• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

C. Anggaran Biaya Operasional

3. Kegunaan dan Kelemahan Anggaran

Anggaran yang lengkap meliputi perencanaan untuk seluruh aktifitas perusahaan. Anggaran menginformasikan kepada manajemen tentang proyeksi kinerja,

sebelum hingga sesudah rencana diimplementasikan. Di saat mempersiapkan anggaran, manajemen dimintai mencermati faktor-faktor yang mempengaruhi rencana perusahaan dan mengharuskan manajemen untuk menganalisis secara baik berbagai realitas yang ada. Oleh karena itu anggaran cenderung menempati posisi yang lebih kritis.

Menurut Munandar (2001:13). Anggaran mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu:

a. Sebagai pedoman kerja

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang

b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerjasama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan.

c. Sebagai alat pengawas kerja

Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai realisasi kegiatan perusahaan.

Sementara kelemahan-kelemahan yang membatasi anggaran menurut Adisaputra dan Asri (2003:53) :

a. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan bergantung kepada ketetapan estimasi tersebut.

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

c. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melakukan melakukan tugasnya, bukan menggantikannya.

d. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, karena itu perlu memiliki sifat fleksibel.

Anggaran mempunyai kegunaan yang pada dasarnya sama, yakni dalam hal perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan.

1. Dalam bidang perencanaan

a. Mendasarkan kegiatan-kegiatan penyelidikan studi dan penelitian

b. Mengerahkan seluruh tenaga dalam perusahaan dalam penentuan arah atau kegiatan yang paling menguntungkan.

c. Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan. d. Menentukan tujuan-tujuan perusahaan.

e. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. f. Mengakibatkan pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif

2. Dalam bidang pengkoordinasian faktor manusia dengan perusahaan a. Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan perusahaan. b. Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan tren dalam dunia usaha.

c. Menetapkan penggunaan modal pacda saluran-saluran yang menguntungkan dalam arti seimbang dengan program-program perusahaan.

Dalam bidang pengawasan

1. Untuk mengawasi kegiatan dan pengamanan-pengamanan.

2. Untuk pencegahan secara umum pemborosan-pemborosan, sebetulnya ini adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan anggaran.

4. Prosedur Penyusunan Anggaran

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memulai tahun buku dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk setiap tahunnya. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan juga menyusun anggaran sesuai dengan tahun buku tersebut dan anggaran diperinci per triwulan.

Dasar penyusunan RKAP ( rencana kerja dan anggaran perusahaan ) untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP.101/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penyusunan RKAP 2013 dilakukan memalui tahapan sebagai berikut :

- RKAP tahun 2006 disampaikan Direksi PTPN III kepada Mentri Negara BUMN dengan surat No. 3.04/X/937/2005 tanggal 28 Oktober 2005

- Dewan komisaris PTPN III telah menyampaikan surat kepada Menteri Negara BUMN perihal rekomendasi atas RKAP tahun 2006 dengan nomor surat Kom/M.BUMN/R-01/I/2006

- RKAP tahun 2006 disahkan oleh Menteri Negara BUMN sesuai keputusan RUPS RKAP tahun 2006 tanggal 17 Januari 2006

Sebagai langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah menentukan besarnya jumlah produksi yang diharapkan selama tahun itu. Pada umumnya bagian

tanaman dan teknologi dibantu dengan bagian-bagian lainnya di kantor besar menyusun jumlah produksi yang diharapkan pada tahun yang dimaksud. Kemudian kantor besar menyusun pedoman mengenai transaksi produksi yang dimaksud. Selanjutnya pedoman tersebut bersama-sama formulir anggaran biaya dikirim ke kebun. Masing-masing kebun menyusun anggaran biaya produksinya. Anggaran biaya produksi kebun tersebut kemudian ditinjau dan dipelajari kembali di kantor besar bersama administratur kebun. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa perincian tersebut seluruhnya telah benar-benar sesuai. Setelah anggaran biaya produksi tersebut disetujui dan disahkan oleh pimpinan, dikirim ke kebun-kebun untuk dilaksanakan.

D. Biaya Operasional.

Dalam penyusunan biaya operasional, anggaran biaya produksi suatu perusahaan menggunakan sistem biaya standar. Harga standar ditentukan berdasarkan pengalaman tahun-tahun yang lalu. Harga tersebut diketahui setelah jumlah anggaran biaya produksi tanaman Kelapa Sawit selama satu periode dibagi dengan rencana produksi tanaman Kelapa Sawit untuk periode yang sama.

1. Anggaran Biaya Operasi

Setelah diketahui jumlah pendapatan yang direncanakan, tahapan selanjutnya membuat perencanaan biaya operasi. Hal ini dikarenakan semua pekerjaan yang dilakukan perusahaan memerlukan biaya. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Anggaran Biaya Produksi kelapa Sawit Tahun 2013

URAIAN

REALISASI-2013

Kg Biaya (Rp Rata-rata(Rp) Beban Pokok

1 2 3

Beban Gaji tunjangan staf 407,998,660 15,542,417,000 38.09

Beban Pemeliharaan tanaman menghasilkan

76,493,866,000 187.49

Beban Pemupukan 126,867,540,000 310.95

Baban Panen 135,989,785,000 333.31

Beban Pengangkutan ke Pabrik 80,961,640,000 203.34

Beban Umum 121,332,543,000 297.38

Jumlah Beban Tanaman 407,998,660 559,187,791,000 1,370.56

Beban Pengolahan 107,673,149,000 263.91

Beban Produksi excluding penyusutan 407,998,660 666,860,940,000 1,634.47

Beban penyusutan 39,533,663,000 96.9

Beban Produksi including penyusutan Kebun sendiri

706,394,603,000 1,937.12

Baban PembelianProduksi PIR 19,971,959 58,955,723,000 3,160.91

Beban Pengolahan PIR 19,971,959 5,270,713,000 378.67

Beban Produksi PIR 64,226,436,000 3,215.83

Beban Pembelian Produksi Rakyat 97,234,050 278,765,504,000 2,866.95

Beban Pengolahan Rakyat 97,234,050 25,661,036,000 263.91

Beban Produksi Rakyat 97,234,050 304,426,540,000 3,130.86

Jumlah Beban Produksi Kebun 525,204,669 1,075,047,579,000 2,046.91

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), 2014

2. Realisasi Biaya Operasi

Setelah diketahui jumlah biaya perencanaan biaya operasi, tahapan selanjutnya melakukan realisasi biaya operasi seperti Biaya Pemeliharaan tanaman, Biaya Produksi, dll. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2

PT. Pekebunan Nusantara III (Persero)

Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit tahun 2013

URAIAN

REALISASI-2013

Kg Biaya (Rp Rata-rata(Rp) Beban Pokok

1 2 3

Beban Gaji tunjangan staf 416,718,010 18,221,287,355 43.73

Beban Pemeliharaan tanaman menghasilkan

561,993,232,230 206.64

Beban Pemupukan 117,771,474,534 282.62

Baban Panen 161,837,074,612 388.36

Beban Pengangkutan ke Pabrik 101,767,750,084, 244.21

Beban Umum 127,534,023,878 306.19

Jumlah Beban Tanaman 416,718,010 613,384,842,693 1,471.94

Beban Pengolahan 134,218,359,048 322.08

Beban Produksi excluding penyusutan 416,718,010 747,603,201,741 1,794.03

Beban penyusutan 59,630,443,580 143.10

Beban Produksi including penyusutan Kebun sendiri

807,233,645,321 1,937.12

Baban PembelianProduksi PIR 21,773,707 68,824,652,350 3,160.91

Beban Pengolahan PIR 21,773,707 8,245,057,243 378.67

Beban Produksi PIR 77,069,709,593 3,539.58

Beban Pembelian Produksi Rakyat 122,937,767 376,942,637,490 3,066.13

Beban Pengolahan Rakyat 122,937,766 32,487,905,905 264.26

Beban Produksi Rakyat 409,430,543,395 3,330.39

Jumlah Beban Produksi Kebun 561,429,484 1,293,733,898,309 2,304.36

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), 2014

E. Pengawasan Biaya Operasional

Pengawasan biaya operasional merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya operasional yang telah dilakukan.

Pengawasan biaya operasional dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam suatu kegiatan kerja. Penyimpangan ini diukur dari realisasi kegiatan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor pentingnya pengawasan biaya operasional adalah perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan dan pembenahan.

Adapun persyaratan sistem pengawasan biaya operasional yang efektif adalah pengawasan haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan yang ada, pengawasan harus dapat memberikan laporan penyimpangan secepat mungkin, pengawasan harus menyatakan pola organisasi, pengawasan harus ekonomis tidak mengeluarkan biaya yang besar dan pengawasan haruslah mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

Pengawasan biaya operasional mempunyai manfaat bagi suatu organisasi. Manfaat tersebut adalah dapat menjamin diadakannya tindakan korektif, mencegah penyimpangan atau kesalahan dan dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-peyimpangan biaya operasional, memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi meningkatkan rasa tanggung jawab setiap pegawai dalam menjalankan tugasnya.

Agar perencanaan yang telah disusun dan dijalankan PTP. Nusantara III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap biaya operasional. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya operasional, mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.

Pengawasan biaya operasional pada PTPN III dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan biaya melalui pembukuan, antara lain dengan pencatatan dan penggolongan berdasarkan pembukuan, kwitansi serta prosedur pengeluaran dan pengawasan biaya melalui perbandingan anggaran-anggaran biaya tahun lalu.

1) Pengawasan Anggaran Biaya Administrasi dan Umum

Anggaran administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha perusahaan di luar kegiatan perusahaan.

Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya termasuk gaji, bonus tahunan, biaya perjalanan dan administrasi kantor.

Pengawasan yang dilakukan oleh PTPN III terhadap biaya administrasi dan umum adalah:

a) Membuat Laporan Laba Rugi pada awal periode b) Mengalokasikan biaya tersebut secara tepat

c) Memeriksa bukti-bukti pengeluaran atau kwitansi-kwitansi yang terjadi.

2) Pengawasan Anggaran Biaya Overhead

1. Membuat anggaran biaya overhead

2. Menghitung penyusutan terhadap peralatan

3. Serta memperkirakan biaya operasi tidak langsung dan menganalisisnya.

1) Pengawasan Pendapatan

Pengawasan pendapatan adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan pendapatan merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya operasi yang telah dilakukan.

Agar perencanaan pendapatan yang telah disusun dan dijalankan tiap-tiap bagian PTPN III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan atas pendapatan. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya operasional untuk mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.

4. Anggaran Biaya Produksi

Pengawasan operasional adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan melalui anggaran biaya produksi secara keseluruhan, perencanaan biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 yaitu sebesar 2.046,91/kg atau Rp. 1.075.047.579,- untuk total biayanya dengan kuantitas anggaran sebesar Rp. 525.204.669,-

Pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu:

a. Biaya Tanaman

Besarnya anggaran biaya tanaman untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya tanaman dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2013, anggaran biaya tanaman untuk setiap kg produksi kelapa sawit adalah sebesar 1370,56 kg atau total biayanya sebesar Rp. 559.187.791.000,- untuk kuantitas anggaran sebesar 407.998.660 kg.

Pengendalian biaya tanaman dapat dilaksanakan dengan membandingkan realisasi dengan anggaran biaya tanaman. Pimpinan dapat menilai perbandingan dan

menilai tingkat efisiensi dalam mengelola tanaman. Besarnya realisasi biaya tanaman untuk setiap kg produksi kelapa sawit tahun 2013 adalah sebesar 1.471,94/kg atau total biaya Rp. 613.384.842.693,- untuk kuantitas realisasi sebesar 416.718.010 kg.

Penyimpangan Biaya Tanaman

Anggaran biaya tanaman kelapa sawit tahun 2013 Rp.559.187.791.000,- Realisasi biaya tanaman kelapa sawit tahun 2013 Rp.613.384.842.693,-

Selisih Rp. 54.197.051693,-

Atau 9,69 %

Selisih sebesar Rp. 54.197.051.693,- merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance)

Realisasi biaya tanaman kelapa sawit tahun 2013 berada di atas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (416.718.010 – 407.998.660) x 1370,56

= 8.719.350 x 1370,56

= 11.950.392.336 (unfavorable variance) Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (1.471,94 – 1.370,56) x 416.718.010

= 101,38 x 416.718.010

1. Pengawasan Biaya Pengolahan

Biayanya anggaran biaya pengolahan untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya pengolahan dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2013, anggaran biaya pengolahan untuk setiap kg produksi kelapa sawit sebesar 263,91/kg dengan total biaya sebesar Rp. 138.604.898.000,- dengan perincian sebagai berikut:

Biaya pengolahan kebun sendiri Rp 107.673.149.000,-

Biaya pengolahan PIR Rp 5.270.713.000,-

Biaya pengolahan rakyat Rp . 25.661.036.000,- Total Realisasi Biaya Pengolahan Rp 138.604.898.000,-

Dan perincian kuantitas anggaran:

Kebun sendiri 407.998.660 kg

PIR 19.971.959 kg

Rakyat 97.234.050 kg

Total 525.204.669 kg

Pengendalian terhadap biaya pengolahan meliputi pengendalian terhadap seluruh kegiatan produksi perusahaan. Pengendalian ini meliputi pengendalian terhadap kebutuhan tenaga kerja, bahan – bahan kimiawi, perawatan dan pemeliharaan alat – alat, serta faktor – faktor lain yang berhubungan dengan pengolahan.

Berdasarkan perbandingan antara realisasi biaya pengolahan dengan anggaran biaya pengolahan, maka pimpinan dapat merumuskan kebijaksanaan yang diperlukan

sehubungan dengan pengendalian biaya pengolahan untuk periode berikutnya. Pada tahun 2013, besarnya realisasi biaya pengolahan untuk setiap kg produksi tanaman kelapa sawit adalah sebesar 311,62/kg dengan total biaya Rp. 174.951.322.196,- untuk kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg. Adapun total realisasi biaya pengolahan sebesar Rp 174.951.322.196,- terdiri dari :

Biaya pengolahan kebun sendiri Rp 134.218.359.048,-

Biaya pengolahan PIR Rp 8.245.057.243,-

Biaya pengolahan rakyat Rp 3.487.905.905,-

Total Realisasi Biaya Pengolahan Rp 174.951.322.196,-

Dan total kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg terdiri dari:

Kebun sendiri 416.718.010 kg

Produksi PIR 21.773.707 kg

Produksi rakyat 122.937 .766 kg

Total Kuantitas Realisasi 561.429.483 kg

Penyimpangan Biaya Pengolahan

Anggaran biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2013 Rp. 138.604.898.000,- Realisasi biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2013 Rp. 174.951.322.196,-

Selisih Rp. 36.346.424.196,-

Atau 26,22 %

menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2013 berada di atas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (561.429.483 – 525.204.669) x 263,91 *

= 36.224.814 x 263,91

= 9.560.090.662,74 (unfavorable variance) Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (311,62** - 263,91) x 561.429.483 = 47,71 x 561.429.483 = 26.785.800.633,93 (unfavorable variance) Keterangan : * Rp. 138.604.898.000,- = Rp. 263,91/kg 525.204.669 kg **Rp 174.951.322.196,- = Rp 311,62/kg 561.429.483 kg

Pengawasan Biaya Penyusutan.

Besarnya anggaran biaya penyusutan untuk setiap kg produksi kelapa sawit pada perusahaan untuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 96,90/kg atau total biayanya sebesar Rp. 39.533.663.000,- untuk kuantitas anggaran sebesar 407.998.660 kg. Hal tersebut dapat diperolah dengan membandingkan total anggaran biaya penyusutan dengan total anggaran volume produksi.

Pengendalian biaya penyusutan ini meliputi pengendalian biaya penyusutan tanaman, biaya penyusutan umum, dan biaya penyusutan pengolahan. Besarnya realisasi biaya penyusutan untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah 143,10/kg dengan total biaya sebesar Rp 59.630.443.580 untuk kuantitas realisasi sebesar 416.718.010 kg.

Penyimpangan Biaya Penyusutan

Anggaran biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2013 Rp 39.533.663.000,- Realisasi biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2013 Rp 59.630.443.580,-

Selisih Rp 20.096.780.580,-

atau 50,83%

Selisih sebesar Rp 20.096.780.580,- merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2013 berada di atas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan kuantitas

= (416.718.010 – 407.998.660) x 96,90 = 8.719.350 x 96,90

= 844.905.015 (unfavorable variance)

Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (143,10 – 96,90) x 416.718.010

= 46,20 x 416.718.010

= 19.252.372.062 (unfavorable variance)

2. Pengawasan Biaya Pembelian

Besarnya anggaran biaya pembelian untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya pembelian dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2013, anggaran biaya pembelian untuk setiap kg produksi kelapa sawit sebesar 2881,43/kg dengan total biaya sebesar Rp. 337.721.227.000,-

Dengan perincian:

Biaya pembelian produksi Rp 58.955.723.000,-

PIR Rp 278.765.504.000,-

Total Anggaran Biaya Pembelian Rp 337.721.227.000 Dan perincian kuantitas anggaran :

Produksi PIR 19.971.959 kg

Produksi Rakyat 97.234.050 kg

Pengendalian biaya pembelian ini meliputi pengendalian biaya pembelian produksi PIR dan biaya pembelian produksi rakyat. Besarnya realisasi biaya pembelian untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah 3080,39/kg dengan total biaya sebesar Rp. 445.767.289.840,- untuk kuantitas realisasi sebesar 144.711.473 kg. Adapun total realisasi biaya pembelian sebesar Rp 445.767.289.840,- terdiri dari :

Biaya pembelian produksi PIR Rp 68.824.652.350,- Biaya pembelian produksi rakyat Rp 376.942.637.490,- Total Realisasi Biaya Pengolahan Rp 445.767.289.840,-

Dan total kuantitas realisasi sebesar 144.711.473 kg terdiri dari :

Produksi PIR 21.773.707 kg

Produksi rakyat 122.937.766 kg

Total Kuantitas Realisasi 144.711.473 kg

Penyimpangan Biaya Pembelian

Anggaran biaya pembelian kelapa sawit tahun 2013 Rp. 337.721.227.000,- Realisasi biaya pembelian kelapa sawit tahun 2013 Rp. 445.767.289.840,-

Selisih Rp. 108.046.062.840,-

atau 31,99 %

Selisih sebesar Rp 108.046.062.840,- merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance)

disebabkan oleh : Perbedaan kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (144.711.473 – 117.206.009) x 2881,43*

= 27.505.464 x 2881,43

= 79.255.069.133,52 (unfavorable variance) Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (3080,39 ** – 2881,43) x 117.206.009 = 198,96 x 117.206.009 = 23.319.307.550,64 (unfavorable variance) Keterangan : *Rp 337.721.227.000,- = Rp 2881,43/kg 117.206.009 kg **Rp 445.767.289.840,- = Rp 3080,39/kg 144.711.473 kg

5. Pengendalian biaya produksi secara keseluruhan

Pengendalian biaya produksi sevara keseluruhan ini meliputi pengendalian keseluruhan total biaya produksi yang mencakup baiaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan biaya pembelian. Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah 2.304,36 /kg dengan total biaya

sebesar Rp. 1.293.733.898.309 untuk kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg.

Penyimpangan Biaya Produksi

Anggaran biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 Rp. 1.075.047.579.000,- Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 Rp. 1.293.733.898.309,-

Selisih Rp 218.686.319.309,-

atau 20,34 %

Selisih sebesar Rp. 218.686.319.309,- merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada di atas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (561.429.483 – 525,204.669) x 2046,91

= 36.224.814 x 2046,91

= 36.224.814 (unfavorable variance)

Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 2304,36 – 2046,91) x 561.429.483

= 257,45 x 561.429.483

Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada di atas sebesar Rp. 218.686.319.309,- atau 20,34 %. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp/kg tahun 2013 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada di atas sebesar 257,45/kg atau 12,58 %.

Menurut pihak manajemen perusahaan, beberapa faktor penyebab realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada di atas RKAP tahun 2013, antara lain :

a. Adanya kenaikan biaya tanaman yang terdiri dari :

1) Beban premi panen sejalan dengan pemberlakuan sistem premi berbasis perolehan minyak dan kenaikan pencapaian produksi minyak.

2) Beban pengangkutan ke pabrik sebagai akibat penyesuaian tarif angkutan akibat kenaikan BBM.

b. Adanya kenaikan beban pengolahan sejalan dengan kenaikan beban perbaikan pabrik untuk optimalisasi pengolahan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan beberapa kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, selain itu peneliti juga memberikan beberapa saran yang mungkin bermanfaat demi kebaikan dan kemajuan organisasi.

o KESIMPULAN

1. Penyusunan Perencanaan Biaya Operasional pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sei Silau dilakukan dengan menyusun anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, anggaran biaya usaha, anggaran laporan laba rugi, sesuai dengan rancangan anggaran yang dibuat oleh perusahaan.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sei Silau telah berupaya menerapkan fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasional dalam meningkatkan efisiensi, namun masih banyak mengalami penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) seperti penyimpangan biaya tanaman, penyimpangan biaya pengolahan, penyimpangan biaya penyusutan dan penyimpangan biaya pembelian.

o SARAN

Adapun saran yang dapat penulis coba berikan agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perencanaan dan pengawasan dan dapat meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diterapkan.

Saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus terus diawasi dan setiap penyimpangan yang terjadi dianalisis guna memahami penyebabnya dan dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sei Silau sebaiknya mengalokasikan semua biaya secara tepat keseluruhan bagian atau divisi yang ada dalam perusahaan, khususnya biaya operasional hendaknya dilakukan dengan lebih cermat agar anggaran biaya operasional yang disusun dapat lebih baik dan realistis.

3. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sei Silau disarankan untuk lebih meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan kegiatan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan, Anggraini, Yunita. 2007. Anggaran Bisnis. Buku Satu. Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Bustami, Bastian, Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Munandar. 2007. Budgeting (Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja). Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Tiga. Riau: Star Gate Publisher Duri.

Lestari Ningsih Sigiro, Sri. 2008. Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Pada PT.Perkebunan Nusantara III (Persero). Medan: FEB USU.

Widilestariningtyas, Ony., Dony Waluya Firdaus., Sri Dewi Anggadini. 2012.

Dokumen terkait