• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM TAOISME

5.1 Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Taoisme

5.1.9 Kejujuran dan Ketulusan dalam Memimpin

“Bila administrasi disingkirkan, Manusia menjadi tulus.

Bila administrasi tepat,

Manusia menjadi tidak sempurna.

Kemalangan! nasib baik mendukungnya.

Nasib baik! kemalangan bersembunyi di dalamnya. Siapa yang tahu di mana akhirnya?

Tidakkah ada keteraturan?

Keteraturan bisa kembali pada yang tidak biasa; Kebaikan bisa kembali pada yang tidak normal; Dan sesungguhnya manusia akan dibingungkan Untuk waktu yang sangat, sangat lama.

Maka Orang Bijak adalah

Tegas tanpa menggolong-golongkan; Jujur tanpa menyinggung;

Lurus tanpa memaksakan;

Terang tanpa menyilaukan, Wing(1994 : 121).”

Kontrol dan peraturan yang keras adalah sifat dari administrasi yang rinci dan ketat. Administrasi seperti itu tersusun dar subjek ideal dan kemudian mencoba untuk mengatur orang kepada idealisme ini. Karena sifat manusia menahan tekanan secara berbeda-beda, penolakan dan ketidaksenangan mulai muncul di dalam organisasi. Karena administrasi mendesak, pertahanan orang menjadi lebih kuat. Pemimpin yang bijaksana mengerti tindakan polaritas dalam alam, oleh karena itu mereka menghindari keekstriman tersebut, Wing (1994 : 121).

Pemimpin yang bijaksana tahu bahwa kemalangan dan nasib baik tidak memberi tanggapan pasti akan mengakibatkan reaksi balasan. Malahan mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk membentuk dunia tanpa konfrontasi

langsung atau strategi dan kontrol berlebihan. Stabil, lembut dan tulus akan menjadi sifat yang nyata dari pemimpin yang ingin memelihara diri mereka dan menjadi teladan bagi bawahan mereka.

Kepiawaian seorang pemimpin akan terlihat, bila pemimpin tersebut mampu untuk menjadi "Tegas tanpa menggolong-golongkan, jujur tanpa menyinggung, lurus tanpa memaksakan, terang tanpa menyilaukan", yang berarti bahwa pemimpin akan mampu untuk bersikap tanpa kemunafikan dan menjadi pribadi yang terbuka dan luwes dalam menjalankan organisasi yang dibangunnya.

Kebenaran itu terkadang pahit, tetapi ini tidak melemahkan para pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang jujur dan terbuka kepada orang lain. Meski tidak kaku, pemimpin yang baik akan bersikap terus terang dalam member penilaian atas sesuatu atau situasi. Pemimpin yang baik adalah orang yang jujur tentang aspek negatif dan positif. Mereka memahami orang lain dan situasi dengan cepat dan akurat dan mau berbagi persepsi tersebut. Orang yang jujur akan menghindari sikap yang bertele-tele. Sebaliknya, mereka akan mampu untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka secara jujur sehingga orang lain dapat menanggapinya dengan sangat serius, DuBrin (2009 : 50). Dengan demikian, pemimpin seperti itu akan mampu untuk "Memelihara pusat", yaitu mempertahankan fondasi baik yang menghasilkan keuntungan dan kefaedahan.

Dewasa ini, nilai kejujuran masih menjadi karakteristik kepemimpinan yang sangat diperlukan dalam berorganisasi. Dalam sekian banyak survei, kejujuran telah berada di tempat teratas dalam daftar. Semua orang pada umumnya

tidak ingin dibohongi atau ditipu. Dari semua kualitas yang dicari dan dikagumi orang dari seorang pemimpin, kejujuran adalah yang paling bersifat pribadi. Kejujuran adalah kualitas yang paing dapat meningkatkan maupun paling dapat menghancurkan reputasi pribadi setiap orang. Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika.

Pemimpin yang bertahan pada prinsip-prinsip utama akan sangat direspek oleh bawahannya. Pemimpin yang kurang percaya diri terhadap kepercayaannya sendiri akan ditolak oleh orang lain. Kebingungan pada apa yang ada dalam diri pemimpin akan menimbulkan stres; ketidaktahuan terhadap apa yang diyakini oleh pemimpin akan memicu konflik, ketidakpastian dan persaingan politik. Pemimpin yang sejati akan dengan terbuka untuk memberitahu nilai-nilai, etika dan standar mereka kepada orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, Kouzes dan Posner (2004 : 30).

5.1.10 Ketekunan dalam Mempelajari Segala Sesuatu

“Memimpin organisasi besar seperti memasak ikan kecil. Bila Tao hadir di dunia,

Yang cerdik tidak misterius.

Tidak hanya yang cerdik tidak misterius,

Misteri mereka tidak membahayakan orang lain.

Tidak hanya misteri mereka tidak mengganggu orang lain, Yang Berkembang juga tidak mengganggu orang lain, Karena mereka bersama-sama tidak membahayakan, Kekuatan kembali dan menumpuk, Wing (1994 : 125).”

Dalam bab ini Lao Tzu mengilustrasikan cara kepemimpinan "Seperti memasak ikan kecil". Memimpin organisasi disamakan dengan memasak ikan

yang kecil. Meskipun hanya sekedar memasak ikan yang kecil, hasilnya akan berbeda-beda tergantung siapa yang memasaknya. Bila ikan itu dimasak oleh seorang koki yang handal dan berpengalaman, sajian ikan tersebut pasti akan sangat bermutu dan lezat rasanya. Namun, bila ikan kecil itu ditangani oleh seseorang yang belum pernah memasak, hasilnya akan sangat diragukan. Kepemimpinan yang dimiliki para pemimpin juga demikian. Seorang pemimpin harus terampil dalam menjalankan tugas atau kekuasaan. Mereka harus seperti koki yang sudah mengerti mana yang dapat dikerjakan dan mana yang tidak. Itulah sebabnya, para pemimpin harus belajar menciptakan berbagai hal yang membangun organisasi. Mereka akan menjadikan segala hal yang baik sebagai pengalaman yang berharga dan layak untuk dipertahankan.

Itulah sebabnya, pemimpin yang bijak akan bertekun dalam mempelajari segala sesuatu. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan memimpin mereka. Pemimpin yang bijak akan dengan giat mencari hal-hal baru yang positif demi kemajuan organisasinya.

Menurut Santi, belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik setiap hari tidaklah mudah. Hal itu sering kali menimbulkan perasaan jenuh dan bosan. Namun, bila hal itu dilakukan tanpa henti, akan diperoleh hasil yang memuaskan. Itulah sebanya, Santi yakin bahwa mengumpulkan segala pengalaman yang berharga dan tetap mempertahankannya dalam dunia kerja akan menghasilkan keuntungan bagi dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya. Santi telah merasakan sendiri manfaatnya. Beliau berpendapat bahwa pemimpin yang

bijaksana adalah pemimpin yang tidak pernah berhenti belajar dan cepat merasa puas.

Menurut Lao Tzu, dengan memelihara Tao dalam organisasi, maka setiap masalah akan sampai kepada jalan menuju penyelesaian. Istilah "Cerdik" dalam bab ini memaksudkan sesuatu yang jahat atau buruk. Dengan memelihara Tao, maka segala yang jahat atau buruk menjadi "tidak misterius"atau menjadi sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan. Sewaktu dalam organisasi ada oknum yang merencanakan strategi licik untuk keuntungan pribadi, kekuatan pemimpin yang bijaksana akan menjadi nyata, sehingga mampu menyingkirkan oknum seperti itu dan "Kekuatan kembali dan menumpuk" atau dengan kata lain, kekuasaan akan semakin sempurna seraya setiap hal baik terus dipupuk dan diterapkan dalam organisasi.

5.1.11 Mengayomi dan Tidak Berfokus pada Kesalahan Pekerja

“Tao adalah tempat berlindung Semua Benda. Harta dari yang baik,

Pelindung dari yang tidak baik.

Kehormatan dapat dibeli dengan kata-kata manis; Orang lain dapat digabungkan dengan sikap yang baik. Maka bila ada yang tak baik,

Mengapa menyia-nyiakannya? Dengan cara ini Kaisar diteguhkan; Tiga pejabat dilantik.

Dan meskipun piringan giok besar Didahului oleh sekelompok kuda, Hal ini tak sebaik duduk,

Maju dalam Tao.

Apakah mereka tidak berkata: Carilah dan dapatkan;

Miliki kesalahan dan mereka dibebaskan? Maka itulah harta dunia, Wing (1994 : 128).”

Peranan pemimpin dalam organisasi adalah menolong semua anggota menemukan tempatnya dan mengarahkan mereka bersama-sama menuju kemajuan dan penyelesaian . Meskipun beberapa orang mungkin tidak cukup atau kurang baik, Lao Tzu bertanya, "Mengapa menyia-nyiakan mereka?". Pemimpin yang bijaksana pasti menyediakan pendidikan yang diperlukan bagi setiap orang dalam organisasi. Dengan cara ini semua anggota menjadi terintegrasi dalam organisasi dan posisi pemimpinnya lebih mantap. Untuk memelihara posisi ini, pemimpin yang bijaksana tidak mementingkan keuntungan materi dan penampilan besar dalam kepemimpinan, karena hal ini hanya akan memisahkan dunia pemimpin dari dunia bawahannya. Kebutuhan bawahan tak dapat dipenuhi oleh pemimpin demikian.

Pemimpin yang bijak adalah mereka yang menunjukkan sikap respek terhadap bawahan. Meskipun para bawahan terkadang melakukan kesalahan, pemimpin yang bijak tidak akan berfokus pada kekurangan mereka. Sebaliknya, pemimpin yang bijak akan merespek segala upaya yang telah dibuat oleh para bawahannya dan berterimakasih terhadap mereka. Sebenarnya, pemimpin tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan baik tanpa bantuan dari para bawahan.

Menurut Paulus, sikap merespek orang lain adalah sikap mulia yang harus dimiliki para pemimpin. Menurut Beliau, pemimpin yang merespek upaya orang lain sudah sangat sulit ditemui dewasa ini. Itulah sebabnya, para pemimpin perlu

tidak menghargai upaya orang lain. Namun, setelah belajar untuk lebih merespek orang lain, beliau berpendapat bahwa ternyata hal itu tidak sulit dilakukan. Setiap pemimpin hanya memerlukan kemauan untuk dapat menerapkan sifat ini dan pasti akan berhasil.

5.1.12 Kebijaksanaan dalam Menunjukkan Kemampuan Intelektual

“Mereka yang terampil dalam Tao Kuno Tidak jelas bagi orang.

Mereka tampak bodoh. Rakyat sulit dipimpin

Karena mereka terlalu pintar.

Maka, memimpin organisasi dalam kepintaran Akan membahayakan organisasi.

Memimpin organisasi tanpa kepintaran Akan menguntungkan organisasi. Mereka yang mengetahui dua hal ini Telah meneliti pola kemutlakan. Mengetahui dan meneliti pola Disebut kekuatan yang lembut.

Kekuatan yang Lembut mendalam dan jauh menjangkau. Bersama dengan Hukum Alam dari poralitas,

Ia membimbing pada Harmoni Agung, Wing (1994 : 135).”

Lao Tzu mengungkapkan dalam bab ini bahwa "Memimpin organisasi tanpa kepintaran, akan menguntungkan organisasi". Hal ini tidak berarti bahwa pemimpin akan menjalankan organisasinya tanpa akal dan pikiran yang cerdas. Pemimpin yang menerapkan banyak strategi kepada para bawahan akan menyebabkan reaksi sosial yang merusak struktur organisasi. Namun, bila pemimpin menjalankan organisasi dengan kesederhanaan dan kelurusan, rakyat akan lebih percaya. Kepemimpinan yang sederhana sangat efektif bila diarahkan

secara cermat bagi kemajuan organisasi. Untuk alasan itu, penting bagi pemimpin untuk memeriksa pola yang berlaku dalam kehidupan organisasi yang dibangun.

Pemimpin yang memiliki kemampuan intektualitas yang tinggi tidak akan berupaya untuk memperkaya diri sendiri. Mereka tidak akan bertindak dengan licik dan melakukan segala sesuatu demi kepentingan diri sendiri. Tetapi mereka akan membimbing organisasinya dengan jalan yang benar sehingga menghasilkan keuntungan besar.

Dokumen terkait