ASAL MULA TRADISI NYANTRI LANSIA DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG
C. Kegiatan Awal Tradisi Nyantri Lansia
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para santri lansia sebenarnya tidak
seformal santri Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang pada umumnya. Karena
memang usia yang sudah lanjut, santri lansia tidak mendapatkan pendidikan
formal seperti santri pada umumnya di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang.
125
Halimatus Sa‟diyah, “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dan Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Mujadadiyah Al Aliyah di Kabupaten Jombang” (Disertasi, Universitas Islam Malang 2018), 2.
Padahal di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang terdapat banyak lembaga
pendidikan formal mulai dari PAUD sampai dengan tingkat universitas.
Berikut adalah tabel kegiatan santri Pondok Pesantren Darul Ulum
Jombang pada umumnya :127
No Waktu Kegiatan Keterangan
1 03.00 – 04.00 Sholat Malam (Lail) Seluruh Santri
2 04.00 – 05.00 Persiapan Sholat Subuh Berjama‟ah Seluruh Santri
3 05.00 – 06.00 Ngaji Alquran Seluruh Kelas
4 06.00 - 07.00 Persiapan Sekolah Seluruh Santri
5 07.00 - 12.00 Sekolah Seluruh Kelas
6 12.00 - 13.00 ISHOMA (Istirahat, Sholat, Makan) Seluruh Santri
7 13.00 - 16.00 Sekolah Seluruh Kelas
8 16.00 - 17.00 Pulang Sekolah, Sholat Ashar Seluruh Santri
9 17.00 - 18.00 Persiapan Sholat Maghrib
Berjama‟ah
Seluruh Santri
10 18.00 - 19.00 Pengajian Kitab Kuning Sesuai Tingkatan
11 19.00 - 20.00 Sholat Isya‟ Seluruh Kelas
12 20.00-21.00 Tafaqquh Fii Al-Diin atau Madrasah
Diniyah
Seluruh Kelas
13 21.00-22.30 Belajar atau Makan Seluruh Santri
127
Muhammad Fadllulloh, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Santri yang Berkhidmah di Ndalem (Asrama Ardales Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2017), 65.
14 22.30-03.00 Jam Istirahat Seluruh Santri
Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku tradisi nyantri lansia di Pondok
Pesantren Darul Ulum Jombang merupakan kegiatan yang juga dilakukan oleh
jamaah Tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah. Dalam Tarekat Qadiriyah wan
Naqsabandiyah diajarkan beberapa hal seperti :
1. Dzikir
Dzikir berasal dri kata bahasa Arab yaitu kata dzikr yang mempunyai arti
mengingat atau menyebut. Kata dzikr dalam alquran dan hadits sering
disebutkan dengan kata doa atau permohonan kepada Allah. Dalam alquran,
kata dzikr disebutkan lebih dari empat puluh kali seperti contohnya pada Q.S.
Yunus ayat 71, Q.S. Al-Anbiya‟ ayat 48, dan dalam surat-surat yang
lain.128Syekh Sambas menjelaskan tentang metode pelaksanaan dzikir Tarekat
Qadiriyah yang mana praktik dzikir ini digabung dengan dzikir Naqsabandi
yang dalam pelaksanaannya dilakukan setelah tiap kali sholat 5 waktu. Dalam
praktik pelaksanaannya, dzikir Qadiriyah dilakukan dengan bersuara,
sedangkan dzikir Naqsabandi dilakukan dengan diam. Berikut adalah
pelaksanaan dzikit Tarekat Qadiriyah yaitu :
a. Pertama, diawali dengan istighfar atau permohonan ampun kepada Allah.
Bacaan istighfar ini dibaca minimal 2 kali.
b. Kedua, membaca sholawat kepada Nabi Muhammad.
128 Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah..., 105.
c. Ketiga, membaca kalimat tauhid yaitu kalimat Laa ilaa ha illa Allah
sebanyak 165 kali setelah selesai sholat 5 waktu.
d. Keempat, setelah membaca kalimat tauhid maka yang dibaca berikutnya
adalah sholawat munjiyat.
e. Kelima yaitu yang terakhir adalah dengan membaca surat al-Fatihah
kepada Nabi Muhammad, keluarga Nabi Muhammad, syekh Tarekat
Qadiriyah wan Naqsabandiyah (khususnya untuk Syekh Abdul Qadir
al-Jilani, Syekh Junayd al-Baghdadi dan Syekh Ahmad Khatib Sambas) dan
untuk para ibu dan bapak, muslimin, muslimat, mukminin, mukminat
baik yang hidup ataupun yang sudah meninggal.129
Sedangkan tata cara pelaksanaan dzikir tarekat Naqsabandiyah atau
metode khaifiyah adalah :
a. Dimulai dengan surat al-Fatihah yang ditujukan untuk Nabi Muhammad,
keluarga Nabi Muhammad dan untuk para sahabat Nabi Muhammad.
b. Kedua, surat al-Fatihah dikhususkan untuk arwah-arwah syekh Tarekat
Qadiriyah wan Naqsabandiyah, terutama untuk Syekh Abdul Qadir
al-Jilani, Syekh Junayd al-Baghdadi dan Syekh Ahmad Khatib Sambas.
c. Yang selanjutnya, surat al-Fatihah dikhususkan untuk almarhum dan
almarhumah dari bapak, ibu, muslimin dan muslimat, mukminin dan
mukminat, baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup.
d. Kemudian dilanjutkan dengan bacaan istighfar atau permintaan ampun
kepada Allah yang dibaca sedikitnya lima kali atau maksimalnya 25 kali.
e. Membaca surat al-Ikhlas tiga kali.
f. Yang terakhir adalah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad dan
kepada Nabi Ibrahim.130
2. Talqin atau Bai‟at
Talqin merupakan kata dalam bahasa Arab yang mempunyai arti intruksi, arahan, usulan dan lain sebagainya. Istilah talqin sering digunakan bersama dengan kata bai‟at yang mempunyai arti pengaturan atau persetujuan. Bai‟at
adalah sebuah janji inisiasi atau kesetiaan seseorang kepada Syekh. Bai‟at
juga bisa disebut sebagai janji atau ikrar yang nyata seorang murid kepada
gurunya.131
Ahmad Naqsyabandi menjelaskan tentang prosedur-prosedur tertentu
sebelum melakukan talqin. Seorang yang akan melakukan talqin harus
memenuhi kondisi tertentu yaitu seseorang tersebut harus berhubungan leat
syekh, dengan sang pemilik jalan yaitu Nabi Muhammad. Prosedur-prosedur
sebelum melakukan talqin yaitu:
a. Murid dan guru melakukan sholat istikhoroh dalam rangka meminta
bimbingan Allah.
b. Murid melakukan mandi taubat, sholat taubat 2 raka‟at dan bersedekah.
c. Murid datang kepada gurunya untuk bertalqin.132
3. Laṭā’if
Laṭā’if merupakan salah satu topik penting dalam sejarah doktrin tasawuf. Laṭā’if adalah unsur yang paling sulit dipisahkan dari manusia. Secara
130 Ibid., 140.
131 Ibid., 112-113. 132 Ibid., 114-115.
singkat, Laṭā’if merupakan indra dari hati. Laṭā’if berhubungan dengan jenis
dan cara untuk berdzikir. Laṭā’if merupakan sesuatu yang penting untuk proses menuju ma‟rifah.
Ada juga kegiatan yang diikuti oleh para santri lansia yang juga merupakan jama‟ah dari Tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah yaitu kegiatan
sewelasan (kegiatan sebelasan). Disebut dengan istilah sewelasan karena kegiatan ini diadakan pada malam tanggal 11 bulan tertentu. Kegiatan sewelasan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang
haul Syekh Abdul Qadir al-Jilani.133 Sedangkan haul adalah istilah yang
digunakan untuk upacara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati
kematian seseorang. Seseorang tersebut biasanya merupakan seorang yang
dikenal sebagai pemuka agama seperti wali, ulama ataupun seorang muslim yang
memiliki jasa besar kepada masyarakat.134 Kegiatan sewelasan ini dilakukan
setiap satu tahun 3 kali yaitu setiap tanggal 10 Asyura, 15 Sya‟ban dan 10 Rabi‟ul
Awal.135 Tujuan dari dilaksanakannya tradisi sewelasan adalah sebagai
penghormatan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Syekh Abdul Qadir al-Jilani
merupakan salah seorang ulama sufi yang dianggap sebagai wali sehingga banyak
dari kaum muslim yang memuliakan beliau. Selain sebagai bentuk penghormatan,
tujuan dari dilaksanakannya tradisi sewelasan ini adalah sebagai bentuk penjagaan
133 Ardianti, “Tradisi Sewelasan di Pondok Pesantren Shibghotallah..., 61 134 Ibid.
kebudayaan di masyarakat dan merupakan sebagai wadah untuk mengharap
berkah dan memohon perlindungan kepada Allah.136
Pada acara tahunan ini, para jamaah tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah
yang merupakan santri mukim di pondok pesantren dan yang bukan santri mukim
berkumpul dalam jumlah besar yaitu sekitar ratusan ribu orang.137 Selain dihadiri
oleh para santri dan pengikut jamaah tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah, acara
ini juga diikuti oleh para pejabat baik pejabat pemerintah dan militer guna
memberi sambutan.138 Kegiatan sewelasan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren
Darul Ulum Jombang. Para jamaah tarekat Qadiriyah wan Naqsabadiyah yang
mengikuti kegitan sewelasan tidak hanya berasal dari Jombang, akan tetapi juga
berasal dari daerah luar Jombang seperti Mojokerto, Nganjuk dan Kediri139 serta
kota-kota yang lain yang ada di Jawa Timur bahkan seluruh Indonesia.140
Selain kegiatan yang berhubungan dengan ajaran Tarekat Qadiriyah wan
Naqsabandiyah, masih ada kegiatan lain yang dilakukan oleh para pelaku tradisi
lansia di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Kegiatan yang dilakukan lebih
banyak pada aktivitas pribadi seperti sholat wajib, sholat sunnah dan wirid. Akan
tetapi para santri lansia juga mengikuti pengajian yang diadakan oleh kyai di
Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang seperti pengajian kitab al-Hikam dan lain
sebagainya.
136 Ardianti, “Tradisi Sewelasan di Pondok Pesantren Shibghotallah..., 61-63. 137
Sukamto, Kepimpinan Kiai..., 254. 138 Ibid., 255.
139 Ibid., 251. 140 Ibid., 254.
BAB IV
PERKEMBANGAN TRADISI NYANTRI LANSIA DI PONDOK