• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASARAN KEGIATAN PRIORITAS PADA PROGRAM PRIORITAS PERLUASAN AKSES USAHA MIKRO, KECIL, DAN KOPERASIPRIORITAS NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Tema dan Sasaran Pembangunan

SASARAN KEGIATAN PRIORITAS PADA PROGRAM PRIORITAS PERLUASAN AKSES USAHA MIKRO, KECIL, DAN KOPERASIPRIORITAS NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN

No Program/Kegiatan

Prioritas Sasaran Lokasi

Perluasan Akses Usaha Mikro, Kecil, dan Koperasi

1. Peningkatan Kualitas

Produk dan Akses Pemasaran

 Terfasilitasinya 317.550 UMKM untuk mendapatkan

sertifikasi, standardisasi, merek, dan pengemasan.  Pusat.

 Terbangunnya 26 pasar rakyat yang dikelola koperasi

dan penataan sarana usaha bagi 1.000 pedagang kaki lima.

 Pusat.

 Terfasilitasinya 84 koperasi/sentra usaha mikro untuk

penguatan sistem bisnisnya.  Pusat.

 Terselenggaranya 6 pameran dan fasilitasi promosi

bagi 2.600 pelaku Koperasi dan UMKM.  Pusat.

2. Perluasan Akses

Pembiayaan  Tersalurkannya modal usaha bagi 117.700 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan 450 kelompok tani desa.

34 provinsi.

 Terdampinginya 15.000 usaha mikro untuk

mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR).

 Pusat.

 Tersalurkannya modal awal usaha bagi 1.200

wirausaha baru.

 Pusat.

3. Pengembangan

Keterampilan dan Layanan Usaha

 Terbangunnya 5 unit Pusat Layanan Usaha Terpadu

bagi Koperasi dan UMKM.

 5

provinsi/kab/ kota.

4. Pengembangan

Kewirausahaan  Terlaksananya pelatihan kewirausahaan bagi 50.850

orang.

 34 Provinsi.

 Terlaksananya fasilitasi pengembangan wirausaha

bagi 200 pelaku usaha kreatif, 50 perguruan tinggi, dan 10 inkubator.  Pusat. 5. Penguatan Kelembagaan Koperasi, Kemitraan, dan Perlindungan Usaha

 Terlaksananya fasilitasi kelembagaan usaha koperasi

bagi 2.496 kelompok.

 34 provinsi.

 Terlaksananya pelatihan penguatan tata kelola

koperasi bagi 1.035 orang.

 Pusat.

 Legalisasi 1.100 koperasi melalui fasilitasi akta

koperasi.

Perluasan akses bagi usaha mikro, kecil dan koperasi, sangat diperlukan terutama untuk meningkatkan produktivitasnya yang masih rendah. Hal ini merupakan akibat dari keterbatasan akses usaha mikro, kecil, dan koperasi ke sumber daya produktif, seperti pembiayaan, bahan baku, informasi, teknologi, dan layanan sistem pendukung. Dari sisi pengembangan kewirausahaan, ekosistem kewirausahaan yang kondusif juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan SDM wirausaha baru yang unggul. Sementara dari sisi koperasi, sebagian besar koperasi belum mampu meningkatkan efisiensi dan posisi tawar usaha mikro dan kecil. Berbagai sasaran kegiatan pada program prioritas perluasan akses usaha mikro, kecil, dan koperasi merupakan bagian dari upaya menjawab kendala dan tantangan yang dihadapi saat ini.

4.8Infrasruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman

Sesuai dengan kerangka umum pembangunan infrastruktur RPJMN 2015-2019, Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman dititikberatkan pada: (1) penyediaan pelayanan dasar, termasuk dalam mendukung aksesibilitas daerah perbatasan dan tertinggal, serta meningkatkan keselamatan transportasi; (2) infrastruktur mendukung sektor unggulan, melalui pembangunan konektivitas dengan tol laut sebagai tulang punggung serta pembangunan jaringan serat optik, untuk mendukung kawasan pertanian, industri dan pariwisata; serta (3) infrastruktur perkotaan, termasuk pengembangan angkutan umum masal dan pengembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung pengembangan smart city.

Pembangunan infrastruktur membutuhkan dana yang sangat besar dengan kebutuhan investasi 2015-2019 sekitar Rp4.796 Triliun, sedangkan anggaran pemerintah (APBN dan APBD) hanya dapat menutupi sekitar 41,3% dari kebutuhan tersebut. Paradigma baru pendanaan infrastruktur adalah menjadikan APBN/APBD sebagai sumberdaya terakhir (last resource). Pendanaan infrastruktur diutamakan melalui skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) serta Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sebagaimana diatur di dalam Perpres Nomor 38/2015.

Pada tahun 2018, pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan proyek yang telah disiapkan dengan skema KPBU pada tahun sebelumnya serta menambah proyek-proyek KPBU yang baru. Dengan dukungan peraturan perundang-undangan terkait KPBU yang telah memadai diharapkan inisiasi-inisiasi baru proyek KPBU baik untuk infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur sosial terus bermunculan. Untuk mendorong hal tersebut, perlu dilakukan pemrioritasan proyek melalui penyusunan kajian awal prastudi kelayakan yang komprehensif. Sebagai upaya untuk mendorong pemrioritasan proyek tersebut, langkah yang perlu dilakukan Pemerintah antara lain:

1. menyediakan fasilitasi pendampingan penyusunan kajian awal prastudi kelayakan untuk sekurang-kurangnya 6 proyek yang meliputi infrastruktur ekonomi dan sosial;

2. meningkatkan koordinasi dengan mengoptimalkan Kantor Bersama KPBU Republik Indonesia;

3. menyelenggarakan peningkatan kapasitas SDM aparatur negara dan konsultan melalui kerjasama dengan instansi terkait;

4. mencari sumber-sumber pembiayaan dalam penyiapan proyek KPBU agar proyek KPBU dapat distrukturkan dan dapat dipromosikan dengan baik sehingga dapat menarik minat investor; dan

5. menyusun daftar rencana KPBU dan alat-alat bantu penyiapan proyek KPBU untuk mempercepat pemerintah dalam implementasi KPBU di Indonesia.

Selain dengan skema KPBU, pemerintah berkomitmen untuk mendorong innovative financing melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA). PINA merupakan skema pembiayaan dengan memanfaatkan sumber-sumber dana jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi. Pemerintah berperan sebagai penghubung serta fasilitator untuk melakukan konsolidasi dana jangka panjang yang kemudian diarahkan untuk pembiayaan proyek investasi.

Pemerintah telah menunjuk Menteri PPN/Kepala Bappenas sebagai Koordinator PINA. Penunjukan ini masih sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2016. Perpres ini menyatakan bahwa Bappenas memiliki fungsi untuk pengkoordinasian, fasilitasi dan pelaksanaan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian dana untuk pembangunan bersama instansi terkait. Dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinasi PINA, Menteri PPN/Kepala Bappenas melakukan koordinasi, fasilitasi dan intermediasi dengan para pemangku kepentingan yang terlibat. Untuk mempermudah proses dan pelaksanaan fasilitasi ini, akan disusun Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas yang akan mengatur tata cara pelaksanaan fasilitasi PINA.

Arah Kebijakan dan Sasaran Umum

Arah kebijakan Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman tahun 2018, adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan aksesibilitas pada kawasan perbatasan dan tertinggal melalui penyediaan infrastruktur dan layanan transportasi. Penyediaan infrastruktur transportasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dan tertinggal, serta memudahkan akses bagi pelayanan dasar lainnya seperti kesehatan dan pendidikan.

2. Pengembangan konektivitas untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik, dan integrasi antarmoda dalam rangka mendorong pengembangan wilayah strategis. Pengembangan wilayah strategis di luar Pulau Jawa diharapkan dapat menekan disparitas antar wilayah dan memperlancar mobilisasi barang. 3. Infrastruktur mendukung sektor unggulan, melalui pembangunan konektivitas dengan

tol laut sebagai tulang punggung, untuk mendukung kawasan pertanian, industri dan pariwisata.

4. Pemeliharaan infrastruktur transportasi (jalan, kereta api, dermaga penyeberangan, bandara, dan pelabuhan) untuk menjaga kondisi dan kualitas layanan transportasi. Dalam rangka memperbaiki tata kelola dan manajemen pemeliharaan jalan daerah

untuk mendukung kebijakan peningkatan konektivitas nasional, pada tahun 2018 akan dikembangkan skema pendanaan hibah jalan daerah yang bersumber dari Rupiah Murni (APBN). Disamping pelaksanaan program hibah jalan daerah yang bersumber dari hibah Pemerintah Australia (DFAT/Program PRIM).

5. Pengembangan transportasi perkotaan (pengembangan jalan perkotaan dan pengembangan angkutan massal perkotaan) untuk mendorong efisiensi mobilitas perkotaan dan mengurangi berbagai eksternalitas negatif (kemacetan, kerugian bahan bakar, kerugian waktu, dan pencemaran lingkungan).

6. Pemerataan pembangunan infrastruktur TIK khususnya di daerah perbatasan dan tertinggal, serta memastikan utilisasi TIK di sektor e-Government, e-Kesehatan, e- Pendidikan, e-Logistik dan e-Commerce.

Sasaran Umum

Sasaran umum Prioritas Nasional Infrastruktur, Konektivitas dan Kemaritiman sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut.

TABEL 4.28

SASARAN UMUM PRIORITAS NASIONAL INFRASTRUKTUR, KONEKTIVITAS DAN KEMARITIMAN