi informasi tentang pemakaian obat. Melihat sering terjadi ketidaktertiban pengambilan obat, mungkin perlu ada nomor antrian untuk pasian. Sebab untuk saat ini hanya berupa penulisan nomor diresep, sehingga

memungkinkan terjadi penyerahan obat yang tidak berurutan dengan nomor yang tertera diresep.

Pada penulisan etiket untuk antibiotik seharusnya disertakan keterangan “dihabiskan”, namun kenyataannya hal ini tidak dituliskan melainkan hanya diberikan informasi oleh petugas saat penyerahan obat. Hal tersebut bisa saja terjadi pasien lupa akan informasi yang disampaikan. Sama halnya pada sediaan obat syrup seperti cotrimoksazol dalam penyiapannya juga tidak disertai penempelan etiket “kocok dahulu”, namun kenyataannya hanya diberikan informasi oleh petugas saat penyerahan obat. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari tidak berkhasiatnya obat dan over dosis, akibat dari sifat obat yang mudah mengendap sehingga perlu dilakukan pengocokan terlebih dahulu.

Pada proses pembuatan obat racikan, selazimnya obat diracik menggunakan lumpang dan alu karena dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi antara bahan obat dengan alat tersebut. Akan tetapi, di Puskesmas Kramat Jati obat diracik dengan menggunakan blander karena jumlah obat yang dibuat cukup besar. Namun yang harus diperhatikan saat meracik menggunakan blender adalah suhu yang dihasilkan oleh blender jangan sampai panas, karena peningkatan suhu dapat mengakibatkan rusaknya obat tersebut. Oleh karena itu, ketika suhu blender mulai menghangat maka proses peracikan dihentikan.

Serbuk puyer yang telah diracik tadi kemudian dibungkus dengan kantong puyer lalu dipress. Mengingat harga kertas puyer yang cukup mahal dan kuantitas untuk satu bungkus yang besar, maka dalam satu bungkus digunakan untuk dosis dua kali pemakaian. Sehingga etiket yang tertulis untuk sekali pakai adalah setengah bungkus.

Hal ini sebaiknya dihindari untuk dilakukan karena cukup menyulitkan keluarga pasien dalam menyiapkan obat dan kemungkinan dosis yang diminum tidak sesuai karena tidak terbagi rata. Sementara untuk obat dalam dosis kecil yang seharusnya diracik, hanya diberikan obatnya dan pasien yang harus membaginya sendiri. Hal ini tentu saja juga menyulitkan pasien terutama jika tablet yang harus dibagi bentuknya kecil.

Selain kegiatan kefarmasian di apotek, kegiatan PKL juga berlangsung di Program Terapi Rumatan Metadon. PTRM merupakan penggunaan metadon dalam program pengganti heroin yang dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Kramat Jati merupakan satelit dari Rumah Sakit Fatmawati. Tenaga yang terlibat adalah dokter, tenaga farmasi, dan perawat.

Pasien PTRM tidak hanya sekedar mendapat obat, tetapi mereka juga mendapat konseling baik dari dokter maupun dari tenaga farmasi. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari terapi, karena dengan melakukan konseling akan tumbuh hubungan yang baik antar dokter atau tenaga yang terlibat dengan pasien. Hubungan baik tersebut akan memberi perasaan nyaman pada diri pasien.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1) Puskesmas Kramat Jati sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008, maka pengelolaan dan pelayanan obat di apotek Puskesmas Kramat Jati sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

2) Kedisiplinan kerja pegawai Puskesmas Kramat Jati sangat baik, sehingga tujuan pelayanan kesehatan dapat tercapai dan terpenuhinya kepuasan pelanggan.

3) Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan.

4) Mahasiswa telah mengetahui peran dan fungsi Ahli Madya Farmasi di puskesmas.

6.2 Saran

1) Pemberian Air Conditioner (AC) pada gudang induk agar suhu di dalam sejuk dan obat tidak rusak.

2) Penyimpanan obat sediaan suppositoria di apotek sebaiknya disimpan di lemari pendingin agar stabilitasnya tetap terjaga.

3) Penempelan etiket ”kocok dahulu”, agar tercapainya ketepatan dosis dan dalam penyediaan obat perlu diperhatikan lagi higienitasnya.

4) Kurangnya tenaga farmasi, sehingga perlu ada penambahan tenaga farmasi 5) Pengadaan nomor antrian pasien saat mengambil obat, agar tercipta ketertiban

saat pengambilan obat.

Dalam dokumen Laporan Praktek Kerja Lapangan Puskesmas (Halaman 33-49)

Dokumen terkait