BAB II KAJIAN TEORI
F. Kegunaan atau Fungsi Pendidikan Karakter
Tidak sulit bagi kita untuk mengenali karakter yang baik ketika kita melihatnya untuk mengilustrasikan bagaimana karakter melibatkan pengetahuan, perasaan, dan perbuatan moral. Karakter yang baik adalah sesuatu yang kita inginkan bagi anak-anak kita. Pembentukan karakter berawal dari peran orangtua atau pendidik dengan metode atau sarana yang
31 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif (Jakarta, Esensi: 2013), hlm. 58
harus dimiliki untuk memberikan suatu contoh yang baik. Orangtua atau pendidik sudah melakukan dengan berbagai macam upaya untuk membentuk karakter anak. Penyebab kemerosotan karakter anak disebabkan faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Peranan orang tua dalam membentuk karakter anak adalah dengan memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar, seperti pendidikan Agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Dengan demikian, dalam membentuk karakter anak, orangtua mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan norma adat, agama dan hukum.32
Dekadensi moral suatu bangsa disebabkan pengabaian terhadap pelaksanaan pendidikan karakter sejak dini oleh para orang tua. Maka, pembentukan karakter anak merupakan titik awal dari pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif, dan partisipatif serta semangat mandiri.33
Setiap tindak-tanduk yang dilakukan anak itu akan bermuara pada sikap dari orangtua dan pendidik, anak tidak akan belajar jujur ketika melihat orangtua dan pendidik berbohong, anak tidak belajar sabar ketika melihat orangtua dan pendidiknya marah. Serangkain hal tersebut itu akan terlihat secara nyata pada kepribadian anak dan akan mudah ditelusuri karakter yang 32 Novan Ardiwiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Ar-Ruzz Media, Yogyakarta: 2014), h. 22
akan mucul dalam dalam diri anak itu sendiri. Kemerosotan karakter anak juga tidak terlepas dari bimbingan dari lingkungan keluarga disamping itu juga ditopang pada tahapan lingkungan sekolah dan masyarakat , tiga elemen tersebut akan memberikan suatu keadaan yang postif ataupun negatif terhadap diri anak, akankah mencerminkan karakter yang positif atau karakter yang negatif.
Karakter yang positif ini akan memberikan kesan yang dapat membantu anak untuk bertingkah laku dengan baik dan sesuai dengan tuntunan nilai-nilai karakter itu sendiri, misalkan nilai-nilai karakter
demokrasi “ siswa mau mendengarkan pendapat teman dalam diskusi, tidak
tergesa-tergesa memberikan komentar mengenai pendapat teman, namun masih harus belajar merumuskan tanggapan yang tidak menyinggung perasaan
orang lain”. Ketika itu sudah diaplikasikan dalam tataran prakteknya maka
memunculkan karakter yang baik pada anak, akan tetapi itu hanya pada dataran teoritis saja dan tidak praktek yang sesungguhnya maka akan terkikis nilai nilai karakter itu sendiri.34
Karakter yang negatif itu selalu memberikan sinyal yang negatif pula, pada dasarnya itu akan memberikan cerminan pada prilaku yang tidak baik dan segala sesuatu yang diterima anak selalu dalam bentuk-bentuk yang tidak positif. Saat ini peristiwa-peristiwa yang dapat merosotnya karakter anak itu lahir dari bentuk penanaman nilai-nilai karakter itu sendiri, misalakan tawuran antara pelajar, geng motor, pergaulan bebas, dan kekerasan-kekerasan yang
lainya. Betapa sedihnya ketika itu terjadi pada kalangan terpelajar dengan mudahnya melakukan hal-hal seperti itu. Oleh sebab itu, betapa pentingnya karakter suatu anak bangsa agar tidak terjerumus pada prilaku yang menyimpang.
Menurut Cahyoto didalam buku Nurul Zuriah mengemukakan urgensi pendidikan karakter anata lain, sebagai berikut:
1. Siswa memahami susunan pendidikan karakter dalam lingkup etika bagi pengembangan dirinya dakam bidang ilmu pengetahuan.
2. Siswa memiliki landasan karakter luhur bagi pola prilaku sehari-hari yang didasari hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
3. Siswa dapat mencari dan memperoleh informasi tentang karakter, mengolahnya dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata di masyarakat.
4. Siswa dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mengembangkan nilai moral.35
Sementara itu, menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (2001) fungsi atau kegunaan pendidikan karakter bagi peserta didik ialah sebagai berikut:
1. Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
35 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2008), h. 104
2. Penyaluran, yaitu membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.
3. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.
4. Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
5. Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri, dengki dan ria agar anak didik tumbuh dan berkembang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
6. Penyaring (filter), yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti.36
Setiap tindak-tanduk yang dilakukan anak itu akan bermuara pada sikap dari orangtua dan pendidik, anak tidak akan belajar jujur ketika melihat orangtua dan pendidik berbohong, anak tidak belajar sabar ketika melihat orangtua dan pendidiknya marah. Serangkain hal tersebut itu akan terlihat secara nyata pada kepribadian anak dan akan mudah ditelusuri karakter yang akan mucul dalam dalam diri anak itu sendiri.
Kemerosotan karakter anak juga tidak terlepas dari bimbingan dari lingkungan keluarga disamping itu juga ditopang pada tahapan lingkungan sekolah dan masyarakat , tiga elemen tersebut akan memberikan suatu keadaan yang postif ataupun negatif terhadap diri anak, akankah
mencerminkan karakter yang positif atau karakter yang negatif. Karakter yang negatif itu selalu memberikan sinyal yang negatif pula, pada dasarnya itu akan memberikan cerminan pada prilaku yang tidak baik dan segala sesuatu yang diterima anak selalu dalam bentuk-bentuk yang tidak positif.
Saat ini peristiwa-peristiwa yang dapat merosotnya karakter anak itu lahir dari bentuk penanaman nilai-nilai karakter itu sendiri, misalakan tawuran antara pelajar, geng motor, pergaulan bebas, dan kekerasan-kekerasan yang lainya. Betapa sedihnya ketika itu terjadi pada kalangan terpelajar dengan mudahnya melakukan hal-hal seperti itu. Oleh sebab itu, betapa pentingnya karakter suatu anak bangsa agar tidak terjerumus pada prilaku yang menyimpang.