• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan strategis yang dilakukan Balai PTPT adalah : 1. Penelitian arsitektur tradisional.

2. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan bahan bangunan lokal untuk menunjang pelestarian arsitektur tradisional.

3. Pengembangan teknologi bangunan dan lingkungan berbasis konsep bangunan dan lingkungan tradisional.

4. Pengembangan model eco-architectural, eco-housing, eco-tourism, dan

eco-settlement pada lingkungan permukiman tradisional.

5. Pengkajian dan penerapan teknologi tepat guna bidang permukiman pada lingkungan permukiman tradisional.

6. Adaptasi nilai-nilai tradisional pada pengembangan model bangunan dan lingkungan di kawasan strategis.

7. Penyusunan standar, pedoman, dan manual tentang teknologi bangunan dan lingkungan permukiman tradisional.

8. Penyusunan naskah akademik produk pengaturan bangunan dan lingkungan permukiman tradisional.

9. Diseminasi (seminar, pameran, dan publikasi) teknologi perumahan tradisional.

Identifikasi Obyek Substansi PekerjaanIdentifikasi Obyek Substansi PekerjaanB

A

B

5.1...Ar sitektur Vernakular

Definisi arsitektur tradisional secara umum merupakan bentuk fisik bangunan dan lingkungan disekitarnya yang berkaitan dengan tradisi atau dibangun berdasarkan tradisi. Tradisi yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang dianut oleh penghuni/pengguna bangunan maupun lingkungan setempat termasuk didalamnya tata cara dan nilai budaya. Nilai tersebut melatari semua aspek fisik bangunan dan lingkungan. Seluruh bentuk arsitektur yang direncanakan, dirancang, dan dibangun dengan berpedoman pada tradisi dapat dimasukkan ke dalam kategori arsitektur tradisional (Kusumawati, 2007:1).

Di beberapa bagian di Indonesia, terutama di area yang biasa disebut sebagai “pulau bagian dalam” -Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat- bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular Austronesia kuno telah dilebur dengan tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya. Peleburan ini terjadi dalam derajat bahwa bentuk dan fiturnya telah diubah sehingga sulit dikenali lagi ataupun telah diganti secara keseluruhan. Sebab utama keadaan ini adalah dampak pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Budha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural Islam (setelah abad kedua belas), ditambah pertumbuhan politik berbasis negara yang sangat tersentralisasi yang mampu memobilisasi mayoritas populasi mereka hingga termasuk masyarakat yang berada di kejauhan, membentangkan kekuasaan politik mereka dan pengaruh kultural ke semua sektor kehidupan sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan. Dengan kata lain, tipe rumah tradisional Indonesia di bagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses-proses transformasi dimana tujuan ideal dan prinsip arsitektural asing berkombinasi dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan tradisi kultural domestik (Wuisman, 2007:39).

5.2...Ba ngunan Tradisional di Bali

Lumbung merupakan bagian dari arsitektur tradisional Bali. Secara fisik berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil-hasil pertanian khususnya padi. Selain itu, fungsi sosial lumbung menunjukkan status sosial dari masyarakat baik keadaan ekonomi maupun mata pencahariannya. Didalam perkembangannya, era keterbukaan sangat berpengaruh terhadap pergeseran sistem mata pencaharian pokok dari sektor pertanian dari sektor industri, perdagangan, dan lain-lainnya. Sehingga sangat berpengaruh terhadap fungsi utamanya. Hal ini juga didukung oleh pertumbuhan penduduk, dan dialihfungsikannya tempat-tempat yang dulunya didirikan lumbung menjadi fungsi bangunan komersial.

Ketika lumbung sudah tidak bisa berfungsi secara optimal sesuai fungsi aslinya, akibat kemajuan-kemajuan pada sektor-sektor di luar pertanian dan adanya pola pikir masyarakat yang semakin cenderung lari ke sektor-sektor

keberadaan lumbung itu sendiri. Arif dalam hal ini adalah memandang bahwa lumbung merupakan warisan budaya yang tak ternilai dan patut dipertahankan serta dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bermanfaat.

Lumbung merupakan salah satu unit bangunan pada rumah tinggal tradisional Bali. Letak atau posisi unit bangunan ini berdasarkan pedoman asta

kosala-asta kosali-asta gumi adalah di daerah nista. Lumbung merupakan

bangunan berbentuk panggung dengan denah empat persegi panjang, bertiang empat dengan atap pelana. Bagian atas lumbung berfungsi sebagai ruang penyimpan padi dan bagian bawah yang disebut bale berfungsi sebagai ruang istirahat keluarga sekaligus sebagai ruang untuk membuat perlengkapan upacara atau banten, menenun, dan lain sebagainya.

Gambar 5.1. Lumbung dan Sistem Konstruksinya

Sumber : Sulistyawati, 1998:20

Keberadaan lumbung sangat dipengaruhi oleh sistem mata pencaharian masyarakat tradisional Bali, yaitu sebagai petani yang memang sesuai dengan ciri geologi, geografi, astronomi dan iklim pulau Bali. Bila dikaitkan dengan kegiatan pertanian, keberadaan lumbung juga mencerminkan sistem budaya masyarakatnya, yaitu adanya kepercayaan/pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran dimana lumbung diyakini sebagai stananya, karena bagi masyarakat Bali, padi melambangkan Dewi Sri atau Dewi Kemakmuran dalam bentuk nyata (dewa nyekala).

Pergeseran sistem mata pencaharian pokok dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, dan lain-lain; berubahnya sistem penyimpanan dari tabungan bahan bangunan yang berupa hasil bumi, seperti : padi, palawija, ternak (natura) menjadi bentuk uang (perbankan), sangat berpengaruh terhadap fungsi pokok lumbung, yaitu dari tempat menyimpan padi ke berbagai jenis fungsi lainnya. Pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan ruang privasi yang semakin meningkat, sedangkan luas

pekarangan tidak bertambah telah memaksa masyarkaat untuk memanfaatkan zone peruntukan lumbung untuk didirikan bangunan tempat tinggal. Sedangkan di daerah urban/pariwisata tanah memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, turut mendorong terjadinya alih fungsi ruang peruntukan lumbung menjadi tempat bangunan sewaan.

Pada arsitektur tradisional daerah-daerah di Indonesia sebuah kesamaan umum dapat kita temui dari aneka ragam wujud yang mereka tampilkan. Kita dapati bahwa lumbung dan rumah tinggal adalah dua bangunan yang terpisah satu sama lain, biasanya perletakannya berhadap-hadapan, berurutan (muka-belakang) atau berjejeran satu sama lain. Terlepas dari adanya dua bangunan yang terpisah itu, yang menarik adalah bahwa kedua bangunan tadi tidak banyak berbeda dalam penampilan bentuk umumnya (perkecualian untuk itu terdapat di Bali dan Lombok). Mulai dari Sumatra hingga Sumbawa misalnya, bentuk yang dipakai untuk hunian adalah juga bentuk yang dipakai untuk lumbungnya (Prijotomo, 2008:35).

Lumbung tidak peduli apa pun juga namanya dalam arsitektur klasik adalah tempat penampungan padi. Bagi masyarakat tradisional, padi merupakan salah satu penyebab utama kelangsungan hidup mereka (bahan makanan pokok), padi ini tidak bisa diperlakukan dengan seenaknya dalam menggarap berhubung adanya berbagai tahap pekerjaan yang perlu dilakukan dalam menanam. Kedudukan sebagai bahan pokok serta ciri padi yang menuntut perawatan yang seksama itulah yang membuat padi ini oleh masyarakat Jawa misalnya, disebut sebagai Dewi Sri, sebagai pemberi kehidupan. Memang padi tak ubahnya dengan hidup itu sendiri, dimana hanyalah dengan berupaya sekuat serta seksama, hidup akan menjadi berarti bagi manusianya; itulah hikmah dan perlambang padi yang menjadikan orang Jawa mendewikan tanaman padi. Hikmah itu pula yang membawa masyarakat tradisional untuk membuat lumbung dengan sosok yang mirip dengan hunian, meskipun dengan ukuran yang lebih kecil. Disini lumbung bukan hanya sekadar penampung padi, tetapi jauh lebih besar lagi peranan dan fungsinya.

Lumbung hanya didirikan setelah pasangan merupakan sebuah keluarga yang berhasil memanen padi, yang berhasil melintasi tantangan untuk menyelenggarakan kelangsungan hidup. Lumbung yang dalam bahasa tradisional Bima dan Dompu disebut sebagai pompa, dalam kehadirannya untuk pertama kali, bagi pasangan ini merupakan permakluman kepada lingkungan bahwa keluarga baru ini bisa mengatasi tantangan hidup dan sekaligus menjamin bahwa mereka akan tetap hidup di hari esok. Di samping itu, apabila dalam membuat hunian dasar ukuran yang dipakai adalah bagian tubuh si suami, maka untuk pompa ini, bagian-bagian ini tubuh sang istri yang dijadikan dasar ukurannya. Dua bangunan dengan bentuk mirip, masing-masing dengan dasar ukuran yang berbeda, kini telah bersama-sama telah membentuk satu ketunggalan yang berupa rumah. Bukankah ini mencerminkan pula keberadaan (eksistensi) sebuah keluarga yang terdiri dari dua pribadi suami dan istri yang tidak lagi terpisahkan satu sama lain, tidak pula merupakan sekadar hidup bersama dari laki-laki dan perempuan.

Tipe rumah tradisional dalam kelompok permukiman masyarakat Bali pada umumnya merupakan sekelompok bangunan yang secara fungsional berbeda yang diatur dengan cara yang khusus dalam kelompok (kuren) yang dilingkupi oleh pagar dinding, sama dengan rumah tradisional tipe kumpulan bangunan dari masyarakat Jawa. Ada tujuh elemen dasar : (1) pintu masuk; (2) ruang tidur berupa beranda terbuka; (3) lumbung atau tempat penyimpanan padi; (4) bangunan dapur; (5) kamar mandi; (6) ruang kerja; (7) sebuah tempat pemujaan keluarga (Wuisman, 2007:40).

5.3...Ba ngunan Tradisional di Nusa Tenggara Barat

Bagian Timur dan Selatan Pulau Lombok didiami oleh masyarakat Sasak. Berbeda dengan tradisi Hindu-Budha masyarakat Bali yang mendiami bagian Barat pulau, kultur masyarakat Sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik animistis. Arsitektur rumah tradisional dan bangunan lainnya mewakili percampuran antara tradisional Bali dan langgam tipikal bangunan Indonesia Timur.

Rumah tradisional Sasak (uma mbatangu) biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu lantai yang berbeda ketinggian dan diperuntukkan bagi fungsi yang berbeda. Bagian lantai yang lebih tinggi berbentuk persegi dan biasanya dipakai sebagai tempat tidur untuk perempuan. Lantai di bagian ini kurang lebih satu setengah meter lebih tinggi daripada lantai bagian yang rendah. Bagian rendah terletak di depan bagian yang lebih tinggi ini. Bagian rendah ini sebenarnya adalah ruang terbuka tempat tamu atau pengunjung diterima pada siang hari dan para anggota keluarga laki-laki tidur ketika sore dan malam.

Dua bagian rumah tradisional Sasak ini dinaungi sebuah struktur atap tunggal yang didukung struktur atap yang relatif rendah. Di bagian yang berlantai lebih tinggi, ruang antara tiang yang mendukung struktur atap disekat dengan tikar anyaman bambu yang indah. Karena perbedaan ketinggian lantai, di bagian yang lebih tinggi, ujung atap hampir menyentuh tanah. Apabila dipandang dari luar, struktur atap rumah tradisional Sasak ini kelihatan sama dengan rumah tradisional tipe Joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Bagian tengah struktur atap berpuncak kuadrilateral yang menjulang tinggi (toko), di bagian rusuk yang agak pendek dan menumpu pada blandar pendukung di puncak keempat tiang utama adalah pusat rumah. Di dasar puncak ini, pada keempat sisinya, struktur atapnya diperpanjang ke luar ke empat jurusan dengan kemiringan yang lebih landai yang memanjang melebihi garis tepi dinding tepi rumah.

Gambar 5.2. Perumahan Tradisional Suku Sasak di Lombok

Gudang padi atau lumbung Sasak berbeda dengan yang ada di Bali terutama pada konstruksi diatas struktur tiang dan blandar yang ditinggikan. Tempat yang dipakai untuk penyimpanan padi biasanya merupakan struktur atap kupluk yang ditutupi dengan rumput alang-alang

(imperata cylindrica) dan diletakkan diatas struktur tiang dan blandar

pendukung. Ini berarti dinding adalah bagian yang menyatu dengan atap yang ditegakkan secara vertikal tepat pada struktur tiang dan blandar pendukung. Bentuk dan penampilan tempat penyimpanan padi ini sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan di bagian lain daerah Nusa Tenggara lebih ke Timur.

Gambar 5.3. Lumbung Tradisional Suku Sasak di Lombok

5.4...Ba ngunan Tradisional di Nusa Tenggara Timur

Arsitektur tradisional di Pulau Sumba dapat dijumpai di kampung-kampung adat yang tersebar di seluruh pulau. Arsitektur tersebut tampil dalam bentuk bangunan, batu kubur, monumen, maupun lingkungan. Kekuatan tradisi dan budaya, terutama di kampung adat, menciptakan bentuk arsitektur yang unik dan khas sekaligus melestarikannya. Tradisi berkuda masyarakat Sumba misalnya, merupakan salah satu penyebab terciptanya bentuk panggung pada rumah tradisional. Ketinggian panggung rumah umumnya disesuaikan dengan tinggi punggung kuda (setinggi pundak orang dewasa). Penyebab lain bentuk khas tersebut adalah proses kompromi terhadap lingkungan dan ketersediaan bahan disekitarnya. Panggung rumah dan sistem ikat menjadikan bangunan rumah adat Sumba sebagai bangunan tropis yang tahan gempa.

Kampung adat Sumba memiliki pola kampung yang unik. Keterbatasan pola susunan terhadap keamanan dan persatuan, bahan dan teknologi, mobilitas, serta struktur sosial yang kaku mempengaruhi luasan kampung adat. Tradisi dan budaya sangat mempengaruhi suasana kampung yang diekspresikan secara religius simbolik. Simbol tersebut digunakan untuk mengkomunikasikan makna dan susunan yang mencerminkan hubungan antar penghuni rumah adat, serta hubungan masyarakat dengan leluhurnya.

Rumah adat Sumba merupakan rumah di dalam kampung adat yang menjadi tempat berkumpulnya satu keturunan keluarga. Bentuk rumah yang unik, didominasi oleh menara atap. Bentuk atap tersebut merupakan lambang perahu yang membawa nenek moyang orang Sumba tiba di Pulau Sumba.

Sumber : www.images.google.co.id, 2008, didownload pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2008 pukul 07.04 WITA

Rumah tradisional masyarakat Manggarai, termasuk di Kampung Ruteng dan Kampung Todo terdiri atas beberapa jenis yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan serta budaya dan kepercayaan masyarakatnya. Akan tetapi meskipun secara tipologi bentuk dan fungsinya berbeda namun secara umum sebutannya sama, yakni Mbaru (=rumah). Sebutan Mbaru ini selalu diikuti dengan nama rumah berdasarkan fungsi atau kegunaannya, seperti :

Mbaru Niang Mese (rumah adat), Mbaru Niang Koe (rumah tinggal biasa),

Mbaru Tekur (rumah tempat istirahat). Mbaru Niang Mese juga disebut Mbaru

Gendang (rumah gendang).

Secara horisontal pola ruang pada arsitektur rumah tradisional di kedua kampung ini berintikan pada ruang tengah yang mengitari Sembilan tiang utama Siri Mese (Siri Bongkok dan Siri Leles). Pada bagian tengah ini terdapat ruang bersama (Lutur) dan bagian samping disekitarnya difungsikan sebagai tempat tidur keluarga yang dibagi dalam sekat-sekat lembaran kayu dengan tinggi + 3 meter yang terdiri atas 4 (empat) buah kamar.

Susunan ruang dari bawah ke atas adalah sebagai berikut : 1. Lutur = ruang sebagai tempat manusia.

2. Lobo Mese = ruang sebagai tempat menyimpan makanan.

3. Lempa rae = ruang sebagai tempat menyimpan benih, seperti benih jagung dan benih padi.

4. Sekan kode = ruang sebagai tempat menyimpan jimat/alat perang. Roang Koe = sebagai ruang hampa/kosong, disakralkan sebagai ruang milik Tuhan.

Gambar 5.5. Rumah Tradisional Mbaru di NTT

5.5...Ru mah Sederhana Sehat Tahan Gempa

5.5.1...Ru mah Sederhana Sehat

Rumah sederhana sehat adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana, tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Selain itu, juga dipertimbangkan dan dimanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik, seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan cara hidup (Sabaruddin, 2008:13).

Sasaran penyediaan rumah sederhana sehat adalah kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaannya pemenuhan penyediaan rumah sederhana sehat masih menghadapi kendala, berupa rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga rumah sederhana sehat masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan desain rumah yang pertumbuhannya diarahkan menjadi rumah sederhana sehat.

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktifitas dasar manusia di dalam rumah. Aktifitas seseorang tersebut meliputi : aktifitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2,80 m.

Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruang pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara lain :

1. Kebutuhan luas per jiwa,

2. Kebutuhan luas per kepala keluarga (KK),

4. Kebutuhan luas lahan per unit bangunan.

Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu : pencahayaan, penghawaan, suhu udara, dan kelembapan dalam ruang. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.

Pada dasarnya, bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap, serta lantai. Sementara bagian-bagian lain, seperti : langit-langit, plafon, talang, dll merupakan estetika struktur bangunan saja.

5.5.2...Ru mah Tahan Gempa

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Ini disebabkan sering kali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, serta meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

Gempa bumi adalah getaran di tanah yang disebabkan oleh gerakan permukaan bumi. Gerakan ini dapat menyebabkan kerusakan pada gedung, jembatan, jalan, perumahan, sampai dengan permukaan tanah, bahkan mengakibatkan hilangnya banyak nyawa manusia. Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfer. Semakin besar energi yang dilepaskan, semakin kuat gempa yang terjadi. Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa, yaitu pergeseran lempeng (patahan) dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba-tiba sepanjang lempeng merupakan penyebab yang sering terjadi.

Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktifitas gempa bumi di Indonesia bisa dibagi dalam enam daerah aktifitas antara lain sebagai berikut (Sabaruddin, 2008:12) :

1. Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8 terjadi di daerah Halmahera dan pantai Utara Papua.

2. Daerah aktif. Magnitude 8 mungkin terjadi dan magnitude 7 sering terjadi di lepas pantai.

3. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7 bisa terjadi di Sumatera, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.

4. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7 mungkin terjadi di pantai Barat Sumatera, Jawa bagian Utara, dan Kalimantan Timur.

5. Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 jarang terjadi di daerah pantai Timur Sumatera dan Kalimantan Tengah.

6. Daerah stabil, tidak ada catatan sejarah gempa, yaitu daerah pantai Selatan Papua dan Kalimantan Barat.

Gambar dibawah ini menunjukkan peta daerah rawan gempa di Indonesia. Zone 1 merupakan daerah aman gempa, sedangkan zone 6 adalah daerah paling rawan gempa.

Gambar 5.6. Peta Daerah Rawan Gempa di Indonesia

Sumber : Sabaruddin, 2008:12

Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia dilalui oleh salah satu patahan atau lempeng dunia termasuk Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Barat dan Timur) yang menjadi lokasi masing-masing model simulasi dalam pekerjaan ini. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsip pada dasarnya adalah kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.

Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih rigid terhadap guncangan. Terbukti struktur kaku yang homogen dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini harus diperhatikan dengan seksama agar struktur yang dibuat pada saat pembangunan dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh akibat gempa.

Prinsip fleksibilitas yang mengedepankan adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud hubungan tumpuan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran.

Prinsip penggunaan material yang ringan dan kenyal/buoyance yaitu menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.

Prinsip massa yang terpisah-pisah yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran yang lebih besar.

6.1...La ndasan Teori

Gempa merupakan peristiwa pelepasan energi dari dalam bumi dimana energi yang dilepaskan merambah ke segala arah secara acak melalui batuan-batuan bumi dalam bentuk gelombang. Akibat adanya aktivitas pelepasan energi tersebut menyebabkan terjadinya gelombang getaran yang kuat pada permukaan bumi. Hal tersebut dapat menimbulkan efek beban lateral dan vertikal pada suatu struktur bangunan. Besarnya energi gempa yang diterima suatu struktur bangunan sangat dipengaruhi oleh jarak bangunan terhadap pusat gempa (hypocentrum) dan besaranya gempa yang terjadi pada lokasi pusat gempa.

Secara umum terdapat beberapa prinsip perencanaan untuk membuat suatu bangunan yang memiliki ketahanan terhadap beban lateral (beban angin maupun beban gempa). Beberapa prinsip tersebut antara lain:

1. Penggunaan material konstruksi bangunan yang lebih ringan, hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan berat global struktur yang lebih ringan dimana semakin berat struktur tersebut, maka pengaruh gaya gempa yang terjadi akan semakin besar pula ( F : m x a, a = percepatan gempa).

2. Perencanaan elemen struktur dengan tingkat daktilitas yang tinggi. Tingkat daktilitas yang tinggi pada suatu elemen struktur akan meningkatkan kemampuan struktur untuk berdeformasi inelastis (deformasi bolak-balik) sebagai dampak akibat terjadinya beban gempa.

3. Penggunaan peredam getaran khusus untuk mereduksi getaran gempa yang menjalar ke sistem struktur. Penggunaan peredam khusus itu sendiri secara umum dapat berupa isolator atau base isolator yang digunakan pada dasar bangunan/gedung. Ketika terjadi beban gempa, getaran yang terjadi pada permukaan tanah akan mengalami

Dokumen terkait