• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA PENGIKUT SAKSI YEHUWA

3.7 Kehidupan Sosial Dalam Keluarga

Para pengritik Saksi-Saksi Yehuwa (mis., Randall Watters, Timothy

Campbell, David Grosshoeme, Kaynor Weishaupt

integritas hubungan keluarga dan kemampuan anggota-anggota SSY untuk melaksanakan kebebasan berpikir. Orang lain percaya bawa beberapa anggota dari melalui kegiatan-kegiata

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa "kebebasan untuk mengambil keputusan harus dilakukan dalam batas-batas hukum-hukum dan prinsip-prinsip Allah," dan bahwa hanya Yehuwa sajalah yang bebas untuk menetapkan standar tentang apa yang baik dan buruk. Namun, seperti disebutkan di atas, diyakini pula bahwa prinsip-prinsip di atas hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Pada praktiknya, anggota-anggota dapat terancam sanksi bila mereka tidak mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan, yang menyatakan dirinya sebagai saluran yang dipakai Allah untuk mengajar anggota-anggota SSY tetang apa yang baik dan buruk.

Pakar agama Sergei Ivanenko menyatakan, "Adalah suatu kekeliruan yang serius bila kita menggambarkan Organisasi Keagamaan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai sebuah agama yang pimpinannya memaksa anggota-anggota di barisan terbawahnya untuk terlibat dalam suatu bentuk aktivitas atau lainnya, atau memberlakukan bagi mereka pembatasan-pembatasan atau arahan-arahan yang ketat. Saksi-Saksi Yehuwa berusaha untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kitab Suci berdasarkan pilihan individu yang suka rela. Hal ini juga berlaku sepenuhnya dalam pemberitaan. James Beckford, seorang pakar dalam keyakinan-keyakinan Saksi-Saksi Yehuwa dan profesor pada Universitas Warwick, Inggris, mengatakan, Penting bagi masing-masing dari mereka untuk

menjalankan agensi moral yang bebas dalam memilih untuk mempelajari Alkitab dan hidup sesuai dnegan penafsiran mereka tentang pesannya.

3.8 Perlakuan terhadap Anggota-anggota yang memisahkan diri

Bila seorang anggota Saksi Yehuwa tidak menaati penafsiran organisasi tersebut, mereka dapat keluarga anggota-anggota tersebut yang tidak tinggal di rumah yang sama, harus menjauhkan diri daripadanya. Karena sifat social agama ini, seseorang yang dijauhi berarti diasingkan dengan cara yang sangat hebat dan hal ini dapat sangat merugikan bila setiap orang dalam lingkaran sosial seorang anggota ikut serta menjauhkan diri daripadanya. Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa pengeluaran seseorang dari persekutuan adalah sebuah metode yang terdapat dalam Kitab Suci untuk melindungi sidang dari pengaruh mereka yang mempraktikkan kesalahan yang serius. Encyclopedia of Religion menulis: “Setiap komunitas mengklaim memiliki hak untuk melindungi dirinya sendiri terhadap anggota-anggota yang tidak taat yang dapat mengancam kesejahteraan bersama. Dalam suatu lingkup keagamaan, hak ini telah sering diperkuat oleh keyakinan bahwa sanksi (ekskomunikasi) ini memengaruhi kedudukan seseorang di hadapan Allah”32 32 id.wikipedia.org/wiki/Kontroversi_mengenai_Saksi-Saksi_Yehuwa (Akses 15 April 2014) .

Sebelum 1981, bila seorang anggota memisahkan diri dari agama ini, tetapi tidak dikeluarkan dari persekutuan, anggota lainnya tidak diharuskan menjauhkan diri dari mereka dan mereka masih boleh memelihara hubungan yang biasa. Pada 1981 kebijakan ini berubah dan semua orang yang dianggap telah memisahkan diri melalui tindakan-tindakan mereka harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti anggota yang telah dikeluarkan dari persekutuan karena kesalahan yang serius. Kebijakan baru ini berarti bahwa anggota-anggota sidang (jemaat) tidak diberitahukan apakah seseorang itu dijauhi karena “dikeluarkan dari persekutuan” atau karena “memisahkan diri” atau karena alasan apa. Banyak dari perubahan-perubahan ini dikeluarkan karena kejadian-kejadian di sekitar

Para kritik menyatakan bahwa rasa takut dijauhi dan perpecahan keluarga menyebabkan orang yang mungkin ingin meninggalkan agama ini memutuskan untuk tidak keluar. Satu-satunya cara untuk secara resmi meninggalkan agama ini adalah menulis sepucuk surat permohonan untuk memisahkan diri atau untuk dikeluarkan dari persekutuan, tetapi kedua-duanya melahirkan serangkaian larangan dan hukuman yang sama. Para kritik berpendapat bahwa proses yuridis yang dilakukan, karena sifatnya yang pribadi dan hampir otonom, berlawanan dengan preseden yang ditemukan dalam Kitab Suci dan ajaran-ajaran organisasi ini sendiri dan dapat digunakan secara sembarang bila ada konsensus di antara segelintir orang saja untuk menggunakan wewenang mereka.

3.9 Penggunaan internet

Lembaga Menara Pengawal telah memerintahkan Saksi-Saksi Yehuwa agar berhati-hati dalam menggunakan Internet karena tersedianya apa yang dianggap oleh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai informasi yang "berbahaya". Ini dapat mencakup informasi yang tak dapat diterima berdasarkan alasan-alasan moral seperti misalnya pornografi, tetapi juga informasi yang dianggap 'murtad'. Kata 'murtad' diberikan makna khusus oleh Saksi-Saksi Yehuwa, untuk merujuk kepada orang-orang yang meninggalkan agama mereka berdasarkan masalah-masalah doktrin ketimbang pengertian yang lebih luas yaitu orang-orang yang berpindah agama ataupun aliansi politik.

Sebuah terbitan Menara Pengawal tahun 2000 menyatakan, "beberapa orang yang murtad telah menggunakan Internet untuk memberitakan informasi palsu mengenai Saksi-Saksi Yehuwa. Akibatnya, ketika orang-orang yang tulus melakukan riset tentang keyakinan-keyakinan kita, mereka mungkin menemukan propaganda murtad. Menghindari hubungan dengan lawan-lawan ini akan melindungi kita dari pemikiran mereka yang korup. Sementara Saksi-Saksi Yehuwa mendefinisikan keberadaan informasi yang "berbahaya" itu, para kritiknya mendefinisikan semua informasi yang akurat sebagai informasi yang sah. Apa yang dianggap oleh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai "propaganda murtad", dianggap oleh para kritiknya sebagai sudut pandang alternatif, yang harus dipertimbangkan untuk mengklaim bahwa seseorang memiliki suatu sudut pandang yang utuh. Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Kitab Suci seperti misalnya 2 Yohanes 8-11 berlaku untuk "orang-orang murtad" seperti itu dan

karenanya mereka sendiri harus "waspada" terhadap dan tidak penah "menerima" ajaran-ajaran seperti itu dalam bentuk apapun.

Para kritik telah menyatakan bahwa peringatan terhadap penggunaan Internet ini adalah sebuah contoh tentang "kontrol lingkungan". Dalam hal ini, lembaga mengontrol anggota-anggota dengan membaasi informasi negatif mengenai dirinya. Saksi-Saksi Yehuwa menanggapi kritik seperti itu dengan menyatakan bahwa perpustakaan-perpustakaan cabang, yang dapat diakses oleh ribuan Saksi-Saksi Yehuwa dan pengunjung, memiliki buku-buku yang berbicara negatif tentang Saksi-Saksi Yehuwa.

BAB IV

STRATEGI ADAPTASI SAKSI-SAKSI YEHUWA DI KOTA MEDAN

4.1 Konsep Adaptasi

Sebelum mendeskripsikan bagaimana stratgei adaptasi yang dilakukan oleh komunitas Saksi-saksi Yehuwa di Kota Medan, terlebih dulu di awal bab ini saya menjel;askan mengenai konsep adaptasi. Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada dua hal penting yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada uimpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan levelgerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori sistem,baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John Bennet (Bennet, 249-250). Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan juga suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap (Hardestry,45-46). Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe. Antara lain adalah (1) tahapanphylogenetic yang bekerja

melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisikdari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural. Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang teratas bagi homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasidikatakannya sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Rot Ellen seharusnya dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya33

Adaptasi merupakan konsep yang telah lama digunakan dalam studi ekologi budaya/ekologi manusia sejak digunakan pertama kali oleh Julian Steward (1955). Dari sudut pandang ekologi manusia, Adapatasi difahami sebagai suatu strategi penanggulangan oleh manusia dalam merespon umpan balik negatif dari lingkungan hidup suatu makhluk hidup

.

34

Secara umum, strategi adaptasi (adaptive stategy) dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal atau eksternal. Sementara itu, Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi adalah merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup35

33

etnobudaya.net/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi (Akses 10 April 2014)

34 Emilio F. Moran. 1982:05. Human Adaptability; An Introduction to Ecological Anthropology. Westview Press. Boulder, Colorado.

Adaptasi bukan hanya terjadi di satu tempat saja melainkan di berbagai tempat, tidak terkecuali di kota. Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial di kota, telah memunculkan terjadinya berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena sosial yang dihadapi. Kapasitas manusia untuk dapat beradaptasi ditunjukkan dengan usahanya untuk mencoba mengelola dan bertahan dalam kondisi lingkungannya. Kemampuan suatu individu untuk beradaptasi mempunyai nilai bagi kelangsungan hidupnya. Makin besar kemampuan adaptasi suatu makhluk hidup, makin besar pula kemungkinan kelangsungan hidup makhluk tersebut36

1. Pertentangan Doktrin Saksi-Saksi Yehuwa Dengan Ajaran Kristen Pada Umumnya

.

 Perbedaan kepercayaan terhadap doktrin Kristen

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa setelah kematian rasul yang terakhir, Gereja perlahan-lahan menyimpang, dalam suatu Kemurtadan Besar (2 Tesalonika 2:6-12), dari ajaran-ajaran asli Yesus dalam beberapa pokok yang penting. Jadi kebanyakan doktrin of Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dari Kekristenan arus utama, dan dianggap sebagai oleh kebanyakan pakar Kristen arus utama. Barangkali, perbedaan-perbedaan doktriner yang paling kontroversial berkaitan dengan hakikat Allah dan Yesus, khususnya penolakan terhadap

36

Otto Soemarwoto. 2008:45. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Kesebelas. Penerbit Djambatan. Jakarta.

dengan doktrin Tritunggal, mereka percaya bahwa Yesus bukanlah Allah yang mengenakan tubuh manusia, melainkan ia diciptakan oleh Allah. Keyakinan-keyakinan para Saksi Yehuwa tentan kehadiran Yesus kembali ke bumi, dan keselamatan juga kontroversi. Berikut merupakan perbadaan doktriner antara Kristen dengan Saksi Yehuwa.

Tabel Perbedaan Doktriner Antara Ajaran Kristen dengan Ajaran Saksi Yehuwa

Ajaran Kristen Arus utama (Gereja Katolik Roma, Ortodoks

Timur dan Protestan)

Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa yang sebanding

Hakikat Allah Allah telah menyatakan diri-Nya

sebagai Bapa, Anak, dan Roh

Kudus. Ketiganya adalah Allah yang esa. ( Tritunggal)

Hanya Bapa (Yehuwa) sajalah yang Allah.

Yesus (Anak) adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Pada masa hidupnya di muka bumi ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Ia kekal dan setara kekuasaannya dengan Allah.

Yesus adalah Putra Allah ciptaan Allah yang paling pertama, yang telah ada sebelum Adam, tetapi bukan Allah.

Roh Kudus adalah salah satu pribadi dari Tritunggal. Roh Kudus itu kekal dan setara kekuasaannya dengan Allah.

Roh kudus adalah tenaga aktif Allah.

Yesus

Yesus adalah Anak Allah. Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia.

Yesus adalah Putra Allah, dan suatu makhluk roh; tetapi bukan Allah sendiri. Yesus juga adal menjadi manusia. Ia juga adalah

Yesus disalibkan.

Yesus dipakukan pada sebua

muka bumi akan terjadi secara fisik, dan hal ini belum terjadi.

terlihat pada 1914.

Kematian/Kehidupan setelah mati

Jiwa manusia itu kekal dan tidak hilang keberadaannya kapanpun juga.

Jiwa berhenti berada ketika seseorang meninggal; dibutuhkan kebangkitan kembali agar manusia dapat hidup kembali.

kehidupan kembali bagi semua orang, di surga, neraka atau (bagi uma

kehidupan rohani, kecuali untuk ke-144.000 orang, yang langsung diangkat ke surga. Api penyucian tidak ada.

Orang jahat akan disiksa untuk selama-lamanya di neraka.

Akan ada kematian kekal setelah

penghakiman terakhir untuk orang-orang fasik. Mereka yang pernah melakukan dosa yang tidak terampuni (seperti misalnya atau kelenyapan kekal) pada saat kematian Penghakiman dan Keselamatan

Semua orang yang diselamatkan surga bersama Allah.

Hanya 144.000 orang yang akan hidup kekal di surga lalu memerintah atas Bumi bersama Yesus Kristus. Kecuali mereka yang telah mengalami Gehena, semua yang telah mati (orang yang benar) akan

dibangkitkan dengan kemungkinan untuk hidup selama-lamanya di sebuah Firdaus di muka bumi.

Untuk memperoleh keselamatan, orang harus bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus demi keselamatan mereka.

Untuk dapat dibenarkan, orang harus menaati perintah-perintah Allah yang tidak/diajarkan melalui Yesus Kristus, menyerahkan dirinya kepada Yehuwa, dan melayani Allah.

Keyakinan-keyakinan Saksi-Saksi Yehuwa ini dianggap oleh kebanyakan orang Kristen menghujat atau sesat. Karena alasan ini, banyak denominasi Kristen menganggap bahwa keyakinan-keyakinan ini menempatkan Saksi-Saksi Yehuwa di luar Kekristenan yang sejati, dan seringkali mengecap mereka sebagai sebuah kultus dalam pengertian sebuah agama non-Kristen.

 Alkitab

Sejumlah pakar telah mengkriti Alkitab yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan menyatakan bahwa kelompok ini telah mengubah Alkitab untuk dicocokkan dengan doktrin mereka dan bahwa terjemahan tersebut mengandung sejumlah

kesalahan dan ketidakakurata

dalam Jesus sebagai Tuan Yesus bukan sebagai Tuhan Yesus sebagaimana dilakukan oleh Alkitab Terjemahan Baru dari

 Kepercayaan tentang darah

Bagi Saksi-Saksi Yehuwa darah sebagai cairan per se bukanlah persoalan yang sebenarnya. Yang menjadi soal adalah apa yang dilambangkan oleh darah. Mereka mengatakan bahwa "hal yang penting ialah bahwa penghargaan telah diperlihatkan terhadap kesucian darah, penghormatan telah diperlihatkan terhadap prinsip kesucian hidup" yang diwakili oleh darah.Darah sama sekali ditolak untuk penggunaan apa pun, kecuali dipersembahkan.Saksi yehuwa mengupayakan perawatan medis terbaik untuk mereka sendiri dan keluarga mereka. Ketika mengalami problem kesehatan, mereka pergi ke dokter yang punya keahlian untuk

menyediakan pengobatan dan pembedahan tanpa darah. Saksi Yehuwa menghargai kemajuan yang telah dibuat dalam bidang medis. Malah, perawatan nondarah yang dikembangkan untuk menolong pasien Saksi kini digunakan untuk manfaat seluruh masyarakat. Di banyak negeri, pasien mana pun sekarang bisa memilih untuk menghindari risiko transfusi darah, seperti penyakit yang menular lewat darah, reaksi sistem kekebalan tubuh, dan kekeliruan manusia. Saksi Yehuawa tidak mempraktekkan penyembuhan iman. Perawatan medis yang tidak menggunakan transfusi darah lebih ekonomis. Pernyataan ini sama sekali tidak berdasar. Para dokter bedah sering melakukan prosedur rumit, seperti operasi jantung, pembedahan ortopedis, dan transplantasi organ, tanpa transfusi darah. para pasien, termasuk anak-anak, yang tidak menerima transfusi biasanya pemulihannya sama atau lebih baik daripada mereka yang menerimanya. Lagi pula, tidak ada yang bisa memastikan bahwa seorang pasien akan mati karena menolak darah atau akan tetap hidup karena menerimanya. Saksi yehuwa menolak transfusi darah karena ada alasan pertimbangan berikut seperti yang dituturkan oleh informan pak bintara:Ini soal kepercayaan agama, bukan soal medis. Perjanjian Lama dan Baru dengan jelas memerintahkan kita untuk tidak menggunakan darah. Imamat 17: melambangkan kehidupa bukan hanya karena taat kepada Allah melainkan juga respek kami kepada-Nya sebagai Sang Pemberi kehidupan.

Komunitas medis pernah memandang strategi untuk menghindari transfusi, juga disebut pengobatan nondarah, sebagai hal yang ekstrem, bahkan bunuh diri, tetapi ini telah berubah beberapa tahun belakangan. Misalnya, pada 2004, sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal pendidikan medis menyatakan bahwa banyak dari teknik yang dikembangkan untuk digunakan pada pasien Saksi Yehuwa akan menjadi praktek standar beberapa tahun ke depan. Pada 2010, sebuah artikel di jurnal Heart, Lung and Circulation mengatakan bahwa ’pembedahan nondarah’ sebaiknya tidak hanya digunakan untuk Saksi-Saksi Yehuwa tetapi sebaiknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari praktek pembedahan sehari-hari.

Ribuan dokter di seluruh dunia kini menggunakan teknik konservasi darah untuk melakukan pembedahan yang rumit tanpa transfusi. Alternatif transfusi darah seperti itu digunakan bahkan di negara-negara berkembang dan diminta banyak pasien yang merupakan non Saksi (Umum).

Contoh Gambar Pembedahan yang rumit bisa sukses tanpa transfusi darah

 Pengurangan kebebasan pribadi jemaat

Para pengritik juga telah berdebat bahwa berbagai kebijakan dan praktik Saksi-Saksi Yehuwa — termasuk terhadap perlakuan kepada anggota-anggota yang memisahkan diri mereka atau yang telah dikucilkan (disfellowshipped) oleh jemaat, sambil membatasi informasi eksternal tentang kelompok tersebut dari para bekas anggota, dan pengaturan terhadap kehidupan para anggota — membatasi kesanggupan anggota-anggotanya untuk melaksanakan hak kebebasan pribadiny Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa "kebebasan untuk mengambil

keputusan harus dilakukan dalam batas-batas hukum-hukum dan

prinsip-prinsip Allah."

menetapkan tolok ukur tentang apa yang baik dan buruk.

 Pelarangan penggunaan fasilitas umum untuk pertemuan di dunia

Berapa negara seperti mereka. Meskipun larangan seperti itu kadang-kadang secara spesifik ditujukan kepada kelompok keagamaan ini, pada waktu-waktu lain digunakan pula alasan-alasan lain yang lebih umum seperti misalnya kemacetan lalu lintas dan kebisingan. Dalam kasus-kasus hukum tertentu, seperti misalnya Congrégation des témoins de Jéhovah de St-Jérôme-Lafontaine v. St-Jérôme-Lafontaine (Village), pertikaian-pertikaian yang muncul yang diajukan berdasarkan penggunaan lahan, tampaknya pada hakikatnya berakar pada bias keagamaan, demikian klaim Saksi-Saksi Yehuwa.

4.2Strategi Adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan

Di Kota Medan, perkembangan komunitas Saksi Yehuwa ini tak jauh beda dengan perkembangan komunitas saksi Yehuwa di kota-kota lain di Indonesia. Hal ini diungkapkan narasumber Ibu Surbakti bahwa semua cara yang dilakukan oleh komunitas ini sama di setiap daerah. Saksi Yehuwa (SY, Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai ‘Siswa-Siswa Alkitab’ namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan) dan cenderung berpraktek melalui kunjungan dari

rumah-ke-rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang-orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah masyrakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung R.I., kegiatan Saksi Yehuwa dilarang. Melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni 2001, SK tahun 1976 itu dicabut.

Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus apalagi kegiatannya kurang kelihatan sebagai organisasi yang memiliki 'gedung pertemuan' dan Saksi Yehuwa lebih aktip dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan kerumah-rumah, apalagi di era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan-pertemuan di gedung-gedung pertemuan umum bahkan menurut 'Buku Kegiatan 1997' (hal.29-30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.

Memang dalam era reformasi dengan demokrasinya, dan bebasnya informasi melalui internet, sudah bukan masanya kalau umat Kristen menolak kehadiran mereka secara resmi karena itu melanggar HAM tentunya, tetapi umat

Kristen dengan institusinya tentu tepat bila menolak mereka sebagai bagian agama Kristen karena mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Kristus yang bangkit dan menolak Alkitab Kristen sebagai firman Allah, jadi berbeda dengan kekristenan secara umum.

Ajaran Saksi Yehuwa bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya Russel berjudul 'Studies in the Scripture' (Penyelidikan Alkitab) yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama, sedang nama Saksi Yehuwa adalah nama yang baru di kemudian hari ditahun 1931 dipakai, 52 tahun setelah Saksi Yehuwa berdiri, yang diambil dari ayat-ayat Yesaya 43:10-12

Saksi Yehuwa sangat aktif dalam siaran radio di samping kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah, dan terutama propaganda literatur sangat tekankan. Banyak buku-buku propaganda telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dicetak dengan harga murah tetapi dengan kualitas yang baik dan berwarna. Buletin Saksi Yehuwa berjudul 'Menara Pengawal' dan 'Sedarlah' sangat menarik

Dokumen terkait