• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERJALANAN INTELEKTUAL M. QURAISH

4. Kehidupan Rumah Tangga

Dalam mencari teman hidup, kriteria Quraish umum saja. Bukan gadis yang suka dandan, dan harus dari keluarga baik-baik. “Setiap malam saya juga selalu berdoa agar istri saya pandai berbahasa Inggris dan Prancis.” Menurut Quraish, wanita yang punya kemampuan bahasa asing pasti terpelajar dan punya wawasan luas. “Akan sangat menarik sebagai teman hidup.”

13 Mauluddin Anwar, dkk, Cahaya, Cinta dan Canda M. Quraish

73 Sahabat keluarga pengusaha asal Surabaya, Hasan Assegaf, mengajak Quraish melihat gadis Solo. Gadis itu keponakan Hasan. Namanya Fatmawaty Assegaf. Ia anak ke delapan dari 15 bersaudara, putri pasangan Ali Abu Bakar Assegaf dan Khadijah.

Pertemuan pertama, layaknya pertemuan dua keluarga. Quraish didampingi Hasan dan Alwi, sedangkan Fatmawaty ditemani ibu dan seorang adiknya, Munirah. Fatmawaty sudah pernah bertemu Alwi. Justru kehadiran Quraish membuat hatinya penuh warna. Grogi, gelisah, dan bingung. Campur aduk. Padahal Fatmawaty gadis periang yang supel. Dan bukan sekali ini saja ia dipertemukan atau berbincang dengan pemuda yang menaruh hati padanya.

Tapi kali ini semua terasa berbeda. Terbawa perasaan yang campur aduk, Fatmawaty sampai lupa berdandan menemui tamu istimewanya. Entah kenapa, hati Quraish justru tertawan.

Begitulah, Tuhan menjodohkan Fatmawaty untuk Quraish, dan sebaliknya. Dua bulan setelah pandangan pertama, utusan keluarga Makassar tiba. Aba Abdurrahman Shihab yang sedang sakit, menunjuk sahabatnya di Solo, Muhammad Aidid, untuk mewakili keluarganya melamar Fatmawaty.

74 Hanya berbilang bulan sesudah lamaran, Quraish dan Fatmawaty menikah, 2 Februari 1975. Usia Fatmawaty 20 tahun, terpaut 10 tahun dengan Quraish. Mereka dipersatukan cinta.14

Quraish memilih nama Najalea untuk anak pertama. Secara harfiah berarti terbuka. Secara majazi bermakna pandangan dan wawasan yang luas. Ia berharap putri sulungnya menjadi sosok yang terbuka pada kebaikan dan kebenaran, terbuka pada ilmu pengetahuan, lapang dada, dan memiliki wawasan yang menjangkau jauh ke depan.

Elaa, sapaan Najalea, menyelesaikan kuliah sarjana dan magisternya di jurusan psikologi Universitas Indonesia. Dia lebih tertarik menekuni pendidikan, dengan mendirikan dan memimpin Sekolah Cikal, sebuah lembaga pendidikan yang membawa perspektif baru di dunia pendidikan melalui pendekatan Cikal 5 Stars Competencies yang inovatif.

Kini Cikal memiliki enam sekolah dan rumah main di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya, juga menyelenggarakan pendidikan bagi guru serta kepada sekolah di berbagai inisiatif pendidikan anak dan keluarga, antara lain, di inibudi.org dan 24hourparenting.com.

14 Mauluddin Anwar, dkk, Cahaya, Cinta dan Canda M. Quraish

75 Anak kedua diberi nama Najwa. Arti harfiahnya percakapan atau bisikan. Makna majazinya orang yang pandai bercakap, mudah mengerti, dan cerdas dalam berbincang dengan siapa saja.

Najwa tertarik pada ilmu hukum. Ia menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan S2 di Melbourne University. Namun dia lebih memilih menekuni karir jurnalistik televisi. Ia meniti dari jenjang terbawah sebagai reporter dan presenter, hingga kini menduduki posisi Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV.

Nana, panggilan Najwa, dikenal sebagai host

talkshow yang cerdas dan piawai untuk isu-isu publik yang

tengah aktual. Acara yang ia bawakan, Mata Najwa, adalah salah satu talkshow televisi terbaik. Yang banyak ditunggu pemirsa televisi Indonesia.

Najwa meraih berbagai penghargaan tingkat nasional dan internasional, untuk dedikasi, komitmen, dan profesionalismenya. Salah satunya Young Global Leader

Award 2011 dari World Economic Forum yang

berkedudukan di Jenewa.

Nasywa, nama untuk anak ketiga, bermakna puncak kegembiraan. Ia lahir ketika Quraish berhasil meraih puncak gelar akademik, yaitu doktor bidang ilmu tafsir dari Universitas al-Azhar. Gelar itu adalah puncak

76 kegembiraan dan kebahagiaan Quraish, karena telah menjawab permintaan ayahnya, untuk meraih gelar doktor.

Chacha, begitu dia dipanggil, memilih kuliah di jurusan psikologi, Universitas Indonesia dan University of Queensland, Australia. Ia lebih tertarik merintis usahanya diberbagai bidang, salah satunya pakaian anak; Made In

Heaven Kids. Chacha, bersama Elaa, juga aktif terlibat

dalam berbagai kegiatan Lentera Hati di penerbitan maupun program-program pendidikan dan publikasi Pusat Studi Al-Qur’an.

Nama putri kelima, Nahla, bermakna sumber kebajikan, sumber kemanfaatan. Quraish berharap anak bungsunya itu menjadi sosok yang menebar kebajikan dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat dan orang banyak.

Hala, panggilan Nahla, telah menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan tengah menempuh program spesialisasi kulit di Fakultas yang sama.

Satu-satunya anak lelaki Quraish bernama Ahmad, yang artinya amat terpuji, sesuai dengan nama dan sifat Nabi terakhir, Rasulullah Muhammad. Seperti kakak-adiknya, Ahmad juga tidak mengikuti jejak sang ayah menekuni bidang studi keislaman. Ahmad memilih jurusan business system, di Monash University,

77 Melbourne. Ahmad kini memilih untuk menggeluti bisnis properti dan develper pembangkit listrik.15

Quraish tidak ingin membebani anak dengan obsesi orangtua. “Jika orangtua mematok anak menjadi sosok yang dia inginkan, bisa jadi anak akan mengikuti permintaan orangtua untuk menunjukkan ketaatan. Tapi itu hanya akan menjadi beban bagi anak, dan tidak akan mengantarkan dia menjadi manusia yang sukses dan bahagia,” jelas Quraish.

Ia pun suka memisahkan ilmu agama dan non agama. Meski tak memaksa anak-anak belajar ilmu agama, ia mewajibkan mereka memahami dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan agama. “Fondasi agama dan akhlak, tidak dibentuk di sekolah, melainkan di rumah.”16

Pada saat anaknya hendak menikah, Fatmawaty punya pesan khusus untuk anak-anaknya, seperti pesan ibunya, Ummi Khadijah, kepada dirinya saat akan menikah. Bedanya, jika Ummi Khadijah menekankan ketaatan tanpa syarat kepada mertua, Fatmawaty menekankan hal serupa dengan catatan.

“Kamu harus hormat sama mertua, sayang sama adik-adik iparmu, tapi kamu bisa memberikan pendapat. Mertua

15 Mauluddin Anwar, dkk, Cahaya, Cinta dan Canda M. Quraish

Shihab, hlm. 120-122.

16 Mauluddin Anwar, dkk, Cahaya, Cinta dan Canda M. Quraish

78 kamu bukan Tuhan dan kalau hal-hal yang kamu tidak sependapat, kamu bisa nyatakan pendapat. Jangan sampai dipendam di dalam hati atau tertahan di mulut, sehingga yang keluar tidak sesuai dengan hatimu. Bicara, komunikasi dengan cara yang baik, dengan cara yang sopan.”17

B. Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Gender Dalam

Dokumen terkait